Kalau bertemu sesama uskup, Uskup Padang Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap selalu menunjukkan kegembiraan dan persaudaraan dengan “merangkul kami dan bertanya apa kabar, walaupun kalau beliau sendiri sedang sakit.”
Kesaksian itu disampaikan oleh Uskup Tanjungkarang Mgr Yohanes Harun Yuwono yang memimpin Misa Requiem untuk Mgr Situmorang di Katedral Santo Petrus Bandung bersama 18 imam lainnya, 20 November 2019. Mgr Situmorang meninggal dunia di RS Santo Borromeus Bandung, 19 November pukul 21.38.
Ditegaskan, Mgr Situmorang mungkin adalah uskup paling senior yang masih aktif, “beliau ditahbiskan pada usia 37 tahun, dan selama ini beliau telah menjadi bapa yang sangat baik.”
Mgr Yuwono yakin, “ketika beliau berjumpa dengan anda yang beliau kenal, beliau akan menunjukkan kegembiraan.” Itulah iman kita, tegas Mgr Yuwono, “kita satu dan kita akan bersatu kembali dalam kemuliaan yang abadi.”
“Opung, Selamat Jalan. Kami mencintaimu tetapi kami merelakanmu, karena engkau pasti akan hidup kekal bersama dengan Allah dalam kemuliaan abadi, dan akan tetap menjadi pendoa kami, seperti selama ini engkau menggembalakan umatmu di Keuskupan Padang yang selalu engkau kunjungi dengan penuh semangat sampai ke pelosok-pelosok yang paling sulit pun,” kata Mgr Yuwono memandang jenazah Mgr Situmorang yang terbaring di peti jenazah di depan panti imam.
Mgr Yuwono mengakui, “Kita memang berduka atas kematian siapa pun, apalagi atas kematian Bapak Uskup kita, imam, orangtua, saudara dekat kita, kita pasti berduka. Dalam duka itu kita mengenangkan kematian dalam iman, kita sesungguhnya merayakan kehidupan, sebab bagi kita kematian bukan akhir dari segala-galanya, kematian justru merupakan pintu masuk kehidupan yang abadi.”(PEN@ Katolik/paul c pati)
Artikel Tekait:
Mgr Situmorang, anak katekis yang jadi Uskup Padang dan mantan ketua KWI, meninggal dunia
