Home OPINI Maria Bunda Kita Semua

Maria Bunda Kita Semua

0
??????????????????????????
PEN@ Katolik/soni

Oleh Putut Prabantoro

Seberapa besar Indonesia? Jika ditarik garis diagonal dari Sabang ke Merauke, itu sama saja dengan garis diagonal dari London ke Ankara. Sepanjang garis diagonal itu, Indonesia memiliki 17.499 pulau, terdiri dari 1.340 suku bangsa dan memiliki 740 bahasa daerah yang aktif. [1] Dengan kekayaan yang luar biasa seperti ini, Indonesia menghadapi tantangan utama yakni persatuan sebagai bangsa dengan berbagai latar belakangnya. Sehingga, tidak mengherankan jika kemudian Bhinneka Tunggal Ika menjadi motto Bangsa Indonesia.

Seberapa besar Kalimantan Barat? Provinsi ini luasanya 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Dengan besarnya 1,13 Pulau Jawa, Kalimantan Barat merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Provinsi yang disebut sebagai Pulau Seribu Sungai ini, memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan sensus tahun 2010 [2], etnis paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (49.91%), suku Melayu (16.50%), etnis Jawa (8.66%), Etnis Tionghoa (8,17%), etnis Madura (6,27%) Bugis (3,13%), Sunda (1,13%), Batak (0,60%), Daya (0,52%) dan Banjar (0,33%) dan suku-suku lainnya (1,33%).  Menurut penelitian, ada berbagai bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat termasuk di dalamnya, Bahasa Dayak, Bahasa Tionghoa, Bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya. Yang menarik adalah, menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek atau Hakka.

Dengan berbagai latar belakang sejarah dan masa depan para suku yang tinggal di provinsi ini, sebagaimana Indonesia, Kalimantan Barat juga menghadapi tantangan utama yaitu persatuan suku sebagai satu bangsa Indonesia. Berbagai latar belakang kepentingan termasuk politik menorehkan sejarah kelam bagi Kalimantan Barat dalam menyatukan visi misi semua suku dalam balutan Bhinneka Tunggal Ika.

Pulau Kalimantan (Borneo) disebut secara jelas oleh Ordo Fransiskan dalam catatan perjalanan seorang biarawannya dari Italia yang bernama Odorico Mattiussi de Pordone. Mattiussi mengunjungi Sumatera, Jawa dan Borneo (Kalimantan) dalam perjalanannya ke wilayah Asia dengan tujuan Cina.  Perjalanan dalam rangka misi diplomatik atas perintah paus saat itu dilakukan Mattiussi dalam kurun waktu 1313-1330. Dalam perjalanan misi diplomatik ini, Mattiussi menuliskan catatannya mengunjungi ibukota Kerajaan Majapahit di Jawa.

Meskipun perjalanan Mattiussi pada abad ke-13 itu disebut sebagai kontak pertama Gereja Katolik dengan Nusantara, namun tahun yang diakui sebagai masuknya agama Katolik ke Indonesia adalah tahun 1543 ketika kepala kampung Mamuya, Halmahera, Maluku Utara, dibaptis bersama warganya oleh pedagang berasal dari Portugis Gonzalo Veloso. Tiga tahun kemudian, Fransiskus Xaverius mengunjungi daerah Indonesia bagian Timur yakni Ambon, Saparua dan Ternate pada ahun 1546-1547. Berdasarkan catatan, Gereja Katolik ke Kalimantan Barat pada tahun 1847, ketika Mgr Vrancken, Vikaris Apostolik Koajutor Batavia bertemu dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda JJ Rochussen untuk diijinkan berkarya di Kalimantan.

Kalimantan Barat sejak jaman dulu adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang negara Indonesia yang dulu dikenal dengan sebutan Nusantara. Ketapang yang dulu disebut Tanjungpura adalah satu dari 10 kota yang disebut dalam Sumpah Palapa Gadjah Mada tahun 1336. Selain Ketapang (Tanjungpura), kota lain yang disebut dalam sumpah tersebut adalah, Pahang (Malaysia), Tumasik yang sekarang disebut Singapura, Haru yang berada di Sumatera Utara, Palembang, Sunda, Bali, Dompo (Sumbawa), Seran (Seram), Gurun atau Pulau Gorom (Seram bagian Timur).

Disebutnya Ketapang (Tanjungpura) dalam Sumpah Palapa menjadikan Kalimantan Barat sebagai daerah yang sangat istimewa dalam sejarah Indonesia. Tanpa Ketapang (Tanjungpura), persatuan Nusantara di bawah Gajah Mada tidak akan pernah terjadi. Ketapang adalah bagian tak terpisahkan dari Kerajaan Singasari yang menjadi salah satu basis pertahanan Singosari (Kertanegara) dalam mempertahankan serangan dari Cina pasca Raja Kertanegara menolak untuk tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan.

Hanya saja dalam perjalanan sejarahnya, Kalimantan Barat harus menerima kenyataan bahwa ada beberapa kali masa terjadi konflik horisontal yang dilatarbelakangi ras atau suku. Konflik antara Tionghoa (Cina) dan Dayak, salah satunya, telah menoreh luka batin yang mendalam dan membutuhkan lama untuk disembuhkan. Konflik horisontal antara masyarakat Dayak-Tionghoa tahun 1967 disebut sebagai konflik horisontal terbesar di Kalimantan Barat. Sebagian suku Dayak yang beragama Katolik juga terlibat dalam pengusiran masyarakat Tionghoa yang sebagian juga beragama Katolik.

Dilatarbelakangi oleh iman yang sama itulah, Pastor Rohani Katolik Angkatan Darat (Rohkat AD) yang bertugas di Kodam XVI/Tanjungpura, Isak Doera Pr mengambil inisiatip untuk mendamaikan masyarakat Dayak dan Tionghoa yang diawali oleh mereka yang beragama Katolik. Di bawah kaki Bunda Maria yang berada di Gua Maria Pencinta Damai, Anjongan, Menpawah.

Pada hari Minggu 27 Mei 2018, Patung Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan diberkati dan diresmikan oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus. Gua Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan sudah ada sejak 29 April 1973, sedangkan pembangunan rumah retret dimulai 29 Oktober 2017 dan pembangunan Patung Maria Ratu Pencinta Damai dimulai dengan peletakan batu pertama 10 Maret 2018. Semua itu berada dalam kawasan wisata rohani milik Keuskupan Agung Pontianak satu-satunya.

Mei dan Oktober

Bulan Mei dan Oktober, dalam tradisi Gereja Katolik, sangat kental dengan kehidupan Bunda Maria. Segala tradisi devosi bunda Maria dilakukan pada bulan Mei dan Oktober. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari Penampakan Bunda Maria di Fatima, sebuah kota kecil di Portugal. Kota yang diambilkan dari nama tersebut diambil dari nama puteri kesayangan Nabi Muhammad SAW, menjadi sangat terkenal di dunia karena penampakan Bunda Maria kepada 3 (tiga) anak kecil pada Mei 1917.

“Aku akan menampakkan diri setiap tanggal 13 di awali pada bulan Mei,” ujar Bunda Maria kepada Lucia de Jesus (10 tahun), Fransesco Marto (9 tahun) dan Jacinta Marto (7 tahun). Sejak Mei hingga Oktober 1917, Bunda Maria menampakkan diri kepada ketiga anak itu setiap tanggal 13, terkecuali pada bulan Agustus. Penampakan Bunda Maria itu diawali dengan penampakan Malaikat kepada Lucia, Fransesco dan Jacinta pada April dan Oktober tahun 1916.

Dalam penampakan tersebut, Bunda Maria memberikan tiga rahasia yang harus dipegang oleh ketiga anak kecil itu. [3]

Pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, tentang Perang Dunia kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan totalitarianisme-komunisme. Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan terlebih dahulu 31 Agustus 1941, dan dipublikasikan terlebih dahulu sebelum pesan yang ketiga.

Sedangkan pesan ketiga yang dituliskan oleh Suster Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria. Pesan atau rahasia ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes XXIII tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara publik, demikian juga Paus Paulus VI. Namun Paus Yohanes Paulus II, setelah percobaan pembunuhan dirinya tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu secara publik, yang dikenal sebagai “The third secret of Fatima.”

Teks pesan ketiga Fatima baru dipublikasikan 26 Juni 2000, (setelah diumumkan oleh Kardinal Angelo Sedano atas nama Paus, bahwa pesan ketiga tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat. Pengumuman ini diadakan tanggal 13 Mei 2000, pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto). Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus, pada perayaan Pentakosta, mendoakan dan mengkonsekrasikan dunia kepada hati Bunda Maria yang Tak Bernoda, yang disebutkan sebagai “Act of Entrustment”, memohon agar Bunda Maria menjaga dan mendoakan para umat beriman dan dunia.

Kebetulankah?

Pertanyaannya, sekalipun berjarak ribuan kilometer dari Fatima Portugal, Apakah ada korelasi antara Penampakan Maria Fatima dan Gua Maria Ratu Pecinta Damai di Anjongan ?

Penampakan Maria di Fatima sering disebut penampakan Bunda Maria dengan bernuansa politik. Penembakan Paus Yohanes Paulus II oleh Mehmet Ali Agca di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 13 Mei 1981. Tanggal 13 Mei adalah penampakan pertama Bunda Maria kepada tiga anak kecil di Fatima, Portugal.

Peluru yang digunakan untuk menembak dirinya, oleh Paus Yohanes Paulus II dipersembahkan dan diletakkan di Mahkota Bunda Maria di Fatima. Dua tahun setelah ditembak, 27 Desember 1983, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Mehmet Ali Agca di penjara Italia, memeluk dan mengampuni kesalahannya. Alasan Paus Yohanes Paulus II mengampuni penembaknya adalah, Paus menginginkan Mehmet Ali Agca, pembunuh bayaran dari Tukri, juga mengalami kerahiman Allah sebagaimana dirinya yang selamat dari tembakan tersebut. Perdamaian terjadi di antara Paus Yohanes Paulus II dan upaca percobaan pembunuhan atas dirinya. Alasan percobaan pembunuhan tidak jelas hingga kini, sekaligus ada dugaan dari berbagai pihak adanya campur tangan Uni Soviet.

“Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan,” tegas Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo Pr dalam pidatonya saat memberi penghargaan kepada pemenang sayembara Maria, Bunda Segala Suku, pada 22 Mei 2017. Pengumuman pemenang sayembara lomba lukis, patung dan fotografi seharusnya dilakukan setahun setelah pembukaan resminya pada 30 Mei 2016, dengan berbagai alasannya. Pengumuman baru terjadi pada 22 Mei 2017, ketika Indonesia terpolarisasi karena agama ketika Pilkada DKI Jakarta berlangsung.

Tidak ada yang pernah meramalkan bahwa Kalimantan Barat akan memiliki Bunda Maria Ratu Pencinta Damai yang mendamaikan dua masyarakat besar Dayak dan Tionghoa untuk mengakhiri konflik terbesar. Sebagaimana dengan penampakan Maria di Fatima, kita semua tahu, konflik terjadi dalam latar belakang yang sama yakni komunisme. Penjelasan sejarah atas masa depan Uni Soviet terjadi setelah Uni Soviet runtuh pada 26 Desember 1991 atau 77 tahun setelah didirikan pada 30 Desember 1922.

Memiliki Gua dan Patung Maria Ratu Pencinta Damai bukanlah sebuah kebetulan. Hendaknya, masyarakat Kalimantan Barat diingatkan akan sejarah yang seharusnya mendorong untuk mewujudkan perdamaian. Adalah takdir bagi Kalimantan Barat yang memiliki Ketapang (Tanjungpura) untuk menjadi bagian dari terciptanya persatuan Indonesia (Nusantara) secara untuk dengan mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian.

Bagi kita, Santa Maria sebagai Bunda tidaklah monopoli untuk umat Katolik. Santa Maria adalah Bunda Segala Bangsa dan Bunda Siapa saja, seperti yang disampaikan Santa Maria kepada Ida Peerdeman (40 tahun) di Amsterdam, Belanda.

Setahun setelah Paus Pius XII memaklumkan dogma “Santa Maria Diangkat ke Surga pada 1 November 1950, Santa Maria memperkenalkan gelarnya sebagai “Bunda Segala Bangsa” pada 16 November 1951. Santa Maria  menegaskan kembali gelarnya kepada Ida Peerdeman dengan mengatakan, “Tak peduli siapapun engkau, aku ini untukmu; Bunda Segala Bangsa” yang ditegaskan mengadakan penampakan pada 31 Mei 1954. Dalam penampakan itu, Santa Maria juga menyatakan dirinya sebagai Co-Redemptrix, Mediatrix dan Advocata yang bersama bersama Kristus melakukan penebusan, menjadi perantara dan pengacara dunia.

Arti dari Patung Maria Ratu Pencinta Damai Anjongan

Patung ini mendapat inspirasi dari asal-usul Gua Maria Pencipta Damai, Anjongan, yang dibuat untuk menandai kedamaian antara orang Dayak dan etnis Cina setelah konflik berdarah.

> Maria digambarkan sebagai merangkul dan melindungi semua kelompok etnis yang menjadi Ibu kita semua seperti yang diinginkan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Kelompok etnis utama direpresentasikan sebagai anak-anak karena anak-anak dilahirkan tanpa kepura-puraan, dan tanpa prasangka rasial. Anak-anak Cina dan Dayak keduanya dalam tindakan melepaskan merpati karena mereka adalah protagonis utama.

> Maria mengenakan pakaian dayak untuk mengenali bahwa tempat ziarah ini ada di tanah Kalimantan.

> 12 bintang mahkota kepalanya mirip dengan wanita yang digambarkan dalam Kitab Wahyu.

> Di dada Bunda Maria ada tulisan dalam karakter bahasa Mandarin yang berarti kedamaian. Bunda Maria adalah Bunda Perdamaian sejak ia melahirkan Sang Raja Damai, Tuhan Yesus Kristus.

> Maria berdiri di atas sapu lidi untuk melambangkan perannya untuk menyatukan dan memperkuat semua orang. Sebagai anak-anak Maria marilah kita menjadi pembawa damai.

> Ada 12 merpati yang dikirim ke seluruh dunia untuk menyebarkan Injil perdamaian.

[1] BPS tahun 2010

[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat

[3] [3] http://www.katolisitas.org/bagaimana-pandangan-vatikan-tentang-pesan-bunda-maria-di-fatima-1917/

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version