Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

Sejak November 2020 hingga Februari 2021 lebih dari 30 imam ditahbiskan di Indonesia

 

Tahbisan imam di Keuskupan Agung Kupang (Foto diambil secara screenshot dari Youtube KAK oleh PEN@ Katolik/pcp)
Tahbisan imam di Keuskupan Agung Kupang (Foto diambil secara screenshot dari Youtube KAK oleh PEN@ Katolik/pcp)

Selain dua imam diosesan yang ditahbiskan 4 Februari oleh Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus di Gereja Santo Yosep Samalantan, Bengkayang, yakni Fransiskus Peran dan Victorius Reno, sejak November 2020 PEN@ Katolik mencatat 34 imam baru ditahbiskan di Indonesia, paling banyak 12 imam di Gereja Sancta Familia Kupang oleh Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang, 2 Februari.

Kepada delapan imam diosesan, Johanes Sani Keraf, Petrus Bernadus Seto Dai, Bernardus Robertus Ujan, Sirilus Kobesi, Paulus Ito Bari, Quido Naikefi, Martinus Sixtus Sonda, Xaverius Timo Alupan, dan empat imam CMF, Agustinus Harun Weruin, Metodius Manek, Patrisius Weka Bakior, Jeremias Nardin, Mgr Turang mengingatkan mereka menjadi “putra-putraku” yang mendapat perlengkapan untuk “beralih dari kawasan nyaman duniawi seperti kuasa dan uang kepada kawasan nyaman ilahi, persembahan diri, dan pengorbanan yang melayani umat dengan segenap hati.”

Menurut Mgr Turang, para imam baru ditempatkan Kristus dalam pertaruhan terus-menerus untuk mengembangkan sanubari berbudi luhur dalam bingkai semangat Injil, semangat Yesus sendiri yang menjelma menjadi manusia dan mempersembahkan diri-Nya demi tebusan orang banyak, hidup, menderita, dimakamkan, dan bangkit.

Semangat Injil itu, mungkin harus juga jadi semangat peduli seluruh pelayanan imamat, melampaui penampilan diri menurut gaya duniawi, bagi tiga imam Kapusin (OFMCap) ditahbiskan 30 Januari di Kapel Santo Fransiskus RPF Nagahuta, Pamatangsiantar, oleh Uskup Agung Medan Mgr Kornelius Sipayung OFMCap, yakni Rico Tamsil Simbolon, Kaisar Octavianus Sihombing dan Veuster Judekdo Tamba.

Para imam harus bersaudara dengan rekan imam, dan hal sepele tidak boleh membuat mereka tidak makan bersama lagi di refter dan tidak bicara satu sama lain. “Para imam yang bersaudara tidak gosip tentang teman imam.” Pernyataan bagi para imam baru di Kupang itu mungkin boleh juga didengar oleh lima imam dari Kongregasi SCJ yang ditahbiskan 27 Januari oleh Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ di Gereja Santo Petrus Palembang. Lima imam SCJ itu adalah Hubertus Aditya Prabowo, Paskalis Aditya Wardana, Alexander Pambudi, Marius Ari Saputra, dan Benediktus Yogie Wandono.

Dalam dunia, saat manusia sangat mengagungkan penampilan material lahiriah, para imam dipanggil “Marilah dan lihatlah gaya hidup Kristus.”  Mungkin panggilan itu juga diberikan kepada empat imam diosesan, Eliud Edward Gunardi Tandi Mangallo, Antonius Sebastian Rodja Maku, Dedymus Dala, Christian Soelistyo Goran, yang ditahbiskan 24 Januari oleh Mgr John Liku Ada’ di Gereja Maria Rosa Mystica, Suding, Makassar.

Di luar teks, Mgr Turang mengingatkan para imam baru “kalau kamu jalan di toko-toko atau di pasar jangan seperti pemuda yang cari penampilan supaya menarik, tapi sungguh-sungguh hadir sebagai seorang pemimpin yang menarik karena kehidupan yang baik.”

Mungkin nasehat itu juga boleh disampaikan kepada tujuh imam yang ditahbiskan 11 Januari oleh Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota di Gereja Roh Kudus Mataloko. Tujuh imam itu terdiri dari dua imam diosesan, Yanuarius Due Kolin dan Lasarus Didimus Bhute, tiga imam SMM, Bronislawa Saryono Nasredin, Petrus Sola Dopo, dan Saferinus Njo, serta dua imam OCD, Paskalis Boylon Tokae, dan Yohanes Mikot Fios.

Ajakan agar doa, ofisi, dan Perayaan Ekaristi setiap hari menjadi puncak utama kehidupan para imam yang diberikan kepada para imam di Kupang, tentu juga pantas didengar imam diosesan, Antonius Gede Ekadana Putra, yang ditahbiskan, 27 November 2020, di Gereja Santo Fransiskus Xaverius Kuta Bali oleh Uskup Denpasar Mgr Silvester, serta Fransiskus Arisyanto, imam diosesan yang ditahbiskan 22 November 2020 di Katedral Kristus Raja Uskup Tanjungkarang Mgr Yohanes Harun Yuwono.

Menurut Mgr Turang, sebagai sakramen keselamatan yang aktif, kreatif, inklusif dan dinamis, “Sakramen Imamat tidak membosankan dan melelahkan tetapi menggembirakan, menghibur, dan menguatkan dalam persekutuan Gerejani yang penuh persaudaraan dan persahabatan, saling mendengarkan, saling menerima, saling menyokong, saling meneguhkan, dan saling mengampuni, bukan berdasarkan keuntungan diri sendiri.”

Meski dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan yang ketat di masa pandemi ini, tahbisan imamat masih berlangsung terus di Indonesia. Pada saat yang sama banyak juga dilakukan tahbisan diakon, atau ada juga tahbisan imamat yang luput dari pandangan media ini. Tapi, saya yakin, apa yang disampaikan Mgr Turang tentang Sakramen Imamat itu juga layak didengar oleh sembilan imam baru yang ditahbiskan sebelumnya, yakni 30 Oktober 2020, di Katedral Santa Maria Assumpta-Santo Yosef Ruteng, oleh Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat, dan tahbisan lain yang mungkin Anda tahu dan hadiri.

paul c pati

Mgr Turang memberkati para imam baru (screenshot)
Mgr Turang memberkati para imam baru (screenshot)
Suasana tahbisan tanpa dihadiri umat (screenshot /pcp)
Suasana tahbisan tanpa dihadiri umat (screenshot /pcp)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini