Home OPINI Pernahkah Anda berpikir untuk puasa media sosial selama masa Prapaskah?

Pernahkah Anda berpikir untuk puasa media sosial selama masa Prapaskah?

0

Puasa Medsos

Oleh Suster Beth Murphy OP

Ada beberapa percakapan serius tentang media sosial (medsos) di kalangan para suster Dominikan akhir-akhir ini. Salah satu pertanyaannya berbunyi, “Haruskah kami menutup akun medsos kongregasi selama masa Prapaskah? Menjawab pertanyaan itu, kami pun memutuskan untuk tetap membuka saluran-saluran itu. Argumen kristisnya, kalau kami melepaskan tempat kami di ruang media, sesederhana apa pun itu, berarti suara kami untuk kebaikan dan keadilan bisa digantikan dengan hal-hal yang kurang bijaksana.

Sungguhpun demikian, selama masa Prapaskah postingan kami akan berkurang. Kami akan menjalani hari-hari puasa dengan tidak mengirim postingan, dan kami akan fokus pada masalah spiritual dan keadilan yang muncul dalam perjalanan doa, puasa dan amal kasih selama 40 hari ini.

Meskipun menghentikan kebiasaan gadget bisa benar-benar terjadi, sebuah jajak pendapat non-ilmiah yang berlangsung cepat oleh para suster dari Kongregasi Suster-Suster Dominikan Springfield di Illinois, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa hanya sedikit suster yang memilih puasa medsos secara pribadi untuk Masa Prapaskah.

“Saya ingin tetap berhubungan selama Masa Prapaskah agar saya tetap mengetahui kebutuhan-kebutuhan teman-teman saya dan kebutuhan-kebutuhan dunia,” kata Suster Judy Hilbing. Suster itu menambahkan bahwa dia sudah biasa memeriksa berita-berita medsos sebelum tidur agar dia bisa membawa persoalan dunia, persoalan keluarganya dan persoalan sahabat-sahabatnya ke dalam doanya.

Bagi Suster Rose Miriam Schulte, persoalannya adalah bagaimana menentukan batas yang lebih baik. “Saya tidak bermaksud melepaskan medsos, namun saya putuskan untuk menggunakan batasan yang lebih baik, misalnya kapan saya menggunakan medsos. Saya putuskan untuk tidak menggunakannya saat sudah berjanji untuk berdoa atau membaca bacaan rohani, atau saat sudah berjanji melayani orang lain dalam pelayanan saya,” kata suster itu.

Bagi Suster Kathleen Kenny, yang keluarganya tersebar di dunia, terlalu berharga untuk mengabaikan akses lewat medsos untuk berhubungan orang-orang terkasihnya.

Suster Bernice Juip mengatakan, dia bermaksud memakai dua pendekatan. Dia ingin mengintensifkan penggunaan medsos “untuk mengikuti terus kebutuhan keluarga, komunitas dan teman-teman saya serta menanggapinya dalam doa” dan “untuk menanggapi persoalan-persoalan keadilan sosial yang menekan agar saya bisa mendoakannya dan secara aktif mengikuti cara yang tepat.” Suster itu juga bermaksud membatasi penggunaan medsos “kalau saya akan atau harus mengobrol dengan orang lain yang hadir secara fisik.”

Suster-suster lain tidak akan berhenti menggunakan saluran internet, karena mereka sudah jarang menggunakannya, atau tidak sama sekali. Masih ada suster yang tidak jelas apa itu medsos.

Tampaknya hanya satu guru teologi yang juga staf komunikasi komunitas itu yang menghindari teknologi baru itu selama Masa Prapaskah. Namanya, Suster Mary Jo Sobieck Dia mengajar di SMA Katolik Maria, Chicago Heights, Illinois. Setiap tahun dia melakukan itu, dan “menjadi lebih produktif dengan waktuku,” kata suster itu.

Direktur komunikasi dari kongregasi itu, Suster Beth Murphy, mengatakan, dia sudah menghapus akun aps medsos dari perangkatnya dan berharap dapat mencurahkan diri sepenuhnya dalam kehidupan komunitas, dalam bacaan rohani, dan dalam kesempatan-kesempatan untuk pelayanan selama Masa Prapaskah. “Saya penasaran ingin melihat apa dampaknya dalam irama hari saya,” kata suster itu. “Karena adalah tanggung jawab saya untuk memantau medsos kami dan medsos organisasi-organisasi keagamaan dan sosial lainnya, seringkali terasa berat terhubung setiap saat,” kata suster itu.

Suster itu bersama rekannya, Aaron Tebrinke, ingin bersama-sama bertanggung jawab memantau informasi-informasi yang masuk melalui medsos selama hari kerja dengan komputer desktop mereka, namun keduanya berencana mengabaikan aplikasi pada perangkat mereka selama Masa Prapaskah.

“Dua puluh tahun lalu, setelah bertahun-tahun melakukan pelayanan yang membutuhkan banyak media cetak, radio dan TV, saya meninggalkan berita-berita selama Masa Prapaskah,” kata Suster Beth. Awalnya, saya langsung mengalami gejala putus obat, tapi segera saya merasa bahwa cara itu membebaskan. Saya belajar tentang apa yang terjadi di dunia ini dari orang-orang di sekitar dan saya menjadi reflektif tentang kehidupan tanpa mediasi. Saya sadar, saya tidak perlu tahu segala sesuatu yang terjadi atau memperhatikan kebutuhan dunia. Hal ini membuat saya bisa berdoa lebih dalam dan lebih kontemplatif. Saya berharap itu bisa jadi salah satu dampak dari puasa medsos saya juga.”

Ada alasan-alasan yang benar untuk memilih atau tidak memilih berpuasa medsos.

Mana yang bisa Anda pilih?

(Tulisan yang muncul di web Kongregasi Suster-Suster Dominikan Springfield, Illinois, Amerika Serikat, pada hari Rabu Abu, 14 Februari 2018, dan dikutip oleh web Ordo Pewarta ini diterjemahkan oleh paul c pati)

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version