Sekitar 300 umat dari berbagai komunitas mengikuti acara buka puasa bersama di aula Katedral Maria Diangkat ke Surga Jakarta. Acara bertema “Menguatkan toleransi, persaudaraan dan solidaritas kemanusiaan” itu, menurut Alissa QM Wahid yang merupakan Koordinator Jaringan Gusdurian, adalah kegiatan spontan tanpa sangkut paut dengan tokoh politik yang diundang.
“Gerakan ini berasal dari aspirasi kelompok masyarakat yang senantiasa mendambakan perdamaian,” kata Alissa yang tidak menampik bahwa gerakan itu hendak mendorong orang melakukan kebaikan di negeri ini setelah teror bom mengguncang sejumlah gereja di Surabaya bulan lalu. “Kita sepakat perlu menjaga kerukunan umat beragama,” katanya seraya menambahkan keinginan untuk mengajak segelintir kelompok yang selalu menaruh kebencian terhadap kelompok lain untuk kembali melakukan kebaikan.
Kegiatan 1 Juni 2018 itu dihadiri Komunitas Gusdurian, Komunitas Tatar Sunda, Komunitas Islam Kenusantaraan, dan Komunitas Rumah Kajian Al Quran Al Barru-Tebet. Niat komunitas-komunitas yang Alissa sebut sebagai “Komunitas Kebajikan” itu, “sesungguhnya untuk memelihara perdamaian di negara Indonesia,” tegas Alissa. Acara itu juga dihadiri wakil PBNU, MUI, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan Kepala Paroki Maria Diangkat ke Surga Jakarta Pastor Albertus Hani Hartoko SJ serta pengusaha Dewi Motik.
Dalam acara itu, Pastor Albertus Hani SJ memandu tur peserta ke dalam Gereja Katedral. Imam itu berharap kegiatan buka puasa bersama itu menjadi sarana memperkuat kebersamaan dalam perbedaan.
Acara yang dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya itu juga diisi dengan pemutaran video anak-anak diaspora yang membacakan teks Pancasila, dan penyerahan sumbangan buku cerita anak untuk perpustakaan di daerah terpencil pada perwakilan Pustaka Bergerak. (Konradus R. Mangu)