Home BERITA TERKINI Di Belgia, Paus Fransiskus Memberikan Peringatan Keras atas Skandal Pelecehan yang Ditutup-Tutupi

Di Belgia, Paus Fransiskus Memberikan Peringatan Keras atas Skandal Pelecehan yang Ditutup-Tutupi

0

BRUSSEL, Pena Katolik – Paus Fransiskus dalam sebuah Misa di stadion nasional Belgia di Brussels pada hari Minggu, 29 September 2924, ia memberikan peringatan keras kepada umat Katolik tentang dosa dan skandal. Ia juga mendesak para uskup Belgia untuk mengungkap kejahatan pelecehan dan tidak menutup-nutupinya.

“Biarlah pelaku pelecehan diadili baik seorang awam perempuan, awam laki-laki, imam, atau uskup, biarlah dia diadili,” kata Paus dalam homilinya pada tanggal 29 September.

Dalam pesannya di hadapan sekitar 40.000 orang di Stadion King Baudouin di Brussels, stadion sepak bola terbesar di Belgia, Paus Fransiskus mengutip dari Injil Markus: “Jikalau seorang di antara kamu meletakkan batu sandungan di hadapan salah seorang dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (Mrk 9:42).

“Dengan kata-kata ini, yang ditujukan kepada para murid, Yesus memperingatkan tentang bahaya skandal, yaitu menghalangi jalan ‘anak-anak kecil’,” kata.

Paus melanjutkan, “Ini adalah peringatan keras, peringatan keras.”

Penurunan Kepercayaan

Gereja Katolik di Belgia menghadapi penurunan kepercayaan publik yang signifikan. Hanya 50% warga Belgia yang mengaku beragama Katolik pada tahun 2022. Jumlah ini turun 16% dari satu dekade sebelumnya. Hanya sebanyak 8,9% umat Katolik yang menghadiri Misa setidaknya sebulan sekali. Statistik Vatikan terkini memperkirakan hanya ada lebih dari 8 juta umat Katolik di negara itu pada akhir tahun 2022.

Selama Misa pada hari yang dingin dan sebagian berawan di negara kecil Eropa Barat itu, Paus Fransiskus juga membeatifikasi Suster Ana de Jesús, seorang Karmelit, putri rohani St. Teresa dari Ávila dan seorang sahabat St. Yohanes dari Salib. Terlahir dengan nama Ana de Lobera y Torres, biarawati itu membantu memperluas Karmelit Tak Berkasut ke Prancis dan Belgia pada pergantian abad ke-17.

Dalam homilinya, Paus memuji wanita yang baru ditahbiskan itu sebagai salah satu contoh Gereja tentang “‘gaya kekudusan feminin,’ lembut tetapi kuat, yang terbuat dari keterbukaan, persekutuan, dan kesaksian.”

“Di Gereja pada masanya, wanita ini merupakan salah satu tokoh utama gerakan reformasi yang hebat. Pada masa yang ditandai oleh skandal-skandal yang menyakitkan, di dalam dan di luar komunitas Kristen, ia dan para sahabatnya membawa banyak orang kembali kepada iman melalui kehidupan sederhana mereka dalam kemiskinan, doa, kerja, dan amal.”

Misa beatifikasi adalah perhentian terakhir Paus Fransiskus di akhir hampir tiga hari di Belgia, sebuah monarki konstitusional, di mana ia berbicara dengan para imam dan religius Katolik. Ia juga bertemu dengan sekitar 300 pejabat tinggi, termasuk Raja Philippe dan Ratu Mathilde serta Perdana Menteri Alexander De Croo. Ia mengadakan pertemuan dengan para dosen dan mahasiswa di dua Universitas Katolik di negara itu.

Paus Fransiskus berdoa di makam raja Belgia yang memilih turun takhta daripada menandatangani undang-undang aborsi. 28 September 2024. Vatican Media

Percepatan Beatifikasi

Paus berdoa di depan makam Raja Belgia Baudouin, seorang Katolik yang turun takhta untuk sementara waktu, daripada menandatangani undang-undang yang melegalkan aborsi pada tahun 1990. Ia juga menghabiskan lebih dari dua jam dalam percakapan pribadi dengan 17 korban pelecehan seksual oleh para imam pada malam tanggal 27 September.

Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa setelah kembali ke Roma, ia akan mempercepat proses beatifikasi Raja Baudouin. Raja itu memerintah tahun 1951 hingga kematiannya pada tahun 1993.

“Semoga teladannya sebagai seorang yang beriman mencerahkan para penguasa,” kata Fransiskus.

Paus Fransiskus mengunjungi makam raja itu di ruang bawah tanah Basilika Hati Kudus di Brussels pada tanggal 28 September 2024. Paus Fransiskus memuji keberanian Raja Baudouin karena memilih untuk “meninggalkan jabatannya sebagai raja agar tidak menandatangani undang-undang yang mematikan” yang melegalkan aborsi. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version