Kuta Bali, Pena Katolik | Pada pagi yang tenang, pada Jumat, 7 Maret 2025, Kapel Societas Sancta Clara Bali dipenuhi dengan kekhusyukan, menyambut umat yang hadir dalam Misa Jumat Pertama Bulan. Sekitar 40 umat gabungan volunteer dan Oma dan Opa yang sebagian besar adalah anggota dari komunitas Societas Sancta Clara, berkumpul untuk merayakan momen sakral itu, dipimpin oleh Pater Kees Van Dijk OFM.
Dalam keheningan, oma-opa mengarungi perenungan mendalam tentang makna hidup dan pengharapan di tengah perjalanan iman mereka.
Dengan sentuhan kata-kata yang tegas nan lembut, homili yang disampaikan oleh Pater Kees penuh kekuatan.
Pater Kees membuka homili dengan mengajak umat untuk merenungkan tanda abu yang mereka terima—tanda yang mengingatkan kita akan asal-usul kita: dari debu kita datang, dan kepada debu kita akan kembali.
“Namun, di balik kenyataan yang tampaknya sederhana ini, tersimpan ajakan untuk melihat lebih dalam makna hidup yang jauh lebih luas dari sekadar perjalanan fisik kita di dunia ini,” kata Pater Kees OFM pada (07/03/2025).

Dari Debu ke Kehidupan yang Penuh Arti
Pater Kees mengajak setiap hati yang hadir untuk tidak sekadar memandang hidup sebagai perjalanan yang singkat, tetapi sebagai kesempatan untuk berhubungan lebih dekat dengan Sang Pencipta.
“Kita berasal dari tanah, dari debu, dan dengan nafas Tuhan kita hidup. Tapi apakah kita benar-benar hidup dengan menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah?” tanyanya, dengan mengajak oma-opa merenungi peristiwa tersebut.
Pater menegaskan bahwa seperti tanah yang subur, hidup kita pun diolah dan dipenuhi dengan harapan oleh Tuhan yang memberi hidup. Namun, seperti tanah yang kadang terlupakan dan terabaikan, manusia sering kali terjerat oleh egosentrisme yang mengaburkan tujuan sejati mereka.
Pater Kees mengingatkan umat untuk meresapi hidup dengan kesadaran yang lebih mendalam, bahwa setiap detik yang kita jalani adalah kesempatan untuk bertransformasi menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Prapaskah adalah Perjalanan Mengundang Tuhan
Masa Prapaskah, yang baru dimulai, adalah waktu yang penuh makna untuk merenung dan memperbarui diri. Pater Kees mengajak umat untuk tidak hanya berpuasa dalam pengertian fisik, tetapi untuk membuka diri dan hati kepada Tuhan.
“Prapaskah adalah tentang menggali lebih dalam, tentang bertobat dan memberi tempat bagi Tuhan dalam kehidupan kita,” ujarnya Pater Kees OFM (07/03/2025).
Selama 40 hari yang masih tersisa, umat dipanggil untuk tidak hanya menghindari kenikmatan duniawi, tetapi untuk benar-benar memperhatikan suara Tuhan yang memanggil kita keluar dari kenyamanan diri.
“Apa yang berubah dalam diri kita? Apakah kita semakin dekat dengan Tuhan atau justru semakin menjauh?” Pater Kees bertanya, mengajak setiap umat untuk memeriksa hatinya.
Menemukan Tuhan dalam Setiap Langkah Kehidupan
Di tengah segala tantangan hidup, sering kali kita lupa bahwa Tuhan selalu hadir, bahkan dalam kesulitan yang kita alami.
“Kita sering merasa bahwa kita dapat mengatasi segala hal sendiri, namun kita harus mengingat bahwa hanya dengan Tuhan kita bisa bertumbuh,” tegas Pater Kees.
Kehidupan yang penuh dengan pergumulan ini, menurutnya, hanya akan dapat dipahami dengan membuka hati dan mengundang Tuhan untuk hadir di setiap momen hidup kita.
Pater Kees menceritakan pengalaman pribadinya, bahwa dalam setiap tantangan, kita harus mampu mengandalkan Tuhan. Dia menekankan bahwa kebersamaan dengan Tuhan, terlebih lagi dalam keluarga adalah sumber kekuatan.
