Vatikan telah mengeluarkan pesan Ramadan dan Idul Fitri bagi umat Muslim yang sesuai ketetapan pemerintah, melalui Kementerian Agama, setelah sidang isbatnya di Jakarta, 3 Juni 2019 malam, akan merayakan Idul Fitri, 5 Juni. Sidang isbat itu dipimpin oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Dalam konferensi pers seusai sidang itu, Lukman menyebutkan, dari pantauan hilal yang dilakukan, tidak ada satu pun yang berhasil melihat hilal. “Ketika hal itu terjadi, maka bulan Ramadhan tahun ini digenapkan jadi 30 hari. Itu artinya besok hari Selasa kita masih puasa karena besok masih Ramadhan. Dengan demikian, 1 Syawal 1440 Hijriah jatuh pada hari Rabu, 5 Juni 2019.”
Dalam ucapan selamat kepada umat Islam sedunia untuk merayakan bulan suci Ramadhan yang damai dan berbuah serta berakhir dengan Idul Fitri, Vatikan menyerukan umat Katolik dan umat Islam meningkatkan persaudaraan manusia dan keberadaan harmonis dengan membangun jembatan persahabatan dan meningkatkan budaya dialog di mana kekerasan ditolak dan pribadi manusia dihormati.
“Ramadhan saat umat Islam berpuasa, berdoa, dan memperbanyak sedekah, juga merupakan bulan untuk memperkuat ikatan spiritual yang kita miliki bersama dalam persahabatan Muslim-Katolik,” tulis pesan berjudul, “Kristen dan Muslim: Meningkatkan Persaudaraan Universal” yang ditandatangani oleh Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Uskup Miguel Ángel Ayuso Guixot.
Mengutip dokumen yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Gran Iman Sheikh Ahmed el-Tayeb dari Al-Azhar di Abu Dhabi, 4 Februari, Uskup Ayuso mengajak umat Katolik dan Muslim untuk “tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian; untuk mempertahankan nilai-nilai saling pengertian, persaudaraan manusia dan koeksistensi harmonis; guna membangun kembali kebijaksanaan, keadilan dan cinta.”
Pesan itu mengingatkan umat Islam dan Katolik bahwa dengan membuka diri kepada orang lain, mengetahui dan mengenal mereka sebagai saudara dan saudari, mereka bisa “meruntuhkan tembok yang ditimbulkan oleh ketakutan dan ketidaktahuan serta berupaya bersama membangun jembatan-jembatan persahabatan yang sangat penting bagi kebaikan semua umat manusia.” Dengan begitu, mereka bisa memupuk cara hidup baru dalam lembaga-lembaga politik, sipil dan keagamaan mereka di mana kekerasan ditolak, dan pribadi manusia dihormati.
Pesan ini mendorong para pengikut kedua komunitas itu untuk terus meningkatkan “budaya dialog sebagai sarana kerja sama dan sebagai metode untuk saling mengenal.”
Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama mengutip tiga pedoman penting yang diusulkan Paus Fransiskus untuk meningkatkan dialog dan pengenalan di kalangan umat dari agama-agama berbeda, yakni, “tugas identitas, keberanian akan keberbedaan, dan ketulusan niat”.
Lebih jauh pesan itu menjelaskan bahwa hormat terhadap perbedaan memerlukan dialog yang mengupayakan peningkatan hak untuk hidup bagi setiap orang, hak atas integritas fisik, dan hak kebebasan fundamental, seperti kebebasan hati nurani, pemikiran, ekspresi dan agama.
“Ini termasuk kebebasan untuk hidup sesuai keyakinan seseorang di ruang privat dan publik. Dengan cara ini, umat Katolik dan Muslim – sebagai saudara dan saudari – dapat bekerja bersama untuk kebaikan bersama,” tulisan pesan itu. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)