Dalam kunjungan pastoral kepada umat di Keuskupan Umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI (Ordinariatus Castrensis Indonesia, OCI) di Pontianak, 17-19 Juli 2018, Uskup OCI Mgr Ignatius Suharyo berkunjung juga ke Keuskupan Agung Pontianak (KAP) dan menjelaskan sejarah OCI kepada Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus bersama Kuria KAP, Dewan Keuangan KAP, DPP Katedral Pontianak dan panitia kunjungan itu.
Mgr Suharyo memang bersahabat dengan Mgr Agus sejak mereka hidup bersama di Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta, tahun 1969. “Saya kakak kelas Mgr Agus,” kata Uskup Agung Jakarta dalam pertemuan di Wisma Keuskupan, di hari pertama, seraya berterima kasih kepada Mgr Agus, karena “selama menjalankan tugas sebagai Uskup OCI, saya belum pernah dijemput uskup di bandara.”
Uskup OCI, yang datang bersama Pastor Bantuan Militer TNI dan Polri (Pasbanmilpol) OCI Pastor Rofinus Ronny Neto Wuli dan staf sekretariat OCI Redem Kono, datang mengunjungi dan beraudiensi dengan Panglima Kodam XII/Tanjungpura dan pejabat Kodam XII/Tpr, Danlantamal XII/Pontianak, Danlanud Pontianak, serta dengan Kapolda Kalbar dan Pejabat Polda Kalbar. Kegiatan utamanya adalah bertemu warga OCI se-Garnisun Pontianak.
Keuskupan Militer di Asia, menurut Mgr Suharyo hanya ada di Filipina, Korea Selatan dan Indonesia. “Khusus Indonesia, sejarahnya amat menarik, karena Bapa Suci mendirikan Vikariat Militer di Indonesia bersamaan dengan zaman perjuangan kemerdekaan. Sesudah kemerdekaan, Belanda masih mengganggu di sana-sini.”
November 1948, lanjut Mgr Suharyo, Menteri Pertahanan saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendirikan unit pelayanan rohani dan mental untuk Angkatan Perang demi perjuangan kemerdekaan, dan satu bulan kemudian, Paus mendirikan Keuskupan Militer di Indonesia “untuk menunjukkan sikap jelas bahwa Gereja Katolik dari pusat di Vatikan mendukung perjuangan Kemerdekaan RI.”
Sebelumnya tahun 1946, Mgr Albertus Soegijopranoto SJ menulis surat kepada Paus meminta supaya Vatikan mengakui kemerdekaan RI. “Itu tanda lain bahwa Gereja Katolik sejak awal kemerdekaan sungguh mendukung kemerdekaan negara kita tercinta ini. Banyak tanda menunjukkan kedekatan sangat erat antara Gereja Katolik dengan negara. Itulah warisan bagi umat Katolik bahwa seperti apa pun tidak akan pernah tidak mencintai NKRI.”
Mgr Suharyo menyebut pahlawan nasional beragama Katolik, Mgr Albertus Soegijapranata SJ dan Kasimo, serta Slamet Riyadi dari TNI AD, Yos Sudarso dari TNI AL, dan Adi Sucipto dari TNI AU. “Warisan yang mereka tunjukkan menjadi warisan bagi kita semua,” tegas uskup.
Diceritakan, dulu Polri pernah masuk dalam kesatuan ABRI, dan waktu itu keuskupan di Indonesia bernama Keuskupan ABRI. Ketika Polisi disendirikan dan tidak ada lagi ABRI, “kami tidak mau melupakan warisan itu, maka namanya dirubah menjadi Keuskupan untuk Umat Katolik di Lingkungan TNI dan POLRI. Itu khas Indonesia yang tidak ada di tempat lain.”
Tapi, Vatikan mulai menggunakan istilah yang selalu ditulis dalam laporan keuskupan yang dikirim Mgr Suharyo. “Bedanya, di Indonesia ini lembaga khas Gereja Katolik yang tidak diketahui institusi TNI dan POLRI, sedangkan di beberapa negara lain namanya Keuskupan Militer, di mana Pastor Militer dan Uskup Militer tinggal bersama tentara-tentara itu.”
Di Indonesia, jelas Mgr Suharyo, sejarahnya berbeda. Sukarno dan Soegijapranata yang bersahabat kental lupa membicarakan segi legalnya sehingga pada periode tertentu para pastor masuk ke lingkungan TNI dan POLRI dengan pangkat tituler, yang kini sudah tidak ada.
Julius Kardinal Darmaatmadja mencari jalan dengan menugaskan lima imam menjadi PNS masing-masing di Mabes TNI, di AD, AL, AU dan Kepolisian. “Tetapi ternyata posisi sebagai PNS kadang-kadang tidak menguntungkan, maka setelah imam imam itu pensiun, keadaan PNS tidak dilanjutkan.”
Kardinal mencari jalan lain lagi dengan mengutus empat imam ikut pendidikan militer sebagai perwira karir. Yang lulus hanya yang AD dan AU dengan perutusan jelas, tinggal di tempat pendidikan tanpa memikirkan karir lain. “Pastor Yos Bintoro dari AU masih tetap mengajar di Pangkalan Udara Adi Sucipto, sedangkan yang dari AD ternyata senang dengan karir maka dia meninggalkan imamat dan meniti jenjang karier di AD,” jelas Mgr Suharyo.
Sekarang, Uskup OCI berusaha bertemu para petinggi TNI dan Polri untuk menawarkan imam di TNI dan POLRI “asal ditempatkan di pendidikan, tidak di tempat lain.”
Menurut Pastor Ronny, selain mendengarkan pengarahan dari Danlantamal XII/Pontianak Laksma TNI Gregorius Agung WD dan Wakapolda Kalbar Brigjen Polisi Sri Handayani, yang juga beragama Katolik, dia juga mengajak umat Katolik TNI dan Polri se-Garnisun Pontianak untuk lebih dekat mengenal OCI dan meningkatkan spiritualitas Katolik serta “Kebangsaan Prajurit Katolik Demi Keutuhan dan Kedaulatan NKRI”.
Mereka juga mengikuti kegiatan penyegaran rohani dan tatap muka wawan hati dengan Uskup OCI, yang memimpin Misa bagi mereka di Aula Makodam XII Tpr sebagai puncak Kunjungan Pastoral OCI.(rk/ak)