Kardinal pertama dari Myanmar telah terpilih sebagai ketua Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC). Kardinal Charles Maung Bo yang merupakan Uskup Agung Yangon terpilih sebagai ketua baru FABC pada pertemuan Panitia Pusat FABC tanggal 16 November. Kardinal itu akan mulai bertugas sejak 1 Januari 2019.
Biarawan Salesian (SDB) itu menggantikan Kardinal Oswald Gracias, Uskup Agung Bombay, yang masa jabatan keduanya berakhir 31 Desember. Kardinal Gracias yang sebelumnya menjabat sekretaris jenderal FABC antara Januari dan Desember 2012, saat ini adalah ketua Konferensi Waligereja India (CBCI), badan puncak Gereja di India, dan Konferensi Para Uskup Katolik India (CCBI) yang menyatukan para uskup ritus Latin di negara itu.
Kardinal Bo lahir 29 Oktober 1948 di Monhla, sebuah desa di Keuskupan Agung Mandalay. Setelah belajar di Aspiran Nazareth milik Salesian Don Bosco di Anisakan, Pyin Oo Lwin, (1962-1976), ia mengucapkan kaul sementara tanggal 24 Mei 1970, diikuti kaul kekal, 10 Maret 1976.
Setelah menerima tahbisan imamat sebagai seorang Salesian di Lashio, Negara Bagian Shan, 9 April 1976, imam itu menjadi gembala di Loihkam (1976-1981) dan Lashio (1981-1983). Dari tahun 1983 hingga 1985, ia mengajar di seminari Anisakan.
Kardinal Bo bertugas sebagai Administrator Apostolik Lashio (1985-1986) dan sebagai Prefek Apostolik (1986-1990). Ketika status prefektur itu ditingkatkan menjadi keuskupan tanggal 7 Juli 1990, imam itu diangkat sebagai uskup pertama. Dia ditahbiskan sebagai uskup tanggal 16 Desember di tahun yang sama.
Santo Yohanes Paulus memindahkan uskup itu ke Keuskupan Pathein, Wilayah Ayeyarwaddy, 24 Mei 1996, tetapi ia terus berkarya sebagai Administrator Apostolik Lashio sampai November 1998. Tanggal 15 Mei 2003 ia diangkat menjadi Uskup Agung Yangon. Dari tahun 2000 hingga 2006 ia memimpin Konferensi Waligereja Myanmar.
Paus Fransiskus menjadikannya kardinal pertama Myanmar dalam konsistori 14 Februari 2015 di Vatikan. Selanjutnya, ia diangkat menjadi anggota Kongregasi untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, dan Sekretariat Komunikasi di Vatikan.
FABC menyatukan 19 konferensi waligereja di Asia sebagai anggota penuh dan 8 anggota asosiasi. Federasi itu bertujuan untuk membina di antara para anggotanya solidaritas dan tanggung jawab bersama demi kesejahteraan Gereja dan masyarakat di Asia. Keputusan-keputusan FABC tidak memiliki kekuatan mengikat secara yuridis; dukungan mereka adalah ekspresi tanggung jawab kolegial. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan laporan Robin Gomes dari Vatican News)