VATIKAN, Pena Katolik – Paus Benediktus XVI bukanlah satu-satunya yang pernah berpikir untuk pensiun dan meninggalkan takhta kepausan. Tercatat, masih ada beberapa Paus yang sempat menulis surat pengunduran diri, meski mereka akhirnya memilih untuk menjalankan tugas perutusannya menjadi Paus hingga wafat.
Tiga belas tahun sebelum kematiannya, Beato Paulus VI telah menulis surat kepada dekan Kolese Kardinal. Saa itu, ia mengatakan bahwa jika dia sakit parah atau terhalang untuk menjalankan pelayanannya, dekan dan kardinal tinggi lainnya di Roma harus menerima pengunduran dirinya.
Surat Beato Paulus VI ini telah lama dikabarkan ada. Pada tahun 2017, Kardinal Giovanni Battista Re, Wakil Dekan Kolegium Kardinal pernah menegaskan, bahwa Paus Paulus VI telah menulis surat semacam itu. Namun, surat ini tidak dipublikasikan sampai terbitnya buku karya Mgr. Leonardo Sapienza.
Surat itu tertanggal 2 Mei 1965 dan ditujukan kepada Dekan Kolegium Kardinal saat itu, Kardinal Eugene Tisserant. Mgr. Sapienza juga menerbitkan sebuah catatan dari Beato Paulus VI kepada Kardinal Italia Amleto Cicognani, yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri. Paulus VI menginformasikan kepadanya tentang surat itu dan memberinya izin untuk membacanya.
Beato Paulus VI menulis tentang kesadaran akan tanggung jawab kita di hadapan Allah dan dengan hati yang penuh hormat dan cinta kasih, yang menyatukan kita dengan Gereja Katolik yang kudus, dan tidak mengabaikan misi evangelis kita ke dunia.
“Dalam hal kelemahan, yang diyakini tidak dapat disembuhkan atau berlangsung lama, dan yang menghalangi dari kemampuian untuk cukup dapat melaksanakan fungsi pelayanan kerasulan; atau dalam hal hambatan serius dan berkepanjangan lainnya,” tulis Beato Paulus VI. Dalam kondisi inim ia akan meninggalkan jabatan “baik sebagai uskup Roma maupun sebagai kepala Gereja Katolik.
Dalam surat itu, Beato Paulus VI secara resmi memberikan wewenang kepada dekan Dewan Kardinal untuk bertindak bersama-sama dengan, paling tidak, para kardinal yang mengepalai kantor Kuria Roma dan kardinal vikaris untuk Keuskupan Roma untuk menerima dan memberlakukan pengunduran dirinya demi kebaikan gereja.
Hukum Gereja menyatakan bahwa seorang paus dapat mengundurkan diri, tetapi menetapkan bahwa pengunduran diri kepausan harus “diwujudkan secara bebas dan benar. Dalam hal ini, situasi yang terjadi pada Paus Benediktus XVI berbeda.
Pada pertemuan para kardinal tahun 2013, dengan khidmat dan dalam bahasa Latin, Paus Benediktus berkata: “Sadar akan keseriusan tindakan ini, dengan kebebasan penuh saya menyatakan bahwa saya meninggalkan pelayanan uskup Roma, penerus Santo Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh para kardinal pada 19 April 2005, sedemikian rupa, sehingga mulai 28 Februari 2013, pukul 20:00, takhta Roma, tahta St. Peter, akan kosong dan konklaf untuk memilih pemimpin baru Paus harus dipanggil oleh mereka yang memiliki kepampuan itu.”
Pius XII
Pada tahun 1940-an, Paus Pius XII menulis surat pