“Doakan saya supaya saya menjadi utusan Allah yang siap melayani dan berbagi dengan murah hati, supaya saya tidak menambah barisan para imam yang siap dilayani, supaya saya tidak menambah barisan para imam yang kerja untuk diri sendiri, supaya saya tidak menambah barisan para imam yang hanya mencari enaknya sendiri.”
Permohonan itu disampaikan Provinsial MSC Indonesia Pastor Herman Joseph Johny Luntungan MSC dalam homili Misa Perayaan 40 Tahun Imamatnya yang dirayakan di Gereja Paroki Bunda Hati Kudus Kemakmuran Jakarta 16 Desember 2017.
Misa, yang dipimpin Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dengan sekitar 30 imam konselebran, itu dihadiri undangan termasuk keluarga dan kaum religius yang memenuhi gereja, dan dimeriahkan dengan Musik Kolintang dari Kawanua Katolik Jabodetabek, dan Tarian Selendang Biru yang merupakan tarian khas Wanita Katolik RI Sulut.
Seraya berharap 40 tahun imamatnya menjadi momen refleksi tentang setia, taat, dan rendah hati, Pastor Johny meminta untuk mendoakan dirinya “supaya saya menjadi imam yang tidak neko-neko, dan doakan saya supaya saya tidak jadi imam yang macam-macam, karena satu macam pun sudah susah, kalau buat macam-macam, susah diri sendiri, susah umat, susah yang lain, dan susah Tuhan Allah.”
Pastor Johny, yang dilahirkan di Lembean, Sulut, 21 April 1949, ditahbiskan imam di Katedral Manado oleh Mgr Theodorus Moors MSC, 16 Desember 1977. Sejak itu, dengan jujur imam itu mengatakan bahwa dia “bahagia,” meski bukan berarti tanpa problem atau semua serba mulus dan menyenangkan.
Namun, “kalau saya seorang imam yang problematis, kalau saya tidak taat, kalau saya menyusahkan orang di mana pun, saya tetap susah!” kata Pastor Johny seraya menegaskan bahwa “kota tidak mengubah saya, metropolitan tidak mengubah saya, mal-mal yang indah tidak mengubah saya, saya yang harus menjadi penentu hidup saya.”
Selama menjalani perutusan, lanjut imam yang pernah menjadi Minister Provinsialat MSC Jakarta, Ekonom Keuskupan Purwokerto, dan Pimpinan Daerah MSC Komunitas Sulawesi dan Kalimantan Timur itu, dia telah berusaha tidak menyusahkan atasan, entah atasan teritori (uskup), atau atasan kongregasi. “Prinsip saya, lebih baik saya yang dibuat susah sampai lumpuh dan mati daripada saya membuat susah sekecil pun untuk yang lain,” tegas imam itu.
Dalam kotbah yang lebih bersifat sharing itu, Pastor Johny menegaskan bahwa dia hanyalah “biasa-biasa saja,” tapi “saya percaya dalam keadaan sangat biasa-biasa itu Tuhan yang luar biasa tetap memakai saya.”
Imam itu mengaku bisa menjalankan 40 tahun imamat bukan pertama-tama tergantung dari dukungan, tepuk tangan, dan caci maki orang-orang yang hadir dalam Misa itu. “Saya bertahan karena ada Tuhan di belakang saya, di samping kiri dan kanan saya, di muka saya, di atas saya di bawah kaki saya. Tuhan itulah yang sore hari ini saya katakan ‘Deo Gratias’ karena memberikan kepercayaan bagi saya.”
Pastor John juga menegaskan bahwa dia tetap belajar untuk taat, rendah hati dan murah hati. “Kerendahan hati dan ketaatan adalah keutamaan-keutamaan dasar yang memungkinkan banyak keutamaan lain tumbuh berkembang dan menghasilkan buah dengan subur. Kalau saya sombong, tinggi hati, merasa hebat dan tahu segala-galanya, saat itulah awal kegagalan saya.
Mgr Suharyo, dalam sambutannya, mengapresiasi homili Pastor Johny yang “amat bagus untuk mengingat kembali panggilan hidup kita, religius dan umat yang berkeluarga. Kita punya panggilan sama, yaitu bertumbuh menuju kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan kasih, hanya jalannya berbeda. Karena itu, saya sadar betul seperti dikatakan Romo Johny, bahwa hidup itu selalu belajar dan belajar, kadang-kadang belajarnya ngak jadi, lalu harus ulang lagi belajar mengenai itu.”
Mewakili Keuskupan Agung Jakarta dan para uskup yang pernah dilayani imam itu, Mgr Suharyo mengucapkan, “Proficiat, selamat merayakan HUT 40 anugerah imamat yang telah Romo hayati dengan tekun dan setia. Kami semua ikut bersyukur, ikut bergembira dan ikut mendoakan supaya kebahagiaan yang sudah Romo alami sebagai imam selama 40 tahun semakin bertambah, semakin bahagia dalam imamat, semakin gembira dalam pelayanan.”
Selain berterima kasih kepada pimpinan tarekat MSC Indonesia yang sejak lama dan akan terus mengutus imam, bruder dan frater untuk bersama-sama melayani umat di KAJ, Mgr Suharyo juga berterima kasih untuk kesaksian yang dibagikan Pastor Johny. “Kita semua ucapkan terima kasih, dan sambutan saya satu kata: Lanjutkan!”(paul c pati)
Pastor Johnny Luntungan, MSC, Proficiat n luar biasa. Pastor bonus, contoh bagi biarawan / pelayan Allah.
Selamat buat Romo Jhony…. semoga selalu sehat dan bahagia dalam pelayanan ….Romo Jhony… dulu yg membabtis anak saya yg kedua. Agnes sekarang sdh 18 th. Semua Romo selalu mendoakan anak saya ini unt selalu setia san taat pada ajaran Yesus Tuhan kita. Memahami tujuan hidup kita hanyalah unt kemuliaan Tuhan.