Lebih dari seratus Wakil Paus (Duta Vatikan atau Nuncio dan Pengamat Tetap) bertemu Paus Fransiskus di Vatikan 13 Juni 2019. Paus mengadakan pertemuan serupa tahun 2013 dan 2016, dan menyatakan keinginannya agar pertemuan tiga tahunan itu berlanjut di masa depan.
Pada pertemuan itu, Paus memilih berdialog dengan para Wakil Paus itu daripada menyampaikan sambutan yang disiapkan. Teks sambutan yang Paus gambarkan sebagai “meditasi … tentang peran Nuncio” dikirim kepada mereka untuk direnungkan lebih lanjut.
Dalam sambutan itu, Paus memberikan kepada mereka “dekalog” atau sepuluh kualitas yang menjadi ciri seorang Nuncio. Nuncio, kata Paus, adalah insan Allah yang mengikuti Allah dalam segala hal; dan insan Gereja. Seorang Nuncio tidak mewakili dirinya sendiri, tetapi Gereja, dan terutama Paus. Dia menghadirkan dan melambangkan Bapa Suci dan bertugas sebagai jembatan yang menghubungkan Wakil Kristus dan orang-orang yang jadi tujuan perutusan.
Paus mengatakan, Nuncio adalah insan yang bersemangat apostolik, dengan “tugas menerangi dunia dengan cahaya Dia yang Bangkit, membawa Kristus ke ujung bumi.” Nuncio juga harus jadi insan “mediasi, persekutuan, dialog, dan rekonsiliasi” yang harus tidak memihak, yang hanya mengupayakan keadilan dan perdamaian.
Nuncio juga harus jadi insan berinisiatif, yang mampu mengenali dan memenuhi tantangan-tantangan saat ini dan menghindari kekakuan dan “fleksibilitas seperti bunglon dan munafik.” Paus mengatakan, Nuncio juga adalah insan yang taat, yang bagi seorang Kristen dan seorang Nuncio merujuk pada “panggilan untuk mengikuti gaya hidup Yesus dari Nazareth.”
Kehidupan seorang Nuncio, lanjut Paus, harus juga ditandai dengan doa yang membawa “keakraban sejati dengan Yesus.” Nuncio dipanggil untuk “berkomunikasi, mewartakan, mewakili” Dia.
Paus mengakhiri “dekalog” untuk para Nuncio dengan “kebajikan kerendahan hati.” Paus bersama-sama para Nuncio dan Pengamat Tetap lalu mengucapkan “Litani Kerendahan Hati” yang disusun oleh Hamba Allah, Kardinal Rafael Merry dal Val, mantan Sekretaris Negara di bawah Santo Pius X:
Ya Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, dengarkan aku.
Dari keinginan untuk dihargai, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk dicintai, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk dimuliakan, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk dihormati, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk dipuji, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk disukai orang lain, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk dimintai nasihat, bebaskanlah aku, Yesus
Dari keinginan untuk diakui, bebaskanlah aku, Yesus
Dari ketakutan untuk dipermalukan, bebaskanlah aku, Yesus
Dari ketakutan untuk dihina, bebaskanlah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk ditegur, tolonglah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk difitnah, bebaskanlah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk dilupakan, bebaskanlah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk diejek, bebaskanlah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk dipersalahkan, bebaskanlah aku, Yesus.
Dari ketakutan untuk dicurigai, bebaskanlah aku, Yesus.
Agar orang lain lebih dicintai daripada saya, Yesus, berikan aku rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain lebih dihargai daripada saya, Yesus, berikan saya rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain bertambah besar dan aku bertambah kecil di mata dunia, Yesus, berikan aku rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain dipilih dan saya disisihkan, Yesus, berilah aku rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain dipuji dan aku diabaikan, Yesus, berikan aku rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain lebih saya sukai dalam segala hal, Yesus, berikan saya rahmat untuk menginginkannya
Agar orang lain menjadi lebih suci daripada saya, asalkan saya boleh menjadi suci seperti yang seharusnya, Yesus, berikan saya rahmat untuk menginginkannya.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan laporan Christopher Wells/Vatican News)