Mengajarkan kerajinan tangan bagi anak-anak Sekolah Luar Biasa (SLB) membutuhkan kesabaran lebih. Dengan cara komando, anak cacat bisa ngambek. Maka, ikuti saja kemauan mereka dengan tetap memberi pendampingan. Demikian cara Fransiskus Saverius Badar (42) mengajar kerajinan tangan bagi anak-anak cacat di SLB Bhakti Luhur ALMA Wairklau Maumere selama enam tahun. “Menangani mereka butuh kesabaran, butuh ‘bantuan plus’ dari orang normal,” kata alumni SMAK Bhatyarsa Maumere tahun 1995 itu. Kesabarannya membuahkan hasil. Anak-anak cacat itu kini mampu menghasilkan kotak tissue dari tripleks yang dibalut kulit batang pisang, atau tempurung, atau bulu ayam, serta menghasilkan lampu hias dari tongkol jagung dan batok kelapa. Mereka bahkan meraih antara Juara I Pameran Kerajinan Tangan Tingkat Nasional di Yogyakarta dan Padang, dan Juara Pameran Kerajinan Tangan di Bandung 2017. “Dengan prestasi itu, mereka juga dapat menikmati kebanggaan sebagai layaknya seorang normal,” tegas Frans. “Anak cacat yang punya ketrampilan harus dibimbing dengan kesabaran penuh. Hanya dengan kesabaran dan melihat mereka dengan hati, anak cacat ini dapat menikmati hidup seperti orang normal,” kata Frans kepada PEN@ Katolik seraya menyesalkan bahwa banyak orang cacat tidak ditangani orang normal. (Yuven Fernandez)
[…] sumber berita: http://penakatolik.com/2018/04/18/dengan-kesabaran-lebih-fransiskus-badar-bantu-anak-cacat-raih-pres… […]