Kamis, November 21, 2024
33.5 C
Jakarta

Paus minta koor membantu umat bernyanyi, bukan mengganti suara umat

Vatican Media
Vatican Media

“Kalian telah membangunkan Vatikan!” Dengan kata-kata yang penuh sukacita itu, Paus Fransiskus menyatakan penghargaannya terhadap seni musik yang diperlihatkan oleh para peserta Pertemuan Internasional Ketiga Para Paduan Suara dalam audiensi di Aula Paulus VI, Sabtu, 24 November 2018.

Namun, pada kesempatan itu Paus Fransiskus juga mengajak kelompok-kelompok paduan suara dan para penyanyi di seluruh dunia untuk memperbesar peranserta dan doa umat dalam perayaan-perayaan liturgis dan bukan mengganti suara mereka.

“Musik dan lagu kalian sungguh-sungguh merupakan instrumen evangelisasi sejauh kalian memberi kesaksian tentang kedalaman Firman Tuhan, yang menyentuh hati orang-orang, dan sejauh kalian membantu dalam perayaan Sakramen-Sakramen, khususnya Ekaristi Kudus, sehingga kita bisa merasakan keindahan Surga.”

Sekitar 7.000 musisi dan penyanyi berpartisipasi dalam Pertemuan Para Paduan Suara, acara tiga hari yang diselenggarakan oleh Dewan Kepausan untuk Peningkatan Evangelisasi Baru.

Paus mendorong para penyanyi koor untuk terus memberikan suara yang menyentuh  emosi yang terletak di hati umat. “Musik dan lagu seringkali dapat membuat momen unik dalam kehidupan seseorang, karena musik dan lagu menjadi kenangan berharga yang menandai hidup mereka.”

Paus memperingatkan para paduan suara untuk melawan godaan untuk membuat talenta mereka lebih hebat dari umat dan peranserta umat di bangku gereja semakin kurang aktif selama Misa. “Kalian adalah animator musik dari segenap jemaat. Jangan mengambil bagian mereka dengan membuat mereka kehilangan  kesempatan bernyanyi bersama kalian dan memberi kesaksian tentang doa bersama Gereja,” kata Paus.

Bapa Suci memuji penyanyi koor yang mempelajari cara-cara “meningkatkan doa dalam perayaan liturgi” dan mengajak mereka memberi ruang kepada bentuk-bentuk ungkapan keagamaan yang lebih populer. “Pesta para santo pelindung, prosesi-prosesi, tarian-tarian, dan lagu-lagu religius dari umat adalah warisan nyata dari religiositas yang layak dihargai dan didukung, karena mereka tetap merupakan tindakan Roh Kudus di hati Gereja.”

Akhirnya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa musik seharusnya bertindak sebagai alat untuk meningkatkan persatuan. Paus mengatakan, musik dapat membantu “menjadikan Injil berkhasiat di dunia saat ini, melalui keindahan yang masih menyimpan pesonanya …” (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan Devin Watkins dari Vatican News)

Komentar

  1. Dalam kenyataannya selama ini nyanyian koor memang adalah dominasi para peserta koor. Walaupun umat sudah jarang membawa puji syukur. Saat bernyanyi umat mayoritas luar kepala menyanyikan lagu, tanpa melihat notasi lagu di puji syukur. Saya tetap melihat puji syukur ketika bernyanyi di gereja sambil mengikuti paduan suara koor.
    Paduan suara koor membantu memicu keinginan saya untuk ikut bernyanyi, entah umat lain bernyanyi atau tidak, itu tidak penting bagi saya. Yang penting bagi saya adalah bahwa koor masih mampu mengajak saya untuk ikut aktif bernyanyi mengikuti lagu yang mereka nyanyikan.

  2. Mnn ijin berpendapat…
    Setidaknya lagu-lagu ordinarium dan Bapa Kami harus dipastikan dari puji syukur dan sering dinyanyikan oleh umat. Terutama utk Lagu Bapa Kami, harap dipastikan umat bisa menyanyikannya meskipun bukan dari puji syukur. Misalnya dg memperkenalkan Lagu Bapa Kami yg diambil bukan dr PS agar terlebih dahulu diperkenalkan atau dinyanuikan dulu kpd umat sblm misa dimulai.

