Dalam briefing Sinode kepada pers tanggal 17 Oktober 2018 diberitahukan bahwa tema yang berulang terungkap dalam percakapan dalam sidang Sinode adalah bagaimana Gereja dapat menjadi bagian dari dunia digital. Untuk ini, Gereja membutuhkan “misionaris digital.”
Menurut laporan Russell Pollitt SJ dari Vatican News, Prefek Dikasteri Vatikan untuk Komunikasi Dr Paolo Ruffini memulai briefing itu dengan menyebut sejumlah isu yang dibicarakan dalam sidang umum Sinode itu. Dikatakan bahwa migrasi, baik internal maupun eksternal, adalah masalah yang diperdebatkan. Kaum muda, katanya, prihatin dengan penatalayanan ciptaan. Dalam sidang itu diungkapkan bahwa “orang muda bereaksi negatif terhadap korupsi dalam bidang politik, dan orang muda ingin Gereja menjadi tempat yang unggul,” katanya.
Isu-isu lain yang muncul antara lain suara hati, kebenaran dan belas kasih, pengajaran di sekolah-sekolah dan universitas-universitas Katolik dan cara penggunaan narkoba dan alkoholisme yang sering menyebabkan orang muda menjadi pelaku kejahatan.
Hadir dalam briefing hari ini adalah Uskup Reykjavík, Islandia, Mgr David Bartimej Tencer OFMCap, Abas Jenderal Ordo Cistercian Pastor Abott Mauro Giorgio Giuseppe Lepori OCist, Superior Komunitas Ekumenikal Taizé Bruder Alois, dan Delegasi Persaudaraan Pendeta Marco Fornerone dari Persekutuan Gereja-Gereja Reformasi Dunia.
Dr Ruffini mengatakan, isu perhatian pastoral terhadap orang muda di dunia digital telah dibahas. Sinode merenungkan bagaimana Gereja bisa aktif dalam dunia media sosial tempat orang muda berada. Gereja, katanya, ingin tinggal dalam dunia digital secara resmi dan serius. “Bagaimana seharusnya Gereja membentuk misionaris untuk dunia digital dan memiliki orang di dunia digital yang merupakan pendukung kebebasan dan tanggung jawab? Gereja ingin menjadi bagian dari dunia digital dengan cara yang lebih terstruktur,” katanya.
Gereja sebenarnya memiliki sikap sangat positif, terhadap dunia digital, kata Uskup Tencer. “Sudah berulang kali dikatakan bahwa komputer atau telepon tidak baik atau buruk, tapi netral,” kata uskup itu seraya mengatakan bahwa di Islandia Gereja akan hilang tanpa dunia digital. Uskup menjelaskan cara mereka menyelenggarakan katekese lewat skype. Dikatakan bahwa dia duduk depan komputer dan berhubungan dengan orang muda, berbicara dengan mereka dengan cara sangat nyata. Uskup itu mendorong mereka untuk mengunduh Alkitab ke ponsel mereka, mereka bisa menemukan banyak hal dengan cepat. Menurut uskup itu, “Dunia digital bukanlah kerusakan tetapi perkembangan positif. Dunia digital sedang menggerakkan Gereja ke depan dan ini bagus.”
Bruder Alois mengatakan, perubahan sering diutarakan. Dia merasa perubahan pola pikir sedang berlangsung dan semua Bapa Sinode ingin lebih dekat dengan orang muda. Dia yakin, ini mengarah pada perubahan struktur Gereja.
Persahabatan adalah kata yang diulang-ulang, kata bruder yang ingin menggali lebih dalam makna teologis kata ini, “melihat lebih dalam kepada Yesus sebagai seorang teman.” Dia mengatakan, “orang muda juga ingin didengarkan, tetapi, kadang-kadang, tidak bisa menemukan pintu masuk ke dalam Gereja untuk didengarkan.” Persahabatan sebagai persatuan dan solidaritas harus dieksplorasi, kata Bruder Alois yang menceritakan bahwa di dalam Taize, mendengarkan itu fundamental, seluruh Gereja perlu menemukan cara mengekspresikan keterbukaan dan memperlihatkannya.
Bruder Alois juga menyebutkan pentingnya ekumenisme. Dikatakan, tidak ada banyak delegasi ekumenis, namun indah melihat ada upaya ekumenis yang terpadu. Namun sayang, ekumenisme tidak disebutkan dalam Sinode. Ekumenisme diperlukan dan orang-orang muda mencari ruang ekumenis untuk saling berbagi, kata bruder itu seraya meminta Gereja untuk “tidak berdoa bagi orang muda tetapi berdoa bersama mereka.”
Sinode itu, kata Pastor Lepori, laksana situs pembangunan. “Kalian tidak akan pernah menemukan metode yang ideal, seperti dalam kehidupan, tetapi kalian harus mulai memuat fondasi dan membangun segenap gedung baru.”
Uskup Tencer mengatakan, satu hal yang mengejutkan dia adalah bahwa Sinode itu sukses besar karena dipersiapkan dengan baik. “Informasi telah datang dari seluruh dunia.” Uskup itu merasa, pembicaraan berlangsung sangat positif dan “Sinode itu tentu akan membantu Gereja untuk bergerak maju.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)