Home BERITA TERKINI Seabad Usia Kardinal Acerbi: Kardinal Tertua yang Setia Melayani Depalan Paus

Seabad Usia Kardinal Acerbi: Kardinal Tertua yang Setia Melayani Depalan Paus

0

ROMA, Pena Katolik – Kardinal Angelo Acerbi merayakan ulang tahunnya yang ke-100 pada 23 September 2025. Ia dilantik menjadi kardinal sembilan bulan yang lalu dalam konsistori terakhir Paus Fransiskus.

Kardinal berkebangsaan Italia itu adalah satu dari lima kardinal dalam Sejarah Gereja yang mencpai usia lebih dari 100 tahun. Kardinal tertua dalam Sejarah Gereja yang pernah ada adalah Kardinal Corrado Bafile (1903-2005), diplomat Vatikan Italia dan duta besar kepausan untuk Jerman, yang wafat pada usia 101,5 tahun.

Meski demikian, Kardinal Acerbi adalah kardinal tertua sepanjang sejarah saat pelantikannya. Ia dilantik menjadi cardinal saat berusia 99 tahun 2 bulan 14 hari pada 7 Desember 2024.

Kardinal Acerbi adalah mantan diplomat Takhta Suci. Ia telah menjadi pelayan setia untuk delapan paus sejak Paus Pius XII. Selala kariernya dalam dunia diplimatik Vatikan, ia pernah disandera di Kolombia. Namanya, yang tidak begitu dikenal, mengejutkan saat diumumkan menjadi cardinal dalam konsistori terakhir Paus Fransiskus pada 7 Desember 2024.

Kardinal Acerbi lahir pada 23 September 1925, di Sesta Godano, sebuah desa di Italia barat laut. Ia ditahbiskan menjadi imam pada usia 22 tahun pada Maret 1948. Ia memasuki dinas diplomatik kepausan pada tahun 1956, pada masa kepausan Pius XII.

Sebagai seorang imam, ia hidup di masa Konsili Vatikan Kedua dan transformasi mendalam dalam kehidupan Gereja di bawah kepausan Pius XII, Yohanes XXIII, dan Paulus VI. Ia bekerja di perwakilan kepausan di Kolombia, Brasil, Prancis, Jepang, dan Portugal, serta di Sekretariat Negara di Roma.

Pada bulan Juni 1974, Paulus VI menahbiskannya sebagai uskup dan mengangkatnya sebagai pro-nuncio apostolik untuk Selandia Baru dan delegasi apostolik untuk Samudra Pasifik. Misi ini datang kepadanya dalam konteks dekolonisasi yang kompleks untuk beberapa wilayah kecil yang tersebar di wilayah maritim yang luas. Ia kemudian menjadi perwakilan Vatikan pertama yang dikirim secara permanen dan resmi ke bagian dunia ini, yang telah dikunjungi Paulus VI empat tahun sebelumnya.

Sandera Gerilyawan Kolombia

Pada tahun 1979, Yohanes Paulus II mengangkat Monsignor Angelo Acerbi sebagai Nunsius Apostolik untuk Kolombia. Sebelumnya, selama lebih dari 20 tahun, ia menjadi sebagai penasihat nunsius di negara itu.

Pada bulan Februari 1980, ia disandera setelah gerilyawan dari “Gerakan 19 April” yang menyerbu kedutaan Republik Dominika. Ia disandera bersama 26 tokoh terkemuka lainnya.

Mgr. Acerbi ditawan selama beberapa minggu, dan tetap dihormati statusnya sebagai imam dan diberi izin untuk merayakan Misa setiap hari bagi mereka yang ditahan dan juga untuk para gerilyawan.

Menjelang Pekan Suci tahun 1980, gerilyawan membebaskan beberapa tahanan. Namun, Duta Besar Vatikan itu tetap ditawan.

“Jika ia dibebaskan siapa yang akan merayakan Misa setiap pagi?” kata seorang pimpinan gerilyawan.

Namun, Mgr. Acerbi dibebaskan tak lama kemudian oleh gerakan bersenjata sayap kiri, organisasi tempat bernaung Presiden Kolombia saat ini, Gustavo Petro.

Pengabdian di Eropa

Setelah bertugas di Kolombia selama lebih dari satu dekade, Mgr. Acerbi dipindahkan pada tahun 1990-an. Ia mulai bertugas di negara-negara Eropa yang lebih tenang. Pertama, ia pergi ke Hongaria dan Moldova, di mana ia menjadi utusan pertama setelah jatuhnya rezim komunis. Kemudian, ia bekerja di Belanda, salah satu negara paling sekuler di dunia.

Mgr. Acerbi menjadi Prelatatus Ordo Malta dari tahun 2001 hingga 2015, dan baru pensiun pada usia 90 tahun.

Dalam konsistori tahun 2024, Kardinal Acerbi mengatakan kepada media Vatikan bahwa ia memandang pengangkatannya sebagai kardinal sebagai “tanda penghargaan dan pengakuan atas pengabdian yang telah dilakukan oleh begitu banyak nunsius lama dan baru di seluruh dunia.

Kardinal Acerbi terkejut dengan pengangkatannya di usia yang begitu lanjut. Namun, ia menerima status barunya dengan rasa syukur dan penghargaan yang besar, tetapi juga dengan sedikit rasa takut karena hal itu selalu menjadi hal baru bagi semua orang, terutama bagi para lansia.

Ia mengungkapkan rasa harunya setelah wafatnya Paus Fransiskus pada April lalu. Ia menceritakan kepada sebuah stasiun televisi lokal di Liguria, daerah asalnya, kasih sayang dan kekagumannya kepada Paus asal Argentina itu, yang jauh lebih muda darinya. Kardinal  Acerbi sempat mengunjungi Paus Fransiskus untuk terakhir kalinya di Santa Marta sebelum kepergian Paus.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version