Home PLURALISME Calon imam dan awam silaturahmi ke pura, vihara, mesjid dan gereja untuk...

Calon imam dan awam silaturahmi ke pura, vihara, mesjid dan gereja untuk studi lintas iman

0
pura 1
Para calon imam dan awam Katolik bergambar di depan Pura Waidoko bersama pengurus pura. PEN@ Katolik/yf

Sebanyak 12 mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero Flores yang terdiri dari 10 calon imam SVD, Somascan, Karmel, Diosesan/projo, dan Camillian, serta dua awam, datang ke Pura Waidoko, Vihara Maumere, GPPS Maranatha Maumere, Mesjid Geliting dan GMIT Kewapante.

Silaturahmi studi lintas iman di Maumere, 7 Februari 209, itu merupakan implementasi mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama, jelas Dosen Ilmu Perbandingan Agama di STFK Ledalero Pastor Hendrik Maku SVD yang menyertai para mahasiswa itu.

“Mahasiswa pasca sarjana semester 2 ini tidak hanya berkutat dengan teori dari ruang kuliah dan perpustakaan tetapi diperkaya dengan narasumber dari setiap pimpinan agama, sehingga mereka tidak berbicara ‘tentang’ tetapi berbicara ‘dengan’,” jelas imam itu.

Dalam kunjungan di Pura Agung Waidoko, para mahasiswa diterima oleh I Gusti Agung Ayu Trisna Putri yang merupakan Guru Pasraman Indrakila dan Penyuluh Agama Hindu di Sikka, serta oleh Pemangku Pura Agung Waidoko Mangku I Ketut Nepo.

Dalam agama Hindu, jelas I Gusti Agung Ayu, tiga hal utama untuk mencapai kesempurnaan hidup adalah hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya, manusia dengan sesama dan manusia dengan Tuhan. “Jika hubungan ketiganya dilaksanakan secara berimbang dan tidak mengabaikan yang lain maka kesempurnaan hidup akan diperoleh,” jelasnya.

Menjawab pertanyaan tentang proses menjadi pemeluk agama Hindu dan tentang kasta, I Gusti menjelaskan, “tidak ada lagi kasta, tetapi warna atau wangsa (profesi), dan menurut I Ketut Nepo, umat Hindu di Sikka berjumlah 80 kepala keluarga atau sekitar 200 jiwa.

Pimpinan Vihara Pancaran Dharma Tempat Ibadah Agama Budha Stevanus Lengkong menerima para mahasiswa itu kompleks Pertokoan Maumere. Stevanus, yang didampingi Triyanto, Penyuluh Agama Budha Kementrian Agama Kabupaten Sikka,  mengatakan bahwa fokus aliran agama Budha ini adalah “pemurnian diri yang diperoleh dari ketenangan batin dan pandangan terang atau kemurnian pikiran.”

Stevanus, yang sejak 2005 bergabung dengan aliran agama Budha I-Kuan Tao dengan 60 umat, minta para mahasiswa agar selalu berguru dari para Nabi. “Para Nabi tidak pernah meminta uang dari kita. Mereka berusaha mewartakan Firman kepada manusia supaya kita berjalan di jalan benar. Kenapa Tuhan menciptakan iblis dan setan? Untuk menguji kita manusia apakah kita setia kepada Tuhan atau tidak. Mari kita luruskan hati supaya jangan goyah dengan menjalankan ajaranNya,” demikian Stevanus.

Pendeta Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Maranatha Maumere Paulus Goa Mite mengapresiasi silaturahmi studi lintas iman itu. “Sudah 45 tahun saya bertugas sebagai pendeta di Maumere, baru kali ini saya menerima jumlah mahasiswa STFK Ledalero sebanyak ini. Biasanya dua atau tiga orang saja,” katanya.

Sesudah menguraikan struktur kepemimpinan GPPS dan jabatan pendeta, Paulus menegaskan perlunya Gereja mencetak pendeta dan imam yang memiliki SDM handal dalam menjawab tuntutan zaman. “Para pendeta dan imam harus mengajarkan kepada umat untuk tahu hak dan kewajibannya. Hidup ini milik Tuhan. Tubuh ini milik Tuhan. Dompet juga milik Tuhan. Maka, hidup harus memberi untuk Tuhan lewat memberi. Kapan gereja bisa mandiri kalau umat tidak pernah memberi?” tanya Paulus.

Menurut Paulus, dia sudah membangun ekumene di Sikka sejak 1975 dan memiliki hubungan dekat dengan Pastor John Prior dengan satu misi ‘mewartakan Injil ke seluruh dunia,’ dan setiap tahun merayakan Pentekosta bersama. Di Sikka ada dua gereja GPPS yakni di Maumere dan Kewapante. Jumlah umat yang terdaftar 600 jiwa.

Peserta silaturahmi itu adalah Yakobus Antonius Ria, Servus Agustinus Mere, Yanuarius Jemmi Tafuli dan Anisetus Oktavianus Talang (SVD), Ignasius Hampur (Somascan), Stefanus Fua Tangi (Karmel), Servasius Yano, Aurelius Haseng dan Agustinus Hadun (projo dari Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret), Bonefansius Boli Lolan (Camillian) dan dua awam Adrianus Sako Aran dan Adeodatus Maring.  (PEN@ Katolik/Yuven Fernandez)

PEN@ Katolik/yf
PEN@ Katolik/yf
PEN@ Katolik/yf

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version