Home BERITA TERKINI Pendidiikan Humanis Sekolah Eksperimental Mangunan

Pendidiikan Humanis Sekolah Eksperimental Mangunan

0
Suasana belajar di Sekolah Manguna Yogyakarta. IST

JAKARTA, Pena Katolik –Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) memberikan Penghargaan Prestasi Pancasila 2021 kepada Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Yayasan ini merupakan salah satu karya dari Keuskupan Agung Semarang yang menaungu Sekolah Eksperimental Mangunan. Sekolah Eksperimental Mangunan adalah sekolah yang awalnya dirintis oleh Romo Y.B. Mangunwijaya.

Direktur Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, Romo Blasius Ediwiyanto mengucapkan terima kasih atas anugerah ini. Ia berharap, agar apa yang ia dan yayasannya kerjakan sungguh dapat menginspirasi terlebih dapat mengembangkan Indonesia. Ia menilai, bahw nilai-nilai Pancasila merupakan penegasan nilai budaya bangsa Indonesia. Salah satu penegasannya adalah dengan belajar terus menerus mencari dan berkreasi menemukan inovasi.

“Selamat menginspirasi dan berbagi,” pungkasnya.

Yayasan Dinamika Edukasi Dasar mendapat penghargaan untuk kategori sains dan inovasi. Hal ini tak lepas dari kiprah Sekolah Eksperimental Mangunan. Di sekolah yang terdiri dari jenjang TK, SD, dan SMP ini, anak-anak belajar dengan “Kurikulum Mangunan”. Kurikulum ini menjadi khas Sekolah Eksperimental Mangunan yang berbeda dengan sekolah umum. Meski begitu, sekolah ini tetap megadopsi beberapa bagian dalam Kurikulum Nasional.

Timur Jogja

Sekolah Eksperimental Mangunan terletak di sisi timur Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Dusun Cupuwatu, Kelurahan Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini dibangun oleh Almarhum Romo Mangunwijaya, seorang rohaniwan, arsitek, dan budayawan pada tahun 1990-an karena kegelisahannya terhadap kurikulum 1994. Menurut Romo Mangun, kurikulum ini menyeragamkan dan dehumanis. Untuk itu, di Sekolah Eksperimental Mangunan, Romo Mangun membangun kurikulum yang humanis, belajar sejati, dan merdeka. Ia membangun dan memfasilitasi anak didik menjadi dirinya sendiri dan merdeka.

Sekolah Eksperimental Mangunan menerapkan pembelajaran yang sederhana karena didasarkan pada hal yang sangat sederhana. Kesadaran baru yang mencerdaskan, adil, dan makmur dengan mengakomodasi anak-anak kaum miskin untuk bisa sekolah. Menurut Romo Mangun manusia adalah makhluk yang berakal budi, animale rationale. Artinya, manusia mampu berpikir, menentukan pilihan dan mengambil tindakan berdasarkan pilihannya.

Manusia adalah makhluk merdeka. Dia mempunyai tanggung jawab atas apa yang dipilih dan diperbuatnya. Secara kodrat, pada diri manusia sudah tertanam bakat-bakat atau potensi-potensi yang diberikan oleh Tuhan padanya.

Di antara potensi-potensi tersebut ialah potensi ingin selalu tahu, ingin bertanya, ingin mengeksplorasi, ingin maju, ingin mekar dan ingin mencapai kepenuhan diri. Dalam hal ini, dia mengikuti pemikiran filsuf klasik Yunani Socrates dan juga tokoh psikologi perkembangan anak Swiss, Jean Piaget.

Siswa SMP Mangunan sedang mengerjakan pekerjaan tangan

Kurikulum Mangunan

Salah satu ciri dari Sekolah Eksperimental Mangunan adalah tiadanya pelajaran agama. Mata pelajaran ini diganti dengan komunikasi iman. Setiap anak pada dasarnya telah berbakat religius. Untuk berkembang dalam iman, anak dibantu dengan pemekaran sikap dasar dari dalam diri berupa hati nurani dan niat serta tekad untuk berbuat, khususnya cinta kasih.

Di Sekolah Eksperimental Mangunan, komunikasi iman tidak lagi berupa pengajaran, penataran, dan hapalan tentang agama. Di kelas, siswa diajak untuk berdialog, komunikasi, interaksi dan terutama perbuatan antar iman. Dengan car aini, anak menjadi paham agama dan pengamalannya.

Cara ini diyakini lebih baik dalam menumbuhkan sikap religius anak agar anak memiliki sikap dasar yang tepat, hati nurani yang peka terhadap yang baik dan menolak hal buruk. Dengan hal ini pula, anak didik diharapkan mampu menghormati perbedaan dan keberagaman.

Bagi Romo Mangun, seseorang bisa menjadi religius jika seluruh aktivitasnya disandarkan secara sungguh pada pengabdian pada ketuhanan, kemanusiaan dan keseimbangan alam. Dan bagi beliau, pengajaran agama tetap perlu dilaksanakan. Namun, tempatnya adalah di dalam keluarga, masjid, gereja, dan tempat ibadah lainnya, bukan di sekolah. Sekolah harus bersifat dan bersikap inklusif, terbuka bagi murid dari berbagai agama.

Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko saat berada di Sekolah Eksperimental Mangunan

Bahasa Penting

Pelajaran penting pertama di sekolah ini adalah bahasa dan urutan nomor dua adalah matematika. Kedua pelajaran ini dikorelasikan oleh Romo Mangun dengan mengedepankan pengembangan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi.

Untuk semua jenjang, siswa di sekolah ini juga tidak memiliki seragam. Siswa bebas ke sekolah dengan pakaian yang ada namun tetap sopan. Sehingga, setiap hari anak-anak ke sekolah dengan pakaian yang mereka kenakan sehari-hari.

Heri, Salah satu orang tua siswa menceritakan, ia memiliki anak yang istimewa dari kemampuan sosialnya. Sebelumnya, sang anak dimasukkan di sekolah umum, namun, sang buah hati justru tidak berkembang dari sisi sosial dan intelektual. Atas saran dari seorang sahabat, ia lalu memasukkan anaknya ke Sekolah Eksperimental Mangunan.

“Anak saya senang melukis, di Sekolah Eksperimental Mangunan dia diminta gurunya untuk membantu mengecat di salah satu bagian sekolah.”

Namun, Heri melihat dengan kegiatan mengecat ini, anaknya justru berkembang dari sisi kreatifitasnya. Ia melihat, Sekolah Eksperimental Mangunan justru mampu menjadi tempat di mana anaknya mengaktualisasi diri.

Kini setelah sekian lama berjalan, BPIP menganugerahi Sekolah Eksperimental Mangunan sebagai salah satu Ikon Pancasila. Hal ini menjadi bukti bahwa ide Romo Mangun untuk membuat sekolah ini diakui sebagai salah satu model pendidikan yang mengedepankan sisi humanis dan berdasar nilai Pancasila. (Antonius E. Sugiyanto)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version