Manila – Provinsi Dominikan Filipina bersama lembaga-lembaga Dominikan serta anggota Keluarga Dominikan yang lebih luas turut ambil bagian dalam Trillion Peso March yang digelar di EDSA Shrine, pukul 14.00. Aksi ini menyerukan akuntabilitas atas dugaan “korupsi sistemik dengan skala triliunan peso” dalam proyek-proyek pengendalian banjir nasional.
Sebelum turun ke jalan, para Dominikan terlebih dahulu merayakan Perayaan Ekaristi di Saint Pedro Poveda College. Komunitas kampus tersebut ikut mendukung dengan doa dan solidaritas, dan pihak Provinsi menyampaikan rasa terima kasih mendalam atas sambutan yang diberikan.
Dalam aksi ini, para frater dari berbagai komunitas Dominikan berdiri sejajar dengan para Suster Dominikan, sekolah-sekolah Dominikan, umat awam, paroki, hingga kaum muda Dominikan. Kebersamaan itu menjadi wujud nyata komitmen bersama memperjuangkan keadilan di negeri.
Melalui pernyataan resmi Keluarga Dominikan untuk Keadilan dan Perdamaian – Filipina, mereka menegaskan: “Ang katahimikan ay pagsang-ayon sa kasamaan! Maging malakas na tinig sa gitna ng kabulukan!” Seruan ini selaras dengan pesan St. Katarina dari Siena yang pernah berkata: “We’ve had enough exhortations to be silent. Cry out with a thousand tongues—I see the world is rotten because of silence.”
Aksi ini bukan semata unjuk rasa, tetapi juga menjadi kesaksian profetis. Diam terhadap jeritan rakyat yang terhimpit banjir dan kemiskinan berarti ikut serta dalam kebusukan sistem. Sebaliknya, keberanian untuk bersuara diyakini dapat menggugah perubahan dan menghentikan praktik penyalahgunaan kekuasaan.
Di tengah pergumulan bangsa melawan korupsi yang menindas kaum miskin, para Dominikan meneladani semangat St. Katarina dari Siena—kekudusan dan keberaniannya menginspirasi umat untuk menyuarakan kebenaran di hadapan para penguasa. Dengan semangat itu pula, Keluarga Dominikan menegaskan misi mereka: mewartakan Injil, berdiri bagi kebenaran, serta memperjuangkan keadilan di tengah kekacauan dan keputusasaan.
Tak hanya di Manila, aksi serupa juga dilakukan komunitas Dominikan di berbagai daerah, seperti Legazpi City, Iloilo, dan Manaoag (Pangasinan). Hal ini menunjukkan bahwa panggilan untuk keadilan dan akuntabilitas bukan hanya bergema di ibu kota, tetapi juga di seluruh penjuru negeri.