VATIKAN, Pena Katolik – Di akhir hayatnya, Paus Fransiskus membuat satu gerakan simbolis terakhir: Ia mengosongkan rekening bank pribadinya dan menyumbangkan sekitar 200.000 euro (3,5 Milyar) kepada para narapidana yang telah lama ia bela.
Itu adalah tindakan kasih terakhir yang menggambarkan ciri utama kepausan Fransiskus.
Uskup Pembantu Roma, Mgr. Benoni Ambarus menyaksikan sendiri komitmen Paus terhadap para narapidana. Bahkan ketika kekuatannya tampak menurun, Paus Fransiskus menolak untuk meninggalkan mereka yang paling terlupakan selama Pekan Suci.
“Beberapa hari yang lalu, Bapa Suci masih sempat mengunjungi Regina Coeli,” kata Mgr. Ambarus dalam wawancara pada tanggal 23 April dengan harian Italia LaRepubblica. Mengacu pada kunjungan terakhir Paus ke penjara bersejarah di Roma pada Kamis Putih, 17 April 2025.
Ikatan Fransiskus dengan penghuni penjara merupakan ciri utama pelayanannya. Sejak awal kepausannya, ia menjadi berita utama dengan membasuh kaki narapidana pada Kamis Putih. Ia terus tiada henti menyerukan belas kasih yang lebih besar dalam sistem peradilan.
Namun, Mgr. Ambarus mengatakan, seruan sepenuh hati Paus bagi para narapidana sering kali tidak didengar.
Mengubah Popemobile Menjadi Ambulan untuk Merawat Anak-Anak
Sebelum wafatnya, Paus Fransiskus berpesan untuk menyumbangkan salah satu mobil kepausannya untuk diubah menjadi klinik keliling, guna membantu anak-anak di Gaza. Salah satu komunitas yang paling terdampak oleh perang dan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Seperti yang dijelaskan Peter Brune (Sekretaris Jenderal Caritas Swedia) dan salah satu rencan ini kepada ACI Prensa. Mobil kepausan ini digunakan Paus saat kunjungannya ke Betlehem pada bulan Mei 2014 dalam perjalanan bersejarahnya ke Tanah Suci.
“Sejak saat itu, kendaraan tersebut dipajang di alun-alun umum di kota Palestina tersebut,” katanya.
Mobil kepausan tersebut telah diperbarui dan ditingkatkan untuk memenuhi misi baru yang penuh harapan, memberikan bantuan medis kepada anak-anak yang terluka dan kekurangan gizi yang saat ini tidak memiliki akses ke jenis perawatan kesehatan apa pun.
Prakarsa ini secara pribadi dipercayakan oleh Paus kepada Caritas Jerusalem pada bulan-bulan terakhir hidupnya untuk menanggapi keadaan darurat kemanusiaan yang sangat serius di Gaza, tempat ratusan ribu anak-anak terlantar hidup tanpa akses ke makanan, air bersih, atau perawatan medis dasar di tengah konflik Hamas dengan Israel.
Selanjutnya, bekas mobil Paus ini dilengkapi dengan peralatan medis dasar: peralatan diagnostik cepat, bahan jahitan, jarum suntik, vaksin, oksigen, obat-obatan yang didinginkan, dan perlengkapan penting lainnya. Klinik ini akan dioperasikan oleh pengemudi dan staf medis terlatih dari Caritas Jerusalem, sebuah Organisasi Kemanusaan milik Gereja Katolik yang menjadi anggota Konfederasi Caritas Internationalis yang berpusat di Roma. dengan pengalaman luas di wilayah tersebut.
“Ini adalah intervensi konkret yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir runtuh,” tegas Brune.
Klinik ini akan beroperasi di wilayah Palestina, segera setelah akses kemanusiaan dipulihkan, dengan misi “memberikan perawatan dasar di daerah yang paling terisolasi dan mengingatkan dunia bahwa hak dan martabat anak-anak harus selalu dilindungi.