Home VATIKAN Sinode Para Uskup: Melayani secara online

Sinode Para Uskup: Melayani secara online

0
Sidang Umum Sinode Para Uskup tentang Orang Muda. Foto Vatican Media
Sidang Umum Sinode Para Uskup tentang Orang Muda. Foto Vatican Media

Kenyataan menyedihkan orang muda migran dan keluarga mereka serta cara Gereja menggunakan dunia digital adalah fokus harian dalam penjelasan singkat kepada pers dari Sinode Para Uskup tentang Orang Pemuda, Iman dan Pencermatan Panggilan, seperti yang dilaporkan oleh Russell Pollitt SJ dari Vatican News.

Yadira Vieyra dari Amerika Serikat adalah auditor muda dalam Sinode itu. Wanita muda itu melayani kaum migran bersama para psikolog dan profesional lain. Banyak keluarga migran, katanya, menderita kecemasan, kesusahan dan depresi. Ini sering terkait dengan kekerasan. Dalam Sinode itu, dia berusaha memotivasi Gereja untuk sungguh-sungguh menghadapi kesehatan mental para migran di AS dan bagian dunia lainnya. Gereja, katanya, tidak bisa melayani kaum muda tanpa melayani keluarga mereka juga.

Vieyra juga membahas masalah peran perempuan. Patut disayangkan, katanya, para suster tak bisa memberi suara dalam Sinode. Perempuan bisa melakukan intervensi, tapi tidak bisa memberi suara dalam Sinode. Perempuan, lanjutnya, memiliki peran sangat penting dan berinvestasi dalam perkembangan rohani anggota-anggota Gereja.

Mengomentari isu orang muda yang teridentifikasi LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), Vieyra mengatakan adalah sebuah tantangan untuk melayani kelompok yang merasa diserang oleh Gereja itu. Dikatakan, umat Katolik LGBT sering menerima pelayanan pastoral yang jelek dan mereka merasa bahwa Gereja tidak menginginkan mereka. “Ini tidak benar bagi kebanyakan umat Katolik,” katanya.

Sebagai pengantin baru, Vieyra berpikir, pendampingan sebelum pernikahan itu baik. Tetapi ia merasa,  sangat perlu diamati cara Gereja menemani orang muda setelah pernikahan.

Dikatakan, Sinode telah menjadi sebuah pengalaman positif, beberapa uskup bersedia mendengarkan, belajar, dan berubah. Yang lain, lanjutnya, masih perlu diyakinkan.

Uskup Maronite Mgr Joseph Naffah mengatakan, realitas Timur Tengah telah dibahas. Uskup itu mengatakan, orang muda tidak takut memberi kesaksian tentang iman mereka bahkan dalam menghadapi kemartiran. Gereja, lanjut uskup itu,  adalah salah satu harapan dan menganggap perjuangan ini sebagai kesempatan untuk bersaksi tentang iman.

Uskup Naffah selanjutnya berbicara tentang melayani di dunia digital. Uskup itu menjelaskan cara dia menjalankan proyek berbahasa Arab untuk tetap berhubungan dengan orang muda secara online. Proyek ini fokus pada katekismus, semacam lembaga ilmu agama online, katanya. Ada 550 siswa di berbagai belahan dunia ikut proyek ini, termasuk orang muda di penjara. Uskup itu secara khusus digerakkan oleh seorang muda lumpuh yang hanya bisa menggerakkan ibu jarinya. Sebelum ada prakarsa itu, dunia untuk anak muda itu terbatas pada tempat tidur, tetapi sekarang dia bisa berhubungan dengan seluruh dunia. Uskup itu mengatakan, dengan proyek itu ada beberapa orang masuk Katolik.

Uskup itu prihatin dengan banyaknya situs yang mengklaim berisi konten Katolik tetapi tidak akurat mencerminkan ajaran Katolik. Uskup itu mengusulkan adanya sebuah kantor khusus di Vatikan untuk memeriksa halaman-halaman itu dan kemudian menyatakan mana yang mencerminkan posisi Gereja Katolik.

Uskup Ghana Mgr Emmanuel Kofi Fianu juga berbicara tentang penggunaan dunia digital. Uskup itu mengatakan, minat khususnya adalah menyampaikan Firman Tuhan kepada orang muda. Uskup mengatakan, Gereja perlu menyiapkan lebih banyak platform digital tentang Firman Tuhan yang bukan hanya akan mendidik orang muda tetapi membantu mereka menjadi penginjil.

Pemimpin Umum Serikat Santo Paul Pastor Valdir Jose Castro juga fokus pada komunikasi saat berdiskusi dalam Sinode. Bagaimana Gereja hidup di dunia digital adalah persoalan utama. Imam itu mengatakan, Gereja tidak diam tetapi masih banyak yang perlu dilakukan. Situs lebar dunia adalah jaringan kemanusiaan. Gereja harus bantu orang muda menjadi pelaku evangelisasi di ruang itu. Imam itu mengatakan, orang muda tahu bahasa dan tata bahasa dunia media sosial, maka sangat penting bagi mereka membantu Gereja untuk keluar dan membuka pintu-pintu. (PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)

Artikel Terkait:

Sinode para uskup tentang orang muda: menjadi misionaris digital

Dokumen kerja untuk sinode para uskup tentang orang muda disajikan

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version