ROMA, Pena Katolik – Raniero Mancinelli sudah setengah abad menjahit jubah untuk para Paus. Menjelang konklaf, tiga jubah sudah ia siapkan dengan tiga ukuran berbeda: 50, 54, 58. Ia sudah menyerahkannya kepada para kardinal, dan akan dikenakan oleh seorang Paus yang akan terpilih nanti.
Di jantung Borgo Pio yang tenang, selemparan batu dari Basilika Santo Petrus, terdapat ruko kecil dengan dua meja kayu, mesin jahit, dan setrika tua. Di sinilah, Mancinelli, 86, dalam hening menjahit dan memotong jubah, yang akan menyambut Paus baru, yang mungkin akan terpilih pada minggu ini.
Paus baru ini akan memki jubah buatan Mancinelli di dalam “ruang air mata,” di sebuah sakristi kecil di sebelah Kapel Sistina.
“Saya membuat tiga jubah dengan tiga ukuran berbeda, 50, 54, dan 58,” katanya kepada National Catholic Reporter.
Tiga jubah putih, pita campuran sutra dengan pinggiran emas, dan zucchetto kepausan putih: semuanya harus siap saat asap putih memberi isyarat kepada dunia tentang pemilihan pengganti Paus Fransiskus.
Tradisi Turun Temurun
Mancinelli berbicara dengan percaya diri, ia telah menjahit jubah untuk para paus selama lebih dari setengah abad. Ia mulai menjahit pada usia 15 tahun, belajar menjahit dari ayahnya.
“Saya merasa biasa saja. Ini telah menjadi pekerjaan saya selama 70 tahun, dan saya melakukannya dengan penuh semangat. Saya bekerja dengan putri saya dan cucu saya Lorenzo, yang berusia 23 tahun dan sekarang sedang membuat selempang untuk seorang kardinal. Ini adalah tradisi yang terus berlanjut.”
Studio kecilnya adalah kapsul waktu. Dindingnya dilapisi dengan foto-foto yang memperlihatkan Mancinelli tampak tersenyum di samping para paus yang telah ia “dandani”: Yohanes Paulus II, Benediktus XVI, dan Fransiskus.
Setrika yang berat dan menghitam, adalah setrika yang sama yang telah ia gunakan sejak 1962. Mesin jahit itu tampak seperti sesuatu dari museum, tetapi akan membantu menciptakan jubah putih yang ditakdirkan menjadi bagian dari satu momen paling penting dalam sejarah Gereja bahkan dunia.
Pesanan Paus Fransiskus yang Sederhana
Mancinelli memiliki hubungan khusus dengan Fransiskus.
“Pertemuan pertama kami yang paling manis dan terindah dengannya, tidak akan pernah saya lupakan. Ia ramah, periang. Kami tampak seperti sahabat seumur hidup. Saya bertemu dengannya sedikitnya lima kali. Ia memilih saya.”
Di toko Mancinelli juga, lebih dari 30 tahun yang lalu, Paus Fransiskus membeli salib dada besi yang dikenakannya hingga hari kematiannya. Gambar salib itu kini tergambar di atas makamnya di Basilika St. Maria Maggiore.
Ketika Paus Fransiskus terpilih menjadi paus, ia ingin terus dibuatkan jubah oleh Mancinelli. Namun, dengan permintaan khusus: “sederhana”.
“Fransiskus tidak menyukai barang-barang mahal. Ia menginginkan kain yang sederhana dan tahan lama, seperti wol ringan yang dicampur dengan terital,” kata Mancinelli.
Gaya hidup Fransiskus yang sederhana membuka jalan bagi pemahaman baru tentang keanggunan kepausan. Ia menolak mengenakan mozzetta merah pendek seperti jubah pada malam pemilihannya, dan muncul pada malam itu, 13 Maret 2013, hanya dengan jubah putih.
Mancinelli telah menyiapkan mozzetta untuk paus baru, kalau-kalau ia nanti ingin memakainya.
Menunggu Konklaf
Dalam beberapa hari terakhir, bengkel Mancibelli sering dikunjungi oleh para kardinal dari seluruh dunia. Sebagian membeli atau memesan kerah baru, sebagian ingin memasang kancing.
“Kita tunggu sampai setelah konklaf. Saya tidak ingin salah satu dari mereka menjadi paus dengan kancing emas yang baru dijahit.”
Dalam beberapa hari, saat seorang pria berjalan ke balkon Basilika Santo Petrus, akan ada juga sepotong kecil Mancinelli di pundaknya.
Dengan kerendahan hati yang sama, saat ia menjahit setiap keliman dan mengukur setiap lubang kancing, Mancinelli berkata bahwa ia menatap masa depan tanpa kepura-puraan, tetapi dengan harapan yang lembut.
Selain menjahit jubah Paus, Mancnelli menjual tongkat uskup dan mitra. Pelanggannya sekitar 2.000 uskup dan kardinal yang datang dari seluruh dunia. (AES)