“Saat kita mengundang Tuhan dalam keluarga, Dia akan membimbing kita untuk saling mengasihi dan mengampuni,” katanya, (07/03/2025).
“Mengundang Tuhan” menurutnya berarti memberikan ruang dalam hati kita untuk cinta yang lebih besar yang melampaui ego pribadi.
“Berdoalah, bukan hanya untuk meminta, tetapi untuk bersyukur dan mendengarkan Tuhan,” tambah Pater Kees OFM, mengajak umat untuk memperdalam kehidupan doa mereka.
Doa yang sering kali dianggap sebagai ritual, seharusnya menjadi penghubung yang membawa kita semakin dekat dengan Sang Pencipta.
Pater Kees menekankan bahwa dalam masa Prapaskah ini, kita perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk berdoa, baik sendirian maupun bersama keluarga.
Selain itu, membaca Alkitab juga menjadi sarana penting untuk mendalami kehendak Tuhan. Firman Tuhan adalah cahaya yang menerangi jalan hidup kita.
“Hidup ini penuh dengan kebingungan, namun firman Tuhan adalah kompas yang akan memandu kita menuju tujuan yang benar,” ujarnya, (07/03/2025).
Berbagi dan Mengorbankan Diri
Prapaskah juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan berkorban.
“Kadang kita terjebak dalam dunia yang penuh dengan keinginan pribadi, tetapi kita lupa akan penderitaan orang lain di sekitar kita,” kata Pater Kees (07/03/2025).
Dalam masa Prapaskah ini, Pater mengajak umat untuk lebih peka terhadap kesulitan orang lain. Menurutnya, berbagi bukan hanya soal materi, tetapi tentang mempersembahkan waktu, perhatian, dan cinta kepada mereka yang membutuhkan.
Pater Kees OFM mengingatkan bahwa pengorbanan bukanlah hal yang mudah.
Namun, melalui pengorbanan, kita bisa memahami rasa yang sama yang dialami oleh mereka yang hidup dalam kekurangan.
“Jadikan masa Prapaskah ini sebagai waktu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, terutama mereka yang hidup dalam kesederhanaan,” tambahnya, (07/03/2025).
Di penghujung homili, Pater Kees OFM menegaskan bahwa perjalanan spiritual adalah tentang membuka hati.
Hati yang keras seperti batu, katanya, hanya akan menghalangi kita untuk merasakan kehadiran Tuhan.
“Cobalah untuk melepaskan segala bentuk kebanggaan diri dan ego, agar hati kita bisa lebih lembut, lebih siap menerima kasih Tuhan,” tambahnya (07/03/2025).
Pater Kees juga menyarankan untuk berdoa bersama keluarga, saling menguatkan dalam iman. Dia mengatakan bahwa betapa indahnya jika dalam masa Prapaskah umat bisa berdoa bersama sebagai keluarga, mengingatkan satu sama lain untuk selalu hadirkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Menyambut Paskah dengan Hati yang Baru
Pada akhirnya, Pater Kees OFM mengingatkan bahwa Prapaskah adalah waktu untuk dimurnikan. “Lewat tantangan dan perjuangan, Tuhan akan memurnikan hati kita. Semoga melalui masa ini, kita semakin dekat dengan Tuhan dan semakin menjadi pribadi yang lebih baik,” tutupnya dengan penuh keyakinan.
Misa jumat pertama pada 07 Maret 2025 di kelompok Societas Sancta Clara dengan jelas mau mengatakan bahwa hidup bukan hanya soal bernafas, tetapi tentang bagaimana manusia menghadirkan Tuhan dalam setiap langkah.
Dalam setiap doa, dalam setiap berbagi, dalam setiap pengorbanan, umat dipanggil untuk menjadi lebih dekat dengan Sang Kemilik Kehidupan. Seperti debu yang kembali ke tanah, hidup manusia juga akan kembali kepada Sang Pencipta, namun semoga di akhir perjalanan itu, manusia menemukan bahwa mereka telah menjadi pribadi yang lebih penuh cinta dan lebih hidup dalam Tuhan. (S |Societas Sancta Clara).