PALEMBANG, Pena Katolik – Bertempat di Wismalat Podomoro Jl. Raya Diponegoro, Sukamoro, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan Uji coba Modul Pelatihan Safeguarding dilaksanakan pada tanggal 23-25 September 2025 yang diikuti oleh Staf dan relawan dari Caritas Keuskupan Purwokerto sebanyak 21 orang dan Caritas-PSE Keuskupan Agung Palembang sebanyak 31 orang. Kegiatan yang juga bersamaan dengan temu kanonis regio sumatera ini dimulai dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh Vikaris Jendral Keuskupan Agung Palembang,RD Yohanes Kristianto , sebagai konselebran utama dan RD Laurensius Rakidi, Ketua PSE – KARINA KAPal serta RD Benyamin Purba, Koordinator Kanonis Regio Sumatera.
Dalam homilinya, Romo Kris menyampaikan bahwa kedua pertemuan ini secara kebetulan diselenggarakan bersamaan dan tentu ada benang merah yang sama sehingga misa pembukaan bisa dijadikan satu.
“Jadi umat Katolik itu gampang, acara yang bersamaan bisa satu misa pembukaan” ujarnya
Kedua kegiatan ini khususnya temu kanonis diharapkan dapat menghasilkan poin poin yang penting dan dapat disampaikan ke para uskup di region Sumatera.
Romo Benyamin menyampaikan sambutannya bahwa pertemuan kanonis saat ini adalah yang kelima setelah pertemuan keempat dilaksanakan di Batam, Keuskupan Pangkal Pinang.
“Pertemuan pertama kami adakan di Medan, Kedua di Sibolga, Ketiga di Padang, keempat di Batam dan yang kelima ini di Palembang” sambutnya
Sambutan dari Ketua PSE-Karitas KAPal menyampaikan ucapan selamat datang pada para tamu undangan baik untuk pertemuan kanonis maupun pertemuan uji coba modul safeguarding dari Caritas Indonesia.
“Selamat datang di Keuskupan Agung Palembang para peserta pertemuan kanonis dan safeguarding, semoga proses selama tiga hari membuahkan hasil yang sungguh sungguh bermanfaat dan menjadi berkat” ucap Romo Vikjen KAPal dalam sambutannya mewakili Bapa Uskup yang saat tidak bisa hadir karena sedang retret bersama para uskup.
Pertemuan uji coba modul safeguarding oleh Caritas Indonesia ini juga bekerja sama dengan Caritas Asia dan Catholic Relief Service dari Amerika. Dalam konteks Caritas Asia, dua negara yang menjadi pilot project safeguarding adalah Indonesia dan India, yang harapannya jika di keduanya berhasil maka akan diluaskan penerapannya di Caritas seluruh Asia. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh: Fasilitator : Susi Indreswari (Konsultan Safeguarding), Frisca Anindhita (Safeguarding – CRS), Yohanes Baskoro (Program Manager), Sr. Bibiana, SJMJ (Officer Safeguarding)
Caritas Indonesia menerima mandat dari KWI sebagai koordinator, fasilitator, dan animator bagi karya pelayanan sosial pastoral di 38 Keuskupan di Indonesia. Karya Caritas sebagai jantung dan ujung tombak Gereja terintegrasi dengan Orientasi Strategis Caritas Internationalis, seperti pada pelayanan cinta kasih, mengurangi dampak krisis kemanusiaan, memberdayakan masyarakat, memberantas segala bentuk kemiskinan, dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam tanggap darurat.
Seluruh karya pelayanan Caritas Indonesia sesuai dengan Standar Manajemen Caritas Internationalis (CIMS). Dalam rangka menindaklanjuti hasil assessment CIMS oleh Caritas Internationalis tahun 2023, Caritas Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola organisasi yang efektif dan efisien melalui program peningkatan kapasitas Safeguarding untuk Jaringan Caritas Indonesia. Hasil dari CIMS menunjukkan peningkatan kapasitas lembaga dalam berbagai aspek namun demikian Caritas Indonesia masih memerlukan peningkatan dalam hal-hal yang terkait dengan Standar Safeguarding. Peningkatan Standar Safeguarding tersebut dilakukan salah satunya melalui program yang didukung oleh Caritas Asia dan CRS, yaitu “Peningkatan Kapasitas Safeguarding untuk Jaringan Caritas Indonesia.”
Tujuan dan tindak lanjut kegiatan
Program selama dua tahun ini dimaksudkan untuk semakin meningkatkan komitmen agar hak-hak dan martabat setiap individu dihormati, berpihak kepada mereka yang lemah, anak-anak, perempuan maupun orang dewasa rentan. Program ini selaras dengan prioritas pelayanan Caritas Indonesia, yaitu kepada mereka yang terpinggirkan, kecil dan difabel yang sering kali rentan dan terdampak oleh masalah safeguarding. Caritas Indonesia menerima mandat dari KWI sebagai koordinator, fasilitator, dan animator bagi karya pelayanan sosial pastoral di 38 Keuskupan di Indonesia.
Karya Caritas sebagai jantung dan ujung tombak Gereja terintegrasi dengan Orientasi Strategis Caritas Internationalis, seperti pada pelayanan cinta kasih, mengurangi dampak krisis kemanusiaan, memberdayakan masyarakat, memberantas segala bentuk kemiskinan, dan meningkatkan kesiapsiagaan dalam tanggap darurat. Seluruh karya pelayanan Caritas Indonesia sesuai dengan Standar Manajemen Caritas Internationalis (CIMS). Dalam rangka menindaklanjuti hasil assessment CIMS oleh Caritas Internationalis tahun 2023, Caritas Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan tata kelola organisasi yang efektif dan efisien melalui program peningkatan kapasitas Safeguarding untuk Jaringan Caritas Indonesia.
Hasil dari CIMS menunjukkan peningkatan kapasitas lembaga dalam berbagai aspek namun demikian Caritas Indonesia masih memerlukan peningkatan dalam hal-hal yang terkait dengan Standar Safeguarding. Peningkatan Standar Safeguarding tersebut dilakukan salah satunya melalui program yang didukung oleh Caritas Asia dan CRS, yaitu “Peningkatan Kapasitas Safeguarding untuk Jaringan Caritas Indonesia.” Program selama dua tahun ini dimaksudkan untuk semakin meningkatkan komitmen agar hak-hak dan martabat setiap individu dihormati, berpihak kepada mereka yang lemah, anak-anak, perempuan maupun orang dewasa rentan. Program ini selaras dengan prioritas pelayanan Caritas Indonesia, yaitu kepada mereka yang terpinggirkan, kecil dan difabel yang sering kali rentan dan terdampak oleh masalah safeguarding. (Andreas Daris/Palembang)
