Home BEASISWA Kekakuan Otot Kaki, Dosen San Agustin Bagikan Tipsnya

Kekakuan Otot Kaki, Dosen San Agustin Bagikan Tipsnya

0

LANDAK, Pena Katolik | Jumat 02 Agustus 2024 – Keseimbangan tubuh mempengaruhi kekuatan kaki untuk menopang.

Setiap orang memiliki kemampuan beradaptasi masing-masing untuk menyesuaikan gerakan tumpuan kaki.

Melewati jalan setapak, permukaan licin bahkan bebatuan dengan kerikil tajam.

Aliran saraf sensorik dari permukaan kaki dapat merespon segala kondisi yang akan selalu dihadapi dalam setiap gerakan berjalan atau berlari.

Kemampuan ini dapat dirasakan sejak manusia memulai awal perkenalan langkah pertama berjalan.

Namun, dibutuhkan kesabaran dan usaha melebihi saat ini dalam menyempurnakan langkah berjalan atau berlari.

Terkadang dengan sudut pandang yang berbeda, kaki hanya bagian bawah dan akan sulit dilihat oleh kedua mata, hanya koreksi kepada orang lain yang dapat mengingatkan bagaimana seseorang berjalan, menopang kedua kaki atau hanya satu kaki yang dapat berfungsi dengan baik.

Pernahkah terpikir sejenak betapa bermanfaatnya kaki untuk bekerja keras seperti seorang tukang bangunan.

Sudah berapa ratus bahkan ribuan langkah yang dilalui padahal ukuran bangunannya kecil dengan arah maju mundur.

Berapa lama kaki dipaksa untuk berdiri. Selain itu, mengaduk semen dengan tumpuan kaki yang kokoh dengan campuran pasir dan batu, mendorong gerobak artco dalam muatan, berjongkok dengan kedua kaki ditekuk, hal ini sangat mempengaruhi kemampuan kaki untuk beradaptasi.

Nyeri

Sebelum pasien menceritakan pekerjaannya, anggapan di atas sudah menjadi sebuah simpulan dari setiap aktivitas yang dilakukan setiap hari.

Suatu keharusan untuk menunjang kebutuhan keluarga dengan tiga orang anak, senantiasa berdoa agar diberikan kesehatan agar dimudahkan dalam bekerja.

Kapasitas setiap otot berbeda-beda, apalagi penggunaan yang berlebihan, pasti akan mengalami masalah ketegangan hingga kekakuan.

Pasien merasakan nyeri pada pinggang saat berjalan agak miring ke kanan, kemungkinan karena terlalu banyak menopang gerakan.

Penanganan masalah ini harus dalam posisi tengkurap untuk memastikan ketegangan yang terjadi.

Kasus ini sebenarnya dari masalah kekakuan otot pada paha bagian belakang, samping, dan depan. Seperti juga yang ditemukan pada kasus kedua pada pasien yang tidak bisa jongkok.

Mungkin dengan rutinitas kerjanya yang kebanyakan duduk dan berdiri. Ceritanya memang susah melakuakan BAB hanya khusus menggunakan kloset duduk.

Kedua pasien tersebut sangat sulit untuk memastikan jaminan pijat pada pasien yang kedua, dengan asumsi tukang pijat hanya menyiksa seakan-akan menyakiti, namun beberapa kali pengulangan pijatan hasilnya menjadi percaya diri, dan sampai sekarang menikmati perubahan yang terjadi juga seperti pada pasien yang pertama.

Pengalaman dari kedua kasus dalam penanganan masalah pinggang ini sebenarnya pada titik tumpuan utama pada kaki.

Keseimbangan dalam bergerak membutuhkan kaki yang kuat untuk menopang.

Namun, otot kaki secara alamiah melakukan tugasnya untuk berkontraksi dan menegangkan fokus pada gerakan.

Kekhawatiran tidak kembalinya relaksasi menyebabkan kekakuan otot di sekitar, karena sangat umum tidak diketahui dan dianggap tidak masalah, hal ini justru mempengaruhi otot untuk terus menjalar ke bagian atas, terutama pinggang. (Sam – berdasarkan tulisan Jayadi Dosen PJKR San Agustin)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version