Allah memanggil semua orang untuk hidup bersama sebagai saudara untuk memenuhi bumi ini dan menyebarkan kebaikan, cinta, dan kedamaian. Ketika orang memandang sesamanya sebagai saudara, saat itulah persahabatan antarsesama tumbuh dan berkembang, serta kebaikan disebarkan. Maka, marilah kita hidup sebagai sahabat bagi semua orang karena sahabat adalah kebutuhan jiwa.
Uskup Ketapang Mgr Pius Riana Prapdi berbicara dalam Perayaan Natal Oikumene Provinsi Kalimantan Barat bersama Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan masyarakat Kristiani se-Kalimantan Barat di Sport Centre Supriadi Kodam XII Tanjungpura, Pontianak, 9 Januari 2020.
Perayaan Natal Oikumene itu menggunakan tema Natal PGI dan KWI 2019 “Hiduplah Sebagai Sahabat bagi Semua Orang” (Yoh 15 : 14 – 15) dan sub tema “Dengan Semangat Natal, Kita Perkokoh Persahabatan menuju Kalbar Bermartabat, Damai, Aman, dan Nyaman.”
Menurut Mgr Prapdi, hidup berbangsa bernegara itu dimulai dari keluarga masing-masing karena keluarga adalah fondasi dasar hidup berbangsa dan bernegara. “Ketika keluarga hebat, maka masyarakat semakin bermartabat, ketika keluarga hancur, maka masyarakat rusak. Dan tumbuhnya persahabatan dimulai, ditanam, ditumbuhkan, dimekarkan dalam keluarga, maka bangsa menjadi bermartabat.”
Dalam perayaan yang dihadiri sekitar 2500 jemaat Kristiani, juga Pendeta Henny, Pendeta Djonly Rosang, Pendeta Ali Santoso, perwakilan para suster, perwakilan Polri, Perwakilan TNI, dan Bimas Kristen, Mgr Prapdi mengungkapkan, Natal itu momentum persahabatan untuk Indonesia maju. “Kelahiran Tuhan Yesus Kristus mampu merobohkan tembok-tembok pemisah yang memecah belah umat manusia,” tegas uskup itu.
Bangsa Indonesia dengan keberagaman suku, budaya, dan bahasa, jelas Mgr Prapdi “mampu berjuang bersama untuk merebut kemerdekaan dan memiliki sejarah panjang dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.”
Setelah ibadah, Gubernur Kalbar Sutarmidji bersama Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus dan sejumlah pejabat daerah lainnya juga datang menghadiri perayaan itu disambut dengan tarian berciri khas TiDaYu (Tionghoa, Dayak dan Melayu).
Gubernur Sutarmidji menyatakan, tema Natal itu mengingatkan kebersamaan masyarakat di Kalbar. Gubernur mengakui, dia sering berdiskusi dengan Mgr Agus mengenai apa yang harus dilakukan untuk mempopulerkan Kalbar, dan mengajak seluruh jemaat untuk bersama membangun Kalbar dengan “menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mencari kebersamaan kita semua.”
Prosesi dan penyalaan lilin Natal dilakukan oleh tokoh-tokoh yang hadir didampingi 12 anak dengan pakaian khas masing-masing daerah di Indonesia dan diiringi lagu O Holy Night yang dibawakan oleh paduan suara gabungan gereja-gereja.
Lagu “Selamat Hari Natal dan Tahun Baru” dari paduan suara gabungan Polri, TNI, Ibu-Ibu Persib, dan Ibu-Ibu Bhayangkari, lagu “Ku Mau Iringi Tuhan” dari Danlanud Supadio, serta paduan suara Gli Angelo Cantano, dan tarian The Ballerinas memeriahkan perayaan itu.
Mgr Agus bersama Mgr Prapdi serta para pendeta, Danlanud Supadio, TNI dan Polri juga berkolaborasi menyanyikan lagu “Penebus Dosa.”(PEN@ Katolik/Pricilia Grasela)