Semakin besar peran awam dalam hidup menggereja ke dalam dan ke luar serta semakin banyak pribadi terlibat dalam pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan Gereja untuk membangun umat atau berpastoral, dan dalam bidang sosial, politik dan kemasyarakatan adalah alasan optimalisasi peran kaum awam.
Ekonom Keuskupan Agung Semarang Pastor Fransiskus Assisi Sugiarta SJ menjelaskan dalam Temu Volunteer Gereja bertema “Optimalisasi Peran Kaum Awam, Cara Menggereja Baru di KAS” di Kantor Pelayanan Pastoral KAS baru-baru ini bahwa “Optimalisasi peran kaum awam dimaksudkan supaya semakin besarnya peran awam dalam hidup menggereja ke dalam dan ke luar.”
Optimalisasi peran kaum awam adalah salah satu cara yang akan ditempuh sesuai Arah Dasar KAS yang bercita-cita dalam bimbingan Roh Kudus menghadirkan Kerajaan Allah secara signifikan dan relevan bagi umat dan masyarakat. Cara lain adalah mengerjakan reksa pastoral dengan gotong royong.
Jelasnya, KAS tidak hanya ingin memiliki semakin banyak prodiakon dan katekis, namun juga semakin banyak pribadi terlibat dalam pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan Gereja untuk membangun umat atau berpastoral, dan “semakin banyak pribadi terlibat dalam bidang sosial, politik dan kemasyarakatan,” atau semakin banyak pribadi berperan dalam pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan dalam berbagai bidang kehidupan.
Pastor Sugiarta menjelaskan bahwa mengerjakan reksa pastoral secara bergotong royong atau sinergi dan terpadu adalah budaya yang sangat dibutuhkan untuk semakin menumbuhkembangkan hidup berbangsa dan menggereja. “Itulah keyakinan Gereja KAS karena disadari bahwa segala sesuatu akan membuahkan hasil apabila dilaksanakan dalam kebersamaan dan dalam satu helaan nafas hidup pastoral Gereja.”
Sekitar 60 umat awam yang berkarya di berbagai bidang di Kevikepan Semarang menghadiri Temu Volunteer Gereja tanggal 28 November 2013 yang bertujuan untuk membangun kesadaran baru dan menemukan bentuk-bentuk dan cara-cara konkret untuk berpartisipasi secara aktif dalam menggereja.
Tujuan lain adalah mendapatkan masukan atas upaya-upaya baru melalui suara kenabiaannya dalam membangun relevansi kehadiran Gereja di tengah situasi sosial politik dan kecarutmarutannya, dan menemukan cara optimalisasi peran awam dan proses kaderisasi yang mampu membentuk kader-kader Katolik yang militan dan misioner agar sungguh mampu membawa kehadiran Gereja menjadi bagian dari karya keselamatan Allah dalam perjuangan kesejahteraan bersama.
Pastor Telephorus Krispurwana Cahyadi SJ memotivasi Gereja untuk melakukan evengelisasi baru, melangkah melintasi batas dan memperluas horizon, dan “tidak mandeg dan puas dengan diri sendiri, tetapi semakin hadir dalam masyarakat dan realitas, serta menjadi signifikan dan relevan.”
Menurut Vikaris Jenderal KAS Pastor FX Sukendar Wignyasumarta Pr, sampai saat ini, rasio jumlah imam dengan umat dalam satu paroki di KAS adalah satu imam melayani 2070 orang. “Anda melihat, tentu ini tidak cukup. Maka, (Gereja) membutuhkan kehadiran dan keterlibatan aktivis-aktivis awam,” kata imam itu.***