Pengamat Tahta Suci untuk PBB dan Organisasi Internasional lainnya di Jenewa Uskup Agung Ivan Jurkovič menyampaikan sebuah pernyataan atas nama Tahta Suci dalam Sesi ke-43 dari Dewan Hak Asasi Manusia tentang Rasisme, 18 Juni 2020. Sesi itu diusulkan oleh sekelompok negara yang dipimpin oleh Burkina Faso tiga hari sebelumnya.
Dalam pernyataan itu, Mgr Jurkovič menyatakan, “Takhta Suci ingin ulangi keyakinannya yang konsisten dan tegas bahwa diskriminasi rasial dalam segala bentuknya benar-benar tidak dapat ditoleransi.”
Dasarnya, tegas Mgr Jurkovič, “semua anggota keluarga manusia, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah memiliki martabat yang sama, tanpa memandang ras, bangsa, jenis kelamin, asal usul, budaya atau agama mereka.” Dengan demikian, adalah tanggung jawab negara untuk “mengakui, membela dan meningkatkan” hak asasi dasar setiap orang.
Uskup Agung itu kemudian mengutip ceramah Paus Fransiskus, 26 Oktober 2015, yang diberikan dalam Pertemuan Para Peserta Ziarah Gipsi, “Waktunya telah tiba mengakhiri prasangka kuno, anggapan dan saling curiga yang seringkali menjadi dasar diskriminasi, rasisme dan xenofobia. Tidak ada yang harus merasa terisolasi, dan tidak ada yang berwenang menginjak-injak martabat dan hak-hak orang lain.”
Mgr Jurkovič kemudian menyatakan, menginjak-injak “martabat yang tidak dapat diganggu gugat” dari orang lain sama dengan “menginjak-injak martabat kita sendiri.”
Uskup agung itu mengakhiri pernyataannya dengan mengutip kata-kata Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum 3 Juni 2020, “Kita tidak bisa mentolerir atau menutup mata terhadap rasisme dan pengucilan dalam bentuk apa pun dan juga mengklaim membela kesucian setiap kehidupan manusia. Kita juga harus mengakui bahwa kekerasan merusak diri sendiri dan menghancurkan diri sendiri. Tidak ada yang diperoleh dengan kekerasan dan begitu banyak yang hilang.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)