Karena kekhasan para imam, berkat Sakramen Tahbisan, terletak pada tugas pengudusan dan penyucian umat beriman melalui aneka pelayanan sakramen, yang selalu punya efek pengudusan umat beriman demi penyelamatan, maka secara tidak langsung Uskup Manado meminta para imam yang kini ditugaskan sebagai kepala sekolah, dosen, ketua yayasan, dan kepala berbagai lembaga keuskupan dan tarekat menyerahkan tugas-tugas itu kepada umat awam.
Mgr Josef Theodorus Suwatan MSC berbicara dalam homili Misa Krisma di Gereja Katedral Manado, 1 April 2015. Uskup menjelaskan sebelumnya bahwa Misa Krisma selalu dihubungkan dengan tugas pengudusan yang diterima para imam, karena di dalamnya selalu diberkati minyak baptis, minyak krisma dan minyak orang sakit, yang dipakai para imam dalam tugas pelayanan dan pengudusan umat beriman.
“Sekaligus perayaan ini dimaksudkan sebagai perayaan syukur atas anugerah imamat yang diterima uskup dan para imam. Uskup dalam kesatuan dengan para imamnya dan para imam dalam kesatuan dengan uskupnya, dan kolegial presbiterorum ini dalam kesatuan dengan umat beriman, dipanggil dan diutus Kristus Tuhan untuk saling menguduskan dan mendoakan agar tetap setia dalam panggilan dan perutusan Yesus,” jelas Mgr Suwatan.
Homili uskup itu kemudian dilanjutkan dengan refleksi tentang makna perayaan Kamis Putih oleh Sekretaris Keuskupan Pastor John Montolalu Pr yang juga menegaskan bahwa tugas dan karya di tengah umat dan masyarakat dapat diambil oleh para awam.
“Tugas kita, untuk menguduskan umat beriman melalui perayaan sakramen, sebagai tanda dan sarana rahmat itu, tak akan pernah dapat digantikan. Berkat rahmat tahbisan, kita diserahi tugas menguduskan umat yang dipercayakan Allah melalui Gereja kepada kita. Kesejatian tugas ini menuntut kesucian dan kekudusan diri dalam ketergantungan akan rahmat Allah di hadapan kerapuhan manusiawi kita,” tegas Dosen Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng itu.
Doktor Filsafat dari Universitas Gregoriana Roma itu mengajak masing-masing dari 80 imam, yang hadir bersama biarawan-biarawati dan umat Kevikepan Manado, untuk berjalan mundur sampai ke hari saat berdiri di hadapan uskup dan disaksikan oleh umat menyatakan pilihan untuk menjadi imam Kristus dan pelayan Gereja.
“Dengan tahbisan itu kita disebut imam, dan menjadi hamba Allah yang diserahi tugas utama membawa rahmat pengudusan di tengah umat Allah, sambil tetap membawa pulang umat beriman yang kita selamatkan setelah menjauh dari karya penebusan Kristus,” jelas imam itu.
Dengan mengingat dan menyusuri hari tahbisan masing-masing, pastor akan sampai pada dasar pijakan untuk perjalanan dan karya sebagai seorang imam. “Dasar pijakan itu adalah moto tahbisan yang menjadi visi sebagai imam, tekad berjalan bersama Kristus dan Gereja untuk menguduskan umat.”
Visi sebagai imam yang terungkap dalam moto itu membuat para imam sekarang berdiri dengan terbuka, dengan berbagai dosa dan keterbatasan dalam tugas pelayanan selama ini. “Dalam keyakinan akan rahmat pengampunan dan kekuatan Kristus, kita kini berjalan maju untuk bersama uskup membawa Kristus kepada umat beriman dan membawa umat dan masyarakat kepada Kristus,” lanjut imam itu.
Kemudian, di hadapan uskup dan umat serta biarawan-biarawati yang hadir, para imam membaharui janji imamat suci mereka, untuk menjadi pelayan misteri Kristus, melalui perayaan Ekaristi dan sakramen lain, untuk menjadi pelayan Sabda, pewarta Injil dan pengajar iman, seturut teladan Kristus, untuk semakin bersatu erat dan semakin menyerupai-Nya, Imam Agung, Gembala dan Guru mereka.
“Dengan tetap setia dan tekun di bawah pimpinan Roh Kudus, sambil mempersembahkan diri dan keinginan kami sendiri, dan dalam ketaatan, hormat dan kerjasama dengan uskup, kami akan menjalankan tugas yang telah kami terima dengan gembira pada hari pentahbisan…,” demikian para imam berjanji. Umat pun menyalami para imam itu. Mereka saling meneguhkan. Dan di wisma keuskupan mereka menikmati jamuan kasih bersama-sama.(Sales Tapobali)