Home RENUNGAN Senin, 20 Maret 2017 

Senin, 20 Maret 2017 

0

Santo-Yusuf-Suami-Maria1

PEKAN PRAPASKAH III (U)

HARI RAYA SANTO YOSEF, SUAMI MARIA

Beato Sebastianus dr Torino

Bacaan I: 2Sam. 7:4-5a, 12-14a.16

Mazmur: 89:2-3.4-5.27.29 R: 37

Bacaan II: Rm. 4:13.16-18.22

Bacaan Injil: Mat. 1:16.18-21.24a (atau Luk. 2:41–51)

Menurut silsilah Yesus Kristus, Yakub memperanakkan Yusuf, suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Sebelum Kristus lahir, Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf. Ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya.

Renungan

Dewasa ini semakin sulit ditemukan orang yang tulus hati. Banyak yang pandai bersandiwara, di depan kita tampak baik, eh malah menusuk kita dari belakang. Ada orang yang tutur katanya manis dan lembut, tetapi hatinya jahat dan sikapnya licik. Ada orang yang suka berpura-pura atau munafik. Ada pula yang sikapnya diatur/dipoles sedemikian rupa agar orang lain terkecoh. Ada yang tampil alim dan dermawan, tetapi korup.

Kesan di atas jauh dari diri Santo Yusuf. Dalam Injil, Yusuf ditampilkan sebagai pribadi yang sungguh tulus. Ia tidak pura-pura atau bersandiwara. Ia tidak berusaha mengelabui dan mencelakakan

Maria. Ia tidak mencari keuntungan diri sendiri. Namun, ia sungguh menghargai Maria dan berusaha mencari jalan terbaik dalam menghadapi kenyataan bahwa Maria telah mengandung. Ini adalah ungkapan ketulusan dan iman Yusuf. Ketulusannya ini berbuah manis. Tuhan pun turun tangan pada saat yang tepat. Ketulusan hati Yusuf memberikan ruang yang mudah bagi Tuhan untuk berkarya.

Ketulusan hati memberi ruang bagi Tuhan untuk berkarya dalam dan melalui kita. Ketulusan hati berkenan di hadapan Tuhan. Dia menghendaki kita menjadi orang-orang yang tulus hati, senantiasa mengandalkan-Nya dan mengusahakan yang terbaik bagi sesama. Apakah kita mau?

Ya Tuhan, terima kasih atas pilihan kepada St. Yusuf dan atas teladan ketulusan hatinya. Semoga aku mampu untuk selalu mengupayakan ketulusan hati di hadapan Engkau dan sesamaku. Amin.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version