Senin, November 11, 2024
25.6 C
Jakarta

175 tahun Kongregasi SFIC di dunia: “Demi Cinta Allah” mereka berkarya juga di Indonesia

Pemotongan pita oleh General SFIC Suster Adriana Tony SFICdidampingi wakilnya, Suster  Jane Conception SFIC (PEN@ Katoliki/ssmsfic)
Pemotongan pita oleh General SFIC Suster Adriana Tony SFICdidampingi wakilnya, Suster Jane Conception SFIC (PEN@ Katoliki/ssmsfic)

Dengan moto “Demi Cinta Allah,” lima suster muda dari Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC) dari van Veghel, Belanda, berlabuh di Borneo guna memulai karya mereka di Singkawang.

Peristiwa datangnya suster-suster perintis karya misi SFIC di Indonesia, Suster Rogeria Vissers SFIC, Suster Silvestra van Grinsven SFIC, Suster Alexia Helings SFIC, Suster Emerentiana SFIC, dan Suster Fidelia Grassens SIFC terjadi tahun 1906.

Menurut catatan buku sejarah rumah SFIC, di masa itu mereka sungguh sadar dan tahu bahwa sekali berangkat ke tanah misi maka kemungkinan besar mereka tidak bisa pulang lagi ke Belanda, entah karena sakit terkena virus penyakit khas wilayah tropis, seperti malaria, kolera dan tifus, atau mengalami kecelakaan atau masalah lain.

Namun kelima suster misionaris itu sudah lama meninggal, dan peringatan 10-12 Oktober 2019 di Pontianak bukan untuk mengenang mereka secara istimewa tetapi untuk perayaan syukur atas eksistensi 175 tahun Kongregasi SFIC di dunia.

Kongregasi SFIC didirikan 24 Juni 1844 oleh Suster Teresia van Miert. Pendiri itu ditemani Suster Bernardina van Hoof dan Suster Fransisca de Roij. Ketiga suster itu dibina dengan semangat Fransiskan saat novis di Biara Roosendaal, Belanda. Pemimpin komunitas biara itu, Mère Marie Joseph, mengangkat Suster Teresia van Miert sebagai pemimpin komunitas sementara yang kemudian terpilih sebagai pemimpin umum saat ketiga suster pertama itu mengikrarkan kaul kekal 19 September 1844.

Uskup Den Bosch Mgr Zwijsen mengesahkan proses pemilihan itu dan mengukuhkannya secara gerejawi serta mengangkat Suster Teresia van Miert sebagai pemimpin umum untuk masa enam tahun. 24 April 1870, Roma secara resmi mengakui Kongregasi SFIC sebagai lembaga religius dengan nama “Sororum Franciscalium ab Immaculata Conceptione a Beata Matre Dei” (SFIC).

Anggaran Dasar dan Konstitusi SFIC disahkan oleh Paus Pius IX. Tanggal 8 Desember 1929, Konstitusi SFIC ditinjau lagi untuk kemudian kembali disahkan oleh Paus Pius XI.

Kini Kongregasi SFIC tersebar di empat keuskupan Indonesia, Keuskupan Agung Pontianak dengan 10 komunitas, Keuskupan Sanggau dengan empat komunitas, Keuskupan Agung Jakarta dengan satu komunitas, Keuskupan Agung Makassar dengan tiga komunitas.

Karya pelayanan SFIC mencakup bidang kesehatan, pendidikan, pembinaan orang muda di asrama, pembinaan rohani melalui rumah retret dan rumah pastoral. Semangat para Suster SFIC dalam berkarya adalah “Demi Cinta Allah” yang dirumuskan oleh Ibu Pendiri dan ditancapkan di dada setiap suster SFIC sebagai jawaban atas panggilan Tuhan.

Acara pembukaan perayaan yang bertema “Demi Cinta Allah ke-175 Tahun: Sumber Kehidupan Kita” diawali dengan ibadat yang dipimpin Kepala Paroki Santo Yosef Katedral Pontianak Pastor Alexius Alex Pr yang dalam pengantar mengungkapkan kekaguman atas keberanian para suster pendahulu untuk pergi ke Tanah Misi, yang sungguh mereka tidak pahami apa dan bagaimana wajahnya. “Saya adalah salah satu murid yang pernah mengalami perjumpaan dan pelayanan dari para suster misionaris SFIC Belanda ini, ketika saya menjadi seminaris di Nyarumkop,” kenang Pastor Alex.

Dalam ibadat itu Provinsial SFIC Indonesia Suster Yulita Imelda SFIC menjelaskan 10 kata dasar yang dilambangkan dengan 10 warna lilin, yakni semangat pelayanan para suster SFIC. Semangat pelayanan “Demi Cinta Allah” dilambangkan dengan lilin emas, menjadi yang paling kecil dengan lilin cokelat, berdoa dan bekerja dengan lilin abu-abu, bicara tegas dengan lilin merah, layaknya seperti pohon-pohon di tanah ini dengan lilin hijau, memberi dan menerima dengan lilin putih, di mana saja serasa di rumah dengan lilin kuning, mampu hidup di mana-mana dengan lilin biru, manusia meninggal dengan lilin putih tua, ceritera dilanjutkan dengan lilin hijau menyala.

Perayaan itu dihadiri General SFIC Suster Adriana Tony SFIC, Wakil Pemimpin Umum Suster Jane Concepcion SFIC serta wakil pimpinan dari Belanda, Filipina dan Kenya, Vikjen Keuskupan Agung Makasar Pastor Joni Payuk CICM, beberapa imam KAM, staf pengajar di STIKPAR Rantepao Sulawesi Selatan, suster SFIC, dan para murid SD dan SMP Suster Pontianak yang di awal perayaan menampilkan tarian massal khas etnis Dayak, setelah pemotongan pita oleh Suster Adriana Tony SFIC didampingi Suster Jane Concepcion SFIC.

Bazar aneka kuliner dan stan pameran khazanah SFIC mewarnai pembukaan perayaan yang juga ditandai dengan pelepasan balon dan logo perayaan 175 tahun SFIC oleh suster Suster Adriana Tony SFIC dan pelepasan dua ekor burung merpati oleh Provinsial SFIC Provinsi Indonesia (2015-2019) Suster Irene SFIC dan Provinsial SFIC Provinsi Indonesia (2019-2023) Suster Yulita Imelda SFIC.(PEN@ Katolik/Suster Maria Seba SFIC)

Artikel Terkait:

SFIC merayakan ulang tahun ke 175 dan pesta hidup membiara bagi para susternya

SFIC indonesia terima postulan dan novis serta dengar kaul perdana dan pembaharuan kaul

Para suster SFIC dari Belanda, Filipina dan Kenya hadir (PEN@ Katolik/smssfic)
Para suster SFIC dari Belanda, Filipina dan Kenya hadir (PEN@ Katolik/smssfic)
Tarian massal oleh pelajar SD dan SMP Suster Pontianak (PEN@ Katolik/smssfic)
Tarian massal oleh pelajar SD dan SMP Suster Pontianak (PEN@ Katolik/smssfic)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini