Paus Fransiskus merayakan Misa pada hari Minggu 20 November 2016 di Lapangan Santo Petrus, pada Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam, dan penutupan Yubileum Tahun Luar Biasa Belas Kasih.
Liturgi dimulai oleh Bapa Suci dengan menutup Pintu Suci di Basilika Santo Petrus. Para peziarah melewati pintu itu selama perjalanan Yubileum sebagai tanda tobat dan devosi.
Dalam homili, Paus Fransiskus mengatakan, “Meskipun Pintu Suci tertutup, pintu belas kasihan yang sejati yang merupakan hati Kristus selalu tetap terbuka lebar bagi kita.”
Kerajaan Kristus dalam dimensi kosmis, sosial, dan personalnya merupakan fokus utama kata-kata Bapa Suci untuk umat beriman.
“Kemegahan kerajaan [Kristus] bukanlah kekuasaan seperti yang didefinisikan oleh dunia, tetapi kasih Allah, cinta yang mampu menjumpai dan menyembuhkan semua hal,” kata Paus Fransiskus. “Kristus merendahkan dirinya kepada kita karena cinta ini, Dia menjalani penderitaan manusia kita, Dia menderita titik terendah dari kondisi manusiawi kita: ketidakadilan, pengkhianatan, ditinggalkan.”
“Dengan demikian,” lanjut Paus,”Raja kami pergi ke ujung alam semesta guna memeluk dan menyelamatkan setiap makhluk hidup. Dia tidak menghukum kita, juga tidak membasmi kita, dan Dia tidak pernah mengabaikan kebebasan kita, tetapi Dia membuka jalan dengan cinta yang rendah hati yang mengampuni segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (lih 1 Kor 13: 7).”
“Cinta ini saja,” kata Paus Fransiskus, “mengalahkan dan terus mengalahkan musuh terburuk kita: dosa, kematian, ketakutan.”
Setelah mengakhiri Misa, Bapa Suci menandatangani Surat Apostolik Misecordia et misera, yang ditujukan kepada seluruh Gereja, yang akan diterbitkan pada Senin, 21 November 2016, sebagai refleksi penutup Tahun Belas Kasihan.
Sebuah catatan dari Kantor Pers Tahta Suci menjelaskan bahwa sekelompok kecil orang yang mewakili seluruh umat Allah dari setiap jenjang kehidupan di dalam Gereja, langsung menerima surat itu dari tangan Paus Fransiskus.
Mereka yang menerima adalah Uskup Agung Manila Kardinal Luis Antonio Tagle; Uskup Agung Saint Andrews dan Edinburgh Mgr Leo Cushley; dua imam dari Republik Demokratik Kongo dan Brazil, yang bertugas sebagai Misionaris Belas Kasih; diakon permanen dari Keuskupan Roma, bersama-sama keluarganya; dua suster, masing-masing dari Meksiko dan Korea Selatan; tiga generasi dari sebuah keluarga dari Amerika Serikat; pasangan muda yang bertunangan dan akan menikah; dua ibu yang bertugas sebagai katekis dari sebuah paroki di Roma; seorang cacat dan seorang sakit. (Paul C Pati berdasarkan Radio Vatikan)