Patung-patung keramik raksasa, yang lampunya dinyalakan di Lapangan Santo Petrus Jumat 11 Desember, dipasang di sana untuk mewakili dan menerangi kisah kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, dan mencerminkan antisipasi kedatangan-Nya. Dalam Angelus hari Minggu sebelumnya, Paus Fransiskus mengatakan, penantian yang kita rasakan dalam Adven adalah sesuatu yang penuh sukacita, pusat kisah Kristen. Justru sukacita inilah yang dibawa oleh palungan itu ke Lapangan Santo Petrus. Namun, Kandang Natal khusus ini menceritakan juga kisah yang lain, kisah yang tidak ditangkap dengan sekali pandang.
Mungkin kisah yang tersembunyi inilah yang menyebabkan kritik dari beberapa penonton yang bereaksi negatif terhadap apa yang mereka anggap sebagai representasi kelahiran Yesus yang terlihat sangat berbeda dari yang lebih tradisional.
Kandang Natal kontemporer itu sebenarnya sedikit berbeda. Kandang Natal yang hanya diisi sebagian kecil dari koleksi dengan 52 patung itu, terdiri dari patung keramik seukuran badan manusia, yang dibuat dengan gaya khas Castelli, di Italia, yang dikenal secara internasional dengan karya seni keramiknya. Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun bagi para siswa dan guru dari institut seni F.A. Grue di kota itu untuk membangun dan menyelesaikan koleksi lengkapnya, dari tahun 1965 hingga 1975.
Satu patung khusus, yang digambarkan beberapa orang “mirip astronot,” menimbulkan banyak pertanyaan, karena tidak dijelaskan siapa atau apa yang diwakilinya.
Dalam suratnya, Admirable Signum, yang ditandatangani Desember 2019, Paus Fransiskus menulis, “adalah kebiasaan untuk menambahkan banyak figur simbolis ke dalam Kandang Natal”… dan selain itu, “Anak-anak, tetapi juga orang dewasa! sering suka menambahkan figur-figur lain di Kandang Natal yang tidak ada hubungan jelas dengan cerita-cerita Injil. Namun, dengan caranya masing-masing, penambahan fantastis ini menunjukkan bahwa di dunia baru yang dimulai oleh Yesus ada ruang untuk apa pun yang benar-benar manusiawi dan untuk semua ciptaan Tuhan.”
Peresmian lampu Kandang Natal, bersama Pohon Natal, pohon cemara dari salah satu hutan paling lestari di Slovenia, berlangsung dengan jumlah peserta terbatas karena pandemi virus corona. Karena alasan itu, kata Paus, “ikon-ikon Natal” sekarang ini, lebih dari sebelumnya, “merupakan tanda harapan bagi orang-orang Roma dan bagi para peziarah yang akan punya kesempatan untuk datang dan mengaguminya.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Francesca Merlo/Vatican News)