“Hidup manusia idealnya tidak ada sekat antara kaya-miskin, baik-buruk, baik dan jahat. Namun kenyataannya, pengelompokan atau pembagian seperti itu selalu ada dalam hidup manusia. Bahkan ada yang berpendapat, orang yang di luar Lembaga Pemasyarakatan (LP) lebih dekat dengan Tuhan daripada orang yang di dalam LP, seorang yang melayani setiap hari lebih suci daripada yang lainnya. Hal ini bisa saja berbanding terbalik dengan kenyataan, karena bisa saja yang ada di dalam LP lebih merasakan kasih Tuhan dan mempunyai sikap tobat daripada yang ada di luar LP.”
Pastor rekan di Paroki Santa Helena, Curug, Tangerang, Pastor Constantinus Eko Wahyu OSC mengatakan hal itu dalam Misa Valentine yang dihadiri 200-an warga binaan (Katolik dan Protestan) LP Pemuda Tangerang dan 70 umat Lingkungan Medang.
Warga Lingkungan Medang hadir dalam Misa itu sebagai kunjungan kedua dalam Tahun Keadilan Sosial Keuskupan Agung Jakarta, setelah bulan Januari lalu dikunjungi umat lingkungan lain. Kegiatan kunjungan ke LP Pemuda Tangerang itu merupakan program rutin Paroki Santa Helena yang dijadwalkan dilakukan 11 kali secara bergantian oleh lingkungan yang ada selama tahun 2020. Nama program itu adalah layanan Heypapa (Umat Santa Helena menyapa kaum papa) khusus di LP Pemuda Tangerang.
Dalam kunjungan 29 Februari 2020 itu, Pastor Eko Wahyu menegaskan bahwa orang yang berada di dalam LP dan seluruh umat yang hadir perlu merasakan bahwa kasih Tuhan sungguh besar dan nyata. “Dosa seberat apa pun tidak pernah mengalahkan kasih Tuhan itu. Maka hidup di atas dunia fana ini bukan cuma suatu anugerah Allah tapi juga merupakan suatu kesempatan untuk bertobat,” kata imam itu.
Menurut Pastor Eko Wahyu, Yesus datang untuk orang yang mempunyai niat bertobat. Maka, imam itu mengajak warga binaan untuk bertobat dan jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. “Hidup manusia ada batasnya. Tidak mungkin manusia hidup selama-lamanya. Maka selain anugerah, hidup juga adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, membangun pertobatan sejati,” kata imam itu.
Banyak di antara kita, kata imam itu, memiliki kasih tapi kasih itu tidak membebaskan. Contoh, kata imam itu, ada seorang yang membuat hati kita terluka, lalu kita membalas apa yang telah ia lakukan kepada kita. Oleh karena hati kita yang terluka, kita berusaha agar dia juga mengalami peristiwa yang sama, kita membalas perbuatan itu, bahkan lebih dari itu. Ini bukti bahwa kita bukan pembawa kasih. “Orang-orang seperti itu, sebagai bukti, tidak memiliki kasih karena masih menyimpan amarah, dendam pada orang yang menyakitinya,” kata Pastor Eko Wahyu.
Kemudian imam itu bercerita saat dia berjumpa seorang laki-laki yang mempunyai pacar, namun setelah bertahun-tahun membangun cinta, pacarnya yang cantik mengkhianatinya. Laki-laki itu putus asa, tapi ketika ia menyaksikan kotbah Pastor Eko di Youtube, “ia tidak lagi putus asa tapi berusaha memaafkan orang lain yang menyakiti hatinya, ia berusaha bangkit dan kini mendapatkan wanita lebih cantik daripada yang dulu dipacarinya.”
Misa dan kunjungan, yang juga dihadiri koordinator Heypapa sekaligus Ketua Komunitas Pria Katolik (KPK) Paroki Curug, Andi Janto Singgih, diramaikan dengan penampilan orchestra mini OMK Medang dan tarian Smaradhana oleh umat Medang, serta pemotongan kue ulang tahun untuk warga binaan yang ber-HUT.(PEN@ Katolik/Konradus R. Mangu)
Artikel Terkait:
Patung Bunda Maria diusung masuk warga binaan ke gereja dalam Lapas Pemuda Tangerang
Komunitas Pria Katolik hadiahkan Verbum Veritatis kepada warga binaan Lapas Pemuda Tangerang
Memberi pelayanan dan kasih kepada orang terpinggir indah adanya
Terima kasih penakatolik.com yg telah meliput dan membuat tulisan kegiatan Hey PAPA (Helena Menyapa Kaum PAPA) session 2 bersama Pastor “Youtuber” Eko Wahyu OSC dan Wilayah Medang Paroki Curug. Hey PAPA adalah sebuah gerakan tahun keadilan khas Paroki Curug Gereja St Helena utk menyapa kaum Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel di tahum keadilan sosial 2020 KAJ. Setiap bulan umat Paroki Curug digerakkan utk masuk, alami dan lalukan pelayanan belarasa nyata bagi Kaum Tersingkir dan Terpenjara. (Andi J. Singgih – PPTKS 2020 Paroki Curug)