JAKARTA, Pena Katolik – Dalam kebanyakan karya seni Kristen, Roh Kudus dilambangkan dengan burung merpati putih. Tradisi ini berakar pada Alkitab dan memiliki makna tertentu. Hal ini karena merpati juga terlihat dalam Alkitab saat pembaptisan Yesus.
Namun, ada yang serting terlewatkan bahwa pada masa Gereja awal, Roh Kudus juga digaambarkan sebagai “angsa liar”. Alih-alih merpati yang damai yang dapat dijinakkan, orang-orang Kristen ini melihat Roh Kudus sebagai “liar” dan tidak dapat dijinakkan.
Makna di balik penggambaran ini karena pada masa awal Gereja, umat melihat Roh Kudus memiliki kecenderungan untuk “mengganggu dan mengejutkan”. Roh Kudus bergerak dalam kehidupan manusia dengan cara yang tidak terduga, mirip dengan tindakan angsa liar.
Penggambaran ini menambah kekayaan khazanah simbol-simbol iman. Di mana setiap orang dapat melihat kebenaran rohani ini dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam kehidupan orang-orang kudus.
“Ketidakterdugaan” tanda Roh Kudus yang tergambar dalam sosok seekor angsa ini misalnya terlihat dalam kehidupan Santo Agustinus. Patron Ordo St. Agustinus ini “terganggu” ketika ia didorong oleh Roh Kudus untuk “Ambil dan bacalah”. Tanda ini tidak terduga muncul dalam hidup St. AGustinus.
Santo Fransiskus dari Assisi juga terkejut ketika ia mendengar kata-kata, “Bangun kembali Gereja-Ku.” Ada saat di mana Roh Kudus tiba-tiba hadir dalam sebuah tindakan yang tidak selalu bernuansa “tenang” dan “halus”, namun “menghentak” dan “mengagetkan” seperti seekor angsa yang tiba-tiba terbang atau mengeluarkan suara yang memecah keheningan alam.
Yesus dalam Injil Yohanes memiliki gambaran serupa tentang tindakan Roh Kudus: “Angin bertiup ke mana ia mau, dan kamu mendengar bunyinya, tetapi kamu tidak tahu dari mana datangnya atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan setiap orang yang lahir dari Roh.” (Yohanes 3:8)
Kadang, Roh Kudus bukanlah Roh yang membuat manusia merasa nyaman, tetapi membuat orang terkejut dan menempatkan manusia pada “jalan baru” yang tidak pernah diduga.