Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Mgr Agus minta para suster SFIC terus berkarya bukan hanya untuk umat Katolik

 

General SFIC Suster  Adriana Tony SFIC dan Mgr Agustinus Agus meniup lilin HUT ke=175 SFIC (PEN@ Katolik/srmssfic)
General SFIC Suster Adriana Tony SFIC dan Mgr Agustinus Agus meniup lilin HUT ke=175 SFIC (PEN@ Katolik/srmssfic)

“Dalam usia kongregasi ke-175 tahun ini, para suster SFIC hendaknya tetap memegang teguh semangat misionaris pendahulu dan meneruskan warisan-warisan luhur di segala bidang pelayanan. Teruslah berkarya, bukan hanya untuk umat Katolik, bukan saja untuk suku tertentu tetapi untuk semua orang tanpa membeda-bedakan, karena karya para suster tetap dibutuhkan baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.”

Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus menyampaikan harapan itu dalam homili Misa Syukur Eksistensi 175 tahun Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC) di dunia yang mencapai puncaknya 12 Oktober 2019.

Misa, bagi tarekat kepausan yang semula bernama Kongregasi Suster Fransiskanes van Veghel itu dirayakan di Gereja Katedral Santo Yosef Pontianak sekaligus merayakan 113 tahun kiprah SFIC di Indonesia tepatnya di Singkawang (1906-2019) itu, dipimpin oleh Mgr Agus yang didampingi uskup emeritus Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap dan Uskup Agung Kuching Mgr Simon Poh, serta puluhan imam.

Mgr Agus mengisahkan pengalaman bersama para suster misionaris SFIC dari Belanda dan Filipina saat dia masih kecil dan tinggal di asrama di Bodok, Sanggau Kapuas. “Suster Marieta dari Filipina mengajari kami musik dan bernyanyi lagu Ubi Caritas dan ketika ada perlombaan kami dapat juara. Suster Laurena dari Belanda setiap pagi membagikan susu tanpa gula kepada kami,” kenang Uskup seraya mengatakan di tahun 1959 susu adalah minuman sangat mewah.

Ketika menjadi seminaris, lanjut uskup itu, dia satu-satunya yang tidak suka sambal terasi atau belacan, dan suster yang mengurus dapur umum waktu itu membuatkan sambal tanpa terasi untuknya. “Suster Josephine dari Lape Sanggau Kapuas membuatkan sambal tanpa belacan untuk saya. Saya tidak bisa membayangkan dari sekian ratus seminaris suster ini rela membuatkan sambal hanya untuk anak nakal ini,” kenang uskup, seraya menambahkan, “Saya yakin para suster ini pasti bangga di surga melihat anak nakal ini bisa menjadi uskup dan bisa berdiri di depan mimbar ini.”

Misa diawali prosesi para suster membawa lilin bernyala dari Biara Santo Willibrordus menuju katedral. Prosesi diawali dua perawat membawa logo 175 tahun SFIC dan tujuh siswa-siswi SMP Suster membawa tujuh bendera negara tempat SFIC hadir dan berkarya (Belanda, Indonesia, Filipina, Kenya-Afrika, Thailand, Jepang, Kanada), dan disusul siswa-siswi SD asuhan para suster yang memakai kostum uskup, imam serta biarawan dan biarawati, dan lima suster dengan jubah lawas melambangkan lima suster misionaris pertama di Singkawang.

Di depan pintu utama katedral, prosesi yang diikuti para suster tamu dari Belanda, Filipina dan Kenya, serta General SFIC Suster Adriana Tony SFIC, suster provinsial, para dewan serta para suster SFIC Provinsi Indonesia itu disambut dengan tarian etnis Dayak yang dibawakan oleh sanggar SMA Santo Benediktus Pahauman.

Merujuk pada tema “Demi Cinta Allah ke-175 Tahun: Sumber Kehidupan Kita,” Suster Adriana berharap dalam sambutannya agar para suster selalu “siap diutus ke mana pun, tidak gentar bertolak menuju perairan yang semakin dalam, berenang mengarungi arus zaman yang semakin modern serta berkomitmen selalu berpihak kepada yang miskin dan menderita di tengah masyarakat sekitar sesuai dengan visi dan misi kongregasi.”

Mewakili Ordo Saudara Dina Kapusin Provinsi Pontianak, Mgr Bumbun berterima kasih atas kerjasama para suster yang sejak awal bersedia menanggapi undangan Pater Prefek, Mgr Pacificus Bos OFMCap atas nama Saudara-saudara Dina Kapusin dan umat muda Katolik Kalimantan Barat 113 tahun lalu.

Ramah tamah juga dihadiri Uskup Ketapang Mgr Pius Riana Prabdi dan Uskup emeritus Medan, Mgr Alfred Gonti Pius Datubara OFMCap yang sedang berada di Pontianak untuk menghadiri Kongres Nasional ke-3 KKI, serta Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono dan isteri, Yanieta Arbiastutie, yang merupakan alumni SD Suster Pontianak.

“Aura positif berkat kehadiran para suster SFIC melalui karya pendidikan dan kesehatan hendaknya mampu memberikan nilai luhur bagi seluruh masyarakat, khususnya di Kota Pontianak yang majemuk ini. Selamat atas perayaan ke-175 tahun Kongregasi SFIC, semoga karya para suster tetap memberikan dampak harmonisasi bagi seluruh masyarakat Kota Pontianak yang beraneka ragam suku, agama dan budaya,” harap walikota.(PEN@ Katolik/Suster Maria Seba SFIC)

SFIC 10
Mgr Agustinus Agus
SFIC PHOTO BERSAMA PARA USKUP DAN IMAM
Foto bersama
Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, beserta istri hadir
Walikota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, beserta istri hadir
Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun, Mgr Pius Riana Prabdi dan Mgr Alfred Gonti Pius Datubara ikut hadir
Mgr Hieronymus Herculanus Bumbun, Mgr Pius Riana Prabdi dan Mgr Alfred Gonti Pius Datubara ikut hadir

Semua foto oleh PEN@ Katolik/srmssfic

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini