SIBOLGA, Pena Katolik – Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC melakukan kunjungan pastoral ke Sibolga untuk meninjau langsung respon kebencanaan yang dilakukan oleh jaringan Caritas Indonesia bagi para korban banjir di Sumatra. Mgr. Anton hadir di Sibolga bersama Wakil Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina KWI, Mgr. Pius Riana Prapdi, dan Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Rm. Fredy Rante Taruk, Pr.
Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam memastikan bahwa Gereja Katolik hadir secara nyata bagi penyintas bencana, dengan semangat solidaritas dan pelayanan. Pada kesempatan ini, Mgr. Anton dan Mgr. Riana mengunjungi pos pelayanan kesehatan lapangan dan dapur umum yang didirikan jaringan Caritas Indonesia di Sibolga.
Pada kesempatan ini, Mgr. Anton mengingat pesan dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2025, yang salah satu pesannya adalah tentang rumah sakit lapangan. Menurutnya, dalam dengan saudara-saudari yang terdampak bencana, ada kebersamaan yang juga memunculkan solidaritas satu sama lain.
“Baru saja Gereja Katolik Indonesia mengadakan Sidang Agung yang menganjurkan agar Gereja (dalam situasi kebencanaan-red)- menjadi rumah sakit lapangan, tempat konkrit. Inilah rumah sakit lapangan, bahkan ada ada dapur lapangan. Di dalam kebersamaan ini solidaritas terbentuk,” ujar Mgr. Anton.
Selanjutnya, Mgr. Anton menyampaikan belarasa dari Bapa Kardinal dan para uskup dari 38 keuskupan di Indonesia, bagi warga penyintas bencana banjir di Sumatra. Ia juga menyebutkan rasa kedekatan dari Paus Leo XIV bagi para korban bencana banjir di Sumatra.
“Para uskup dari seluruh Indonesia, Bapa Kardinal, bahkan Paus Leo XIV, menyampaikan belarasa dan kedekatannya dengan saudara-saudara yang terkena dampak bencana,” ujarnya.
Sejak awal terjadi bencana banjir di Sumatra, Caritas Indonesia bersama seluruh jaringan terlibat dalam aksi kemanusiaan untuk menolong, mendampingi, dan mencukupi kebutuhan setiap penyintas bencana banjir di Sumatra. Jaringan Caritas Keuskupan dari 38 keuskupan di Indonesia seluruhnya terlibat aktif. Caritas juga mengkoordinir setiap tarekat, kongregasi, universitas, kelompok, organisasi, dan komunitas dalam Gereja Katolik Indonesia. Semangat kebersamaan ini merupakan perwujudan dari semangat “One Church One Response”, di mana seluruh elemen bergerak bersama untuk menolong saudara-saudara para penyintas bencana banjir di Sumatra.
“Dengan semangat kerja sama, pelayanan kemanusiaan Caritas Indonesia dijalankan untuk memberikan pelayanan yang bermartabat dan menjadi tanda nyata kasih Gereja bagi sesama yang sedang berjuang bangkit dari bencana,” ujar Mgr. Anton.

1000 Rumah Belarasa
Dalam pertemuan pada 23 Desember 2025, Mgr. Anton menyampaikan gagasan program bantuan pembangunan rumah bagi warga terdampak bencana alam di Sumatra. Gagasan ini lalu disambut baik oleh Romo Fredy yang bertekad untuk mewujudkan harapan ini. Maka, Caritas Indonesia akan mulai mendesain program “1000 Rumah Belarasa Caritas Indonesia” dan akan mengajak umat dan masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan impian ribuan masyarakat yang kehilangan rumah tempat tinggal.
Tujuan program ini adalah menyediakan hunian tetap yang layak dan bermartabat bagi warga terdampak yang rumahnya rusak, bahkan hilang pasca bencana banjir. Sejauh ini, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) telah merilis spesifikasi rumah yang akan dibangun untuk warga penyintas bencana dengan nilai anggaran setiap rumah sebesar Rp. 60.000.000.

Bantuan Belarasa
Hingga 21 Desember 2025, Pelayanan tanggap darurat jaringan Caritas Indonesia di tiga keuskupan telah menyalurkan bantuan berupa: Pangan (kebutuhan pokok): 5.254 Paket untuk 5.254 KK (22.251 Jiwa); Hygiene Kit: 1.375 Paket untuk 1.375 (5.735 Jiwa); Shelter Kit: 662 Paket; Layanan Kesehatan: 3.751 Jiwa; Dukungan Psikososial: 1.588 Jiwa; dan Dapur umum: 5 titik Lokasi.
Caritas Indonesia mengirimkan 60 ton bantuan kemanusiaan yang terdiri dari obat-obatan, bahan makanan, dan selimut dari Pos Logistik Nasional di Jakarta ke wilayah terdampak bencana di Sumatra.
Caritas Indonesia telah memulai tahapan aktivasi Emergency Appeal (EA) sebagai bagian dari jaringan konfederasi Caritas Internationalis. Langkah ini untuk menggalang dukungan dari anggota konfederasi Caritas Internationalis guna memperkuat respons kemanusiaan di wilayah terdampak.
Selanjutnya, Caritas Indonesia melakukan Joint Need Assessment bersama lembaga-lembaga kemanusiaan yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia (HFI)

Update Respon Kebencanaan di Tiga Keuskupan
Keuskupan Sibolga
Jaringan Caritas Indonesia terus memberikan pelayanan Kesehatan bersama relawan kesehatan yang membantu. Pelayanan ini didukung oleh tenaga kesehatan dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta serta rumah sakit Katolik di Sibolga dan Medan. Pelayanan kesehatan ini di antaranya sudah diadakan di beberapa lokasi: Silangit, Huta Godang, Muara Opu, Aek Horsik, Hutauruk, Aek Horsik, Muara Opu, Bonandolok, Sarudik, Sibolga, Simaeame, Sibuni-buni, Hutanalobon, Si Jago-jago, Sibung-bung Nauli, Aloban Bair, Siboluan Nauli, Gunung Marulak, Simullang, SD Melame, Melame, Lubuk Jantan, Huta Balang, dan Gereja Paroki Pinangsori.
Jaringan Caritas Indonesia bersama BNPB juga semakin memperluas cakupan dan bentuk pelayanan di Pos Pelayanan Terpadu di Kampung Pisang dengan memperbanyak tenda dan juga menambahkan instalasi air bersih untuk warga terdampak. Di lokasi ini juga sudah dibangun sekolah darurat untuk siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.
Pos Pengungsian di Gereja Paroki St. Yohanes Penginjil Pinangsori, Tapanuli Tengah terus membuka pelayanan Kesehatan dan dapur umum untuk warga terdampak. Upaya ini diharapkan meringankan beban masyarakat sekaligus menumbuhkan semangat kebersamaan dalam proses pemulihan pasca bencana.
Keuskupan Padang
Caritas Keuskupan Padang terus melanjutkan pelayanan kebencanaan dengan berkoordinasi bersama BPBD Kota Padang dan Kepulauan Mentawai. Pos pengungsian sementara didirikan di Gereja St. Maria Diangkat ke Surga, Siberut Selatan, serta di Gereja Stasi Silappak, yang menampung 455 warga (156 KK).
Selain mendirikan pos pengungsian, Caritas Padang juga melanjutkan distribusi bantuan di berbagai wilayah terdampak, termasuk Kabupaten Agam, Kota Padang, dan Kabupaten Padang Pariaman. Bantuan yang disalurkan berupa kebutuhan pokok, air mineral, dan hygiene kit, sebagai wujud nyata kepedulian Gereja terhadap masyarakat yang sedang berjuang menghadapi dampak banjir.
Keuskupan Agung Medan
Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung OFMCap ikut terus mendukung respon kebencanan di wilayah pastoral keuskupannya ini, terutama di wilayah Aceh yang menjadi wilayah paling parah terdampak banjir. Ia beserta para relawan ikut serta dalam penyaluran bantuan di wilayah Aceh yang terdampak bencana.
Caritas Indonesia bersama Caritas Keuskupan Agung Medan (KAM) menunjukkan komitmen nyata dalam pelayanan kemanusiaan bagi masyarakat terdampak banjir di Sumatera Utara. Kolaborasi dilakukan bersama Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia di empat lokasi pelayanan, yaitu Paroki Tarutung, Pangkalan Brandan, Lhokseumawe, dan Pakkat. Di Desa Pematang Cengal, Caritas KAM menyalurkan bantuan berupa paket kebutuhan pokok dan hygiene kit untuk meringankan beban masyarakat terdampak.
Dalam skema bantuan darurat tiga bulan, JRS merancang program mencakup water sanitation dan layanan darurat lainnya, dengan posko koordinasi di Bireuen. Jaringan Caritas bersama JRS juga memperkuat fasilitas pelayanan kebencanaan di Paroki St. Paulus Pangkalan Brandan, melalui kajian kebutuhan masyarakat dan strategi distribusi. Kehadiran Caritas dan JRS menegaskan semangat solidaritas Gereja: menghadirkan kasih yang nyata melalui pelayanan kesehatan dan distribusi bantuan bagi para penyintas bencana.