  3. Penting bagi kita.. Siapapun dia apabila mengikuti Misa.. Ttap mengambil peranan.. Ambil bagian dalam sebuah Ekaristi Kudus.. Gk harus duduk sebagai anggota Koor.. Sebagai Umat pun ttap ada peran yg bisa diambil… Dgn ikut bernyanyi.. Itulah perannya..

  4. Ketika Madah bakti masih digunakan sebagai buku nyanyian umat, semua umat ikut bernyanyi dalam Misa. Namun, semenjak Puji Syukur mengambil alih tempat yg ditempati madah bakti, aktuosa partisipacio itupun berlahan surut dan yg tertinggal hanya anggota koor yg bernyanyi. Ada apa ini. Kembalikan madah bakti kami ke dalam Misa. Kami umat mau bernyanyi nyanyian yg menyentuh hati dan jawa kami. Bukan nyanyian yg kering dg notasi yg kurang enak didengar.

    • Jujur…hal yg sama sy rasakan ketika Puji Syukur mulai dipergunakan sebagai buku resmi. Lagu2 Madah Bakti yg sudah begitu melekat…hrs digantikan dg lagu2 yg masih terdengar asing. Seiring berjalannya waktu…ternyata cukup banyak lagu dari Puji Syukur yang kualitasnya baik…dari segi liturgis maupun musikal. Jika koor masih menyanyikan lagu2 dari Puji Syukur…bersyukurlah…karena koor masih menggunakan lagu resmi gereja katolik Indonesia…Setidaknya kita…umat masih bisa ikut bernyanyi & bersukacita. Percayalah…Liturgi katolik akan terus diperbaharui…amin

  5. Didalam latihan koor perlu adanya latihan vocal antara lain :
    Cara bernafas.
    Penempatan tenggorokan.
    Memperluas rongga suara/resonansi.
    Cara membunyikan not rendah untuk
    kelompok bass.
    Cara membunyikan not tinggi untuk
    bass-tenor dan soprano.
    Pentingnya pitching.

    • Setujuuuu… Latihan yg cukup…teknik yg memadai…pasti hasilnya akan baik. Tapi apa semua koor ( lingkungan/paduan suara ) memiliki yg niat yg sama ? Memberikan yg terbaik…agar dapat membantu umat bernyanyi ? Ada yg asal bertugas koor…ada yg berlatih serius tapi terkendala organis/dirigen…kompleks ya ternyata…hahaha… Gereja Katolik ..dan kita…hrs bersama2 memikirkan …apa & bgm sarana yg dibutuhkan umat dan atau koor…agar dapat bernyanyi dengan baik…dan tentunya liturgis…salam sejahtera.

  6. Nyanyian koor jelas indah karena anggota koor memang cukup terlatih dan meluangk an waktu untuk latihan. Koor menyanyi indah bukanlah untuk dirinya sendiri tetapi justru untuk memperindah nyanyian umat. Koor hrs bisa menopang nyanyian umat sehingga umat dpt bernyanyi dengan semangat. Misalnya kalau ada nyanyian yg ada ayat dan ulangan ayat dibawakan koor ulangan oleh umat. Disini peran dirigen sangat penting sering dirigen yg kurang memahami gerakan bagaimana mengajak umat ikut menyanyi mana bagian umat mana bagian koor, kapan umat menyanyi kapan koor menyanyi.

  7. Semenjak Puji Syukur mengeser Madah Bakti, kebanyakan umat mingkem alias tidak ikut menyanyi…
    PS nada dan syairnya banyak yg KERING.
    MB lebih syahdu.
    Koor hanya pembangkit gairah dan mengajak umat untuk terlibat langsung dlm Misa – Ekaristi.
    Qui bene cantat bis orat…Ad Maiorem Dei Gloriam

  8. kebanyakan sekarang puji syukur jarang di pakai, dan umat hanya mengikuti koor yg menyanyi dan umat yg tau lagunya bisa ikut tp yang ga tau ya hanya diam,,, kalau bisa kembalikan lagu2 Madah bakti karna semua lagu sudah terekam di memori umat Thanks.

  9. Menanggapi berbagai teks nyanyian dari berbagai sumber yg ramai beredar di kalangan umat, Komisi Liturgi (kini: biro liturgi) Keuskupan Maumere, atas persetujuan dn desakan Bp Uskup Kherubim Pareira,SVD (kini: Uskup Emeritus), mengeluarkan buku Madah Bakti Keuskupan Maumere (berisi nyanyian/lagu-lagu dr Buku Madah Bakti yg dikeluarkan PML Jogja-tidak semua, dn beberapa lagu terutama dr pengarang lokal-Flores, lagu-lagu yg sdh mengumat puluhan tahun tapi telah direvisi oleh pakar Liturgi, Kitab Suci, Teologi dn Pastoral dr beberapa Seminari Tinggi di Maumere. Lagu-lagu itu menjadi “lagu wajib” dlm perayaan Ekaristi di wilayah Keuskupan Maumere. Itu juga skaligus menjadi alasan, -meminjam kata-kata Uskup Kherubim, “menyembuhkan penyakit koor dr liturgi Gereja kita”. Karena trkesan, koor memborong dn mendominasi urusan menyanyi dlm liturgi dn umat dlm banyak kesempatan hanya menjadi penonton dan pengagum koor.

  10. saya hanya seorang umat biasa, ingin memuji Tuhan sepenuh rasa. kata-kata yang dipujikan mengapa sulit dimaknai, nada-nada yang dilagukan tak dirasa indahnya. Saya tidak bisa menemukan Tuhan dalam pujian. (iman yang dikebiri)

  11. Keringnya lagu pujian di gereja katolik, apalagi koor yg menguasai pujian dalam misa. Boro2 dirgent menoleh ke umat yg ptg dia sibuk memimpin koor. Macam pertunjukan dalam gereja umat tdk diajak bernyanyi. Akhir2 ini sy menemukan tempat beribadah yg sesuai dg kerinduan jiwaku memuji Tuhan. Dg lagu2 penyembahan yg menyentuh jiwa. Dtg ke gereja dg wajah kusut plg dg wajah berseri. Lagi2 di gereja GBI sungguh indah menyentuh jiwa. Sy percaya dimanapun sy beribadah yg ptg tujuannya memuliakan Tuhan

  12. Bagi saya, siapapun pastor/romo parokinya, yg jelas permintaan Paus Fransiskus dg nada yg agak keras itu ditujukan langsung kepada Paduan Suara.
    Tinggal tindak lanjut semua paduan suara, punya kesadaraan utk mau taat atau hiraukan saja?

  13. Ini bukan lagi sekedar himbauan tapi sudah teguran keras dari Bp Suci.
    Siapapun pastor parokinya, teguran ini ditujukan langsung kepada Paduan Suara, para dirigen koor hrs segera introspeksi dan berbenah diri serta bijak memilih lagu yg bisa mengajak umat yg hadir ikut menyanyi.
    Tidak membiarkan umat cuma jadi penonton saja.

  14. Apa pun lagu yg dinyanyikan sepanjang dari buku2 lagu katolik terutama Madah Bakti dan Puji Syukur bagi sy sah2 sj… Kita akui juga yg membumi dan mengumat adalah MB, setuju jika peran koor sangat penting tp jgn abaikan umat yg datang hanya jd pendengar sj… Lagu koor cukup tiga sj… Selebihnya lagu yg umat semuanya tahu…. Sehingga tdk ada kesan umat datang utk menyaksikan konser… Kita semua diajak oleh Tuhan utk terlibat dalam meuji dan memuliakan nama Tuhan… Tapi apa pun itu kita semua bersaudara dalam iman dan percaya akan kebangkitan dan hidup… Tuhan Yesus sertailah hidup kami umatmu kini dan sepanjang masa… Amin…

    • Maaf OOT…iringan musik gereja yg benar skrg ini lebih cenderung menggunakan ritme ibarat konser. Saya pribadi merasa nilai sakralnya tdk ada. Mohon tanggapannya.mksh..

  15. Yang terpenting ketika Misa intinya adalah perayaan Ekaristi sebagai puncak iman. Jadi koor adalah penunjang sekaligus “pelayan” umat yg menggerakkan sehingga umat jg ikut bernyanyi bukan “show of force” klo yg mau ditunjukkan koor adalah show maka lebih baik koor tersebut mengadakan konser di balai paroki setelah misa .

  16. Sangat bagus dan tmbhn bnyk,koor yg ikut dlm talenta berntanyi.dan bisa di tingkatkn trs mnrs,dlm bljr bernyanyi talenta tsbt.
    Jg bisa membnt umat yg tdk bisa bernyanyi dlm doa jg.
    Di dlm umat yg tdk bs bernyanyi,dlm doa utk bisa mengerti dan bljr perlahan-lahan,dan memahaminya trs mnrs.
    Ttp sabar dlm tindakn perlayanan persaudaraan di mana2.

  17. Yang pasti, Yesus tdk pernah meninggal kan sebuah nyanyian utk murid2nya, tdk spt DOA Bapa Kami. Tapi manusia selalu melakukan kehendaknya, bukan kehendak Tuhan.

  18. Yth para pimpinan koor. Mohon introspeksi: Mana lebih dominan antara “memuji Tuhan” vs “gengsi paduan suara (dirigen)”. Pertanyaan lagi, dg contoh nyata “lagu Bapa Kami” yg sudah sangat dikenal oleh umat sehingga anak-anak kecil pun ikut bernyanyi dg lantang, dibandingkan dg lagu koor yg sangat indah tetapi umat tidak ada yg bisa ikut bernyanyi. Pertanyaannya: Kira-kira mana yg lebih berkenan di hati Tuhan?!? Dahulu kala di paroki kami Seksi Liturgi menekankan bahwa pada prinsipnya fungsi koor adalah penggerak umat untuk bernyanyi/memuji Tuhan. Jadi kalau ada koor yg membawakan lagu yg tidak ada dalam buku umat (Puji Syukur/Madah Bakti), koor wajib menyediakan teks untuk umat agar umat bisa ikut bernyanyi. Sayang setelah ganti pastor prinsip tsb tidak dipegang lagi. Sekali lagi pertanyaan untuk para pemimpin koor: “Mana yg lebih berkenan bagi Tuhan: lagu-lagu yg anda bawakan dg tanpa bisa diikuti umat ATAU lagu-lagu yg sudah dikenal oleh umat sehingga umat bisa ikut bernyanyi?!?

  19. Paduan suara harus lebih berkualitas dari umat dlm membawakan lagu.nyanyian adalah doa bermusik tentu pembawaanya harus pasti baik.lagu menjadi mengumat bila sering dinyanyikan oleh semua paduan suara dlm paroki.lagu baru sangat penting dan harus selalu ada sejalan dengan byknya komponis yg menciptakan lagu sehingga koor menjadi kaya perbendaharaan lagu.kapan umat bisa ikut peran aktif bernyanyi…..ya dia harus belajar byk dg paduan suara.

  20. Nasehat Sri Paus sangat penting dan mendesak utk segera direspon baik oleh sie. liturgi di setiap gereja Katolik. Sri Paus hendak mendudukan fungsi lagu liturgi pada tempatnya yg benar krn dewasa ini aspek itu sdh dilupakan seiring dgn semakin kreatifnya koor dan dirigen yg lebih mengutamakan penampilan drpd maknanya. Gereja bukan tempat pertunjukan paduan suara tp perayaan seluruh umat. Saatnya sie. liturgi ditiap gereja Katolik mulai mengarahkan para dirigen dan koor utk back to basic. Informasi dan bimbingan teknis perlu selalu dibuat agar tdk keluar jalur lagi. Amin

  21. Saya pribadi menyambut gembira dan antusias dengan ajakan bapa Paus. Memang jujur di era akhir2 ini koor dalam misa di gereja2 yang saya kunjungi ( bukan semua gereja ) …. KOOR … terkesan cenderung mendominasi lagu2 rangkaian perayaan misa kudus. Ini terlihat pada derigent yang lebih cenderung memberi aba2 kepada kelompok anggota KOOR. Sehingga menurut saya, jarang derigent aba2 diarahkan ke UMAT. Memang umat dengan segala keterbatasannya ikut menyanyikan lagu dari koor , dimana lagu2 tersebut mampu diikuti ( jujur , lagu2 dari Madah Bakti, bukan dari Puji Syukur ). Saya punya harapan terutama DIRIGENT ketika memimpin rangkaian lagu2 Misa Kudus, ARAH ABA2NYA lebih dominan ke UMAT. Maaf jika pernyataan ini dipandang keluar dari ke egois an saya pribadi.

  22. “Koor Membantu umat bernyanyi ”
    Pernyataan yang sederhana tapi banyak makna, tergantung dari sisi mana kita melihatnya.
    Jika saya melihat pernyataan itu sbb:
    * koor sebaiknya menyanyikan lagu liturgis yang sudah disahkan oleh gereja katolik ( misal di jakarta : MB / PS/ lagu tema wajib )
    * bernyanyi secukupnya ( berhenti di saat yang seharusnya ) & tidak memaksakan semua lagu yang sudah dilatih ( seakan akan konser )
    * mengajak umat menjawab ajakan Imam dengan tempo yang benar ( tidak mendayu- dayu atau ditarik- tarik ).

    Sekedar sharing proses sebagai umat & koor. Jadi saya mengalami :
    1. angkatan Madah Bakti di jaman msh sekolah & angkatan Puji Syukur saat sudah bekerja

    2. Peserta koor masa sekolah ( MB ),
    umat pasif masa bekerja ( PS )

    3. “Terjebak ” dengan ditunjuk sebagai dirigen ( efek pemekaran Lingkungan ) dengan catatan :

    – tanpa pernah sekalipun bergabung dalam koor sebelumnya saat lingkungan belum mekar
    – tidak menguasai Lagu Puji Syukur sama sekali

    4. Proses adaptasi belajar lagu “baru” dr Puji Syukur, berhadapan dengan umat saat menjadi dirigen, dan masih banyak proses penyiksaan lainnya yang cukup membuat kringatan & tangan jadi dingin

    5. Saat ini, Puji Tuhan, saya cukup banyak mengenal lagu Puji Syukur, tentu saja setelah melalui proses menjadi dirigen & peserta koor ( lingkup lebih luas )

    Jadi saat saya menjadi umat, saya bisa turut bernyanyi bersama koor dengan MEMBUKA PUJI SYUKUR & juga bernyanyi sesuai porsinya jika ada lagu yang harus bergantian antara Umat & Koor ( misal lagu Kemuliaan )

    Berdasarkan pengalaman pribadi saya, sebagai umat pun dibutuhkan peran aktif “MAU” terlibat belajar lagu baru dari Puji Syukur, tidak melulu hanya maunya MB, mah turut bernyanyi & membuka Puji Syukur itu sendiri ( ini yang saat ini cukup banyak yang tidak dilakukan pdhl Puji Syukur ada di depan nya )

    Lagu baru semua akan terasa asing dan tidak enak. Ingatlah pepatah : Tak Kenal maka Tak Sayang.

    Tuhan memberkati.

  23. Itu sumbernya dari mana ya?
    Saya cari cari kok gak ketemu. Audiensi itu benarkah terjadi pada tanggal 23 November 2018. Biasanya sih audiensi itu hari Rabu, tetapi 23 November itu hari Jumat. Saya cri dalam daftar aidiensi di Vatican kok gak ada. Pada tanggal itu ada audiensi dengan Giorgio La Pira Foundation. ada sambutannya ADDRESS OF HIS HOLINESS POPE FRANCIS TO MEMBERS OF THE “GIORGIO LA PIRA” FOUNDATION.
    Coba dicheck ulang sumbernya. Jangan jangan tidak mengatakan begitu 🙂

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini