Home BERITA TERKINI SAGKI 2025, Hari Kelima: Gereja Indonesia Didorong Menjadi Peziarah Pengharapan

SAGKI 2025, Hari Kelima: Gereja Indonesia Didorong Menjadi Peziarah Pengharapan

0

JAKARTA – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 resmi ditutup dengan pemaparan rekomendasi pastoral di Krakatau Ballroom, Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Jumat (7/11). Sidang yang berlangsung sejak Senin ini diikuti sekitar 375 peserta dari 38 keuskupan di seluruh Indonesia dan satu keuskupan TNI/Polri. Penutupan ditandai dengan perayaan Ekaristi konselebrasi yang dipimpin oleh Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Dengan tema “Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Perdamaian”, SAGKI 2025 menjadi momentum Gereja Katolik Indonesia untuk menegaskan arah dan misi pastoralnya di tengah tantangan zaman. Gereja berkomitmen untuk terus memperbarui diri dan menegaskan panggilannya sebagai Gereja yang sinodal, misioner, dan perdamaian, sejalan dengan semangat Sinode Para Uskup 2021–2024.

Dalam rekomendasi yang dibacakan pada penutupan sidang, para peserta menegaskan bahwa Gereja dipanggil untuk berjalan bersama mendengarkan suara Roh Kudus melalui suara umat, terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Gereja diharapkan menjadi komunitas profetis yang berani menyuarakan kebenaran, menghadirkan wajah Allah yang penuh belas kasih, dan menumbuhkan kehidupan sosial yang adil, terbuka, serta berkeadaban. Gereja juga diundang untuk menjadi pembawa damai dan rekonsiliasi di tengah konflik sosial, budaya, dan politik, serta menjadi tanda harapan di tengah dunia yang terluka.

Untuk mewujudkan panggilan misioner itu, SAGKI menekankan pentingnya formatio iman yang integral, yakni pembentukan pribadi yang matang dalam iman, hati, dan budi agar umat mampu menghadirkan wajah Kristus secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Gereja juga diharapkan mengembangkan eklesiologi pengharapan — menjadi pelaku aktif dalam membangun habitus ekologis, memperjuangkan keadilan sosial, serta melindungi martabat manusia dan keutuhan ciptaan. Dalam konteks ini, Gereja dipanggil menjadi jembatan moral antara negara, dunia usaha, dan masyarakat sipil, menegakkan keadilan, solidaritas, dan kesejahteraan bersama.

SAGKI 2025 juga memberikan perhatian khusus bagi orang muda, perempuan, kaum lanjut usia, dan penyandang difabel. Orang muda diharapkan menjadi misionaris harapan di tengah dunia digital dan krisis nilai, sementara perempuan diberi ruang untuk berpartisipasi dan memimpin dalam kehidupan menggereja. Kaum lanjut usia dan difabel diakui martabatnya sebagai penyalur kebijaksanaan iman dan bagian tak terpisahkan dari tubuh Kristus. Gereja diundang membangun budaya dialog lintas generasi dan memastikan bahwa semua umat tanpa kecuali dapat mengambil bagian aktif dalam hidup dan misi Gereja.

Selain itu, SAGKI menegaskan pentingnya dialog lintas iman dan budaya sebagai jalan memperdalam persaudaraan dan perdamaian. Gereja diharapkan menjadi pelopor dalam membangun ruang perjumpaan yang manusiawi dan terbuka di tengah masyarakat majemuk, serta menjadi suara kenabian dalam menjaga keutuhan ciptaan sesuai semangat ensiklik Laudato Si’.

Rekomendasi SAGKI 2025 menutup sidang dengan harapan bahwa proses ini tidak berhenti pada tataran pertemuan, melainkan dihidupi dan diteruskan di setiap keuskupan, paroki, dan komunitas umat. “Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan meneruskannya sampai pada hari Kristus Yesus” (Flp 1:6). Gereja Katolik Indonesia dipanggil menjadi peziarah pengharapan, berjalan bersama seluruh umat manusia, menyalakan bara kasih, dan menghadirkan wajah Allah yang penuh damai di tengah dunia.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version