MERAUKE, Pena Katolik – Pantai Sembe yang terletak di Dusun Urumb, Merauke, mulai dikembangkan sebagai destinasi wisata rohani sekaligus wisata alam. Pantai dengan hamparan pasir indah yang menghadap langsung ke Laut Arafura ini bukan hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga lokasi doa dan perayaan iman.
Akses menuju Pantai Sembe terbilang unik. Pengunjung harus melewati jalan setapak berbahan beton sekitar setengah jam perjalanan dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dari pusat Kota Merauke. Namun, keindahan pantai membuat lelah perjalanan terbayar lunas.
Pada Jumat, 7 September 2025, pantai ini menjadi saksi syukur 32 tahun imamat Romo Andreas Fanumbi, imam lokal Keuskupan Agung Merauke yang ditahbiskan oleh Mgr. Jacobus Duivenvoorde, MSC. Perayaan syukur ini dihadiri sekitar 3.000 umat Katolik dari tiga dusun: Sirapuh, Nohotif, Wendu, dan Anasai. Hadir pula kelompok devosan Kerahiman Ilahi, Pusat Pembinaan Spiritual Laudato Si, para biarawan-biarawati, ketua dewan stasi dan paroki, katekis awam, hingga tetua adat Marind.
Dalam homilinya, Romo Fanumbi mengucap syukur atas rahmat imamat yang ia jalani, sambil mengingatkan umat untuk menjaga kelestarian alam. “Setiap pribadi harus menjaga laut dan pesisir dari sampah, terutama plastik, serta tidak menebang pohon atau menggali pasir sembarangan,” ujarnya.
Perayaan ekaristi yang sarat inkulturasi ini dilanjutkan dengan pemberkatan melalui Sakramen Mahakudus atas hutan, pohon kelapa, bakau, sungai, biota laut, jaring nelayan, hingga kendaraan laut. Umat juga mendirikan sebuah bangunan sederhana menyerupai gua, yang akan ditahtakkan arca Bunda Maria. Dalam bahasa Marind disebut duf iwaq, yang berarti nenek penjaga pantai, sebagai simbol perlindungan bagi pesisir Arafura.
Acara ini turut dihadiri Ny. Nova Gebze, istri Bupati Merauke Yoseph Bladib Gebze, bersama pengurus PKK, Yayasan Kali Maro Bangkit, WWF Jayapura, dan LSM Harmoni Alam Papuana. Kehadiran mereka menegaskan dukungan lintas lembaga terhadap pengembangan wisata rohani yang berpadu dengan kearifan lokal dan pelestarian lingkungan.
Bruder Yos Daempal, MSC, mengakui sukacita atas pengalaman iman dan budaya yang menyatu dalam perayaan tersebut. “Ini pertama kali saya menyaksikan sebuah misa yang begitu kaya makna bagi iman Katolik sekaligus budaya suku Marind,” katanya.
Yoseph Ngamel, staf LSM Harmoni Alam Papuana, juga menilai kegiatan ini penting untuk didukung. “Perayaan ini bukan hanya soal iman, tapi juga langkah nyata menjaga alam dan menjadikan pantai sebagai ruang bersama yang mendidik generasi mendatang,” ujarnya.
Dengan semangat Laudato Si’, Pantai Sembe kini dipandang bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang iman, budaya, dan ekologi yang saling berpadu. (Agapitus Batbual/Merauke)