“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7:21).
Berdasarkan Injil, Kamis, 5 Desember 2019, itu Paus Fransiskus mendesak umat Katolik, dalam homili Misa pagi di Casa Santa Marta hari itu, untuk memancangkan fondasi kehidupan mereka dalam Kristus, bukan mengandalkan pasir penampilan yang bergeser.
Dalam Injil, Yesus membandingkan orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu dengan orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Mereka yang mendengarkan perkataan Tuhan adalah bijaksana, sedangkan yang tidak melakukannya hidup seperti orang bodoh dan mendasarkan segalanya pada penampilan, kata Paus.
Paus mengatakan, dua sikap kontras ini berhubungan dengan harapan dan impian kita yang membutuhkan kasih karunia Allah untuk mencermati di mana kita memancangkan fondasi kita.
“Batu yang abadi. Itulah Tuhan. Yang mempercayakan dirinya kepada Tuhan akan selalu tetap aman, karena fondasi dipancangkan di dalam Batu. Itulah yang Yesus katakan dalam Injil. Dia berbicara tentang orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu, yaitu, pada kepercayaan akan Tuhan dan pada hal-hal serius. Dan kepercayaan ini adalah sesuatu yang mulia, karena fondasi bangunan ini, kehidupan kita, pasti dan kuat.”
Orang bijak, lanjut Paus, membangun di atas batu, sementara orang bodoh memilih “pasir yang bergeser” dan tertiup oleh angin dan hujan.
“Bahkan dalam kehidupan kita sendiri hal itu bisa terjadi, kalau fondasi saya tidak kuat. Kalau badai datang – dan kita semua memiliki badai dalam hidup kita, kita semua – kita tidak bisa berdiri teguh. Banyak orang mengatakan: ‘Tidak, saya akan mengubah hidup saya’ Mereka mengira membuat perubahan hidup sama dengan memakai make-up. Untuk mengubah hidup saya perlu perubahan fondasi hidup saya, yaitu, menemukan Batu yang adalah Kristus. ‘Saya ingin merenovasi bangunan ini karena sangat jelek, saya juga mau membuatnya sedikit lebih indah dan memperkuat fondasi. Tapi, kalau semua yang saya lakukan adalah memakai make-up, tidak akan lama; akan jatuh. Kehidupan Kristen jatuh kalau berdasarkan penampilan.”
Yesus, kata Paus, adalah satu-satunya fondasi yang pasti, sementara penampilan tak bisa dibantu. Paus memberi contoh pengakuan dosa. Hanya yang mengakui dirinya berdosa, lemah dan membutuhkan keselamatan, kata Paus, menunjukkan bahwa kehidupan mereka dibangun di atas batu, dan bahwa mereka yakin dan percaya akan Yesus sebagai sumber keselamatan.
Maka, Paus mendesak kita untuk mengubah hidup kita menjadi hidup yang tidak hancur dan berhembus.
“Kami tidak bisa membangun kehidupan kita pada hal-hal yang lewat, pada penampilan, pada tingkah seperti semuanya baik-baik saja. Kita datang ke batu, di mana keselamatan kita menanti. Dan di sana kita semua – setiap kita – berbahagia.”(PEN@ Katolik/paul c pati berdasarkan Vatican News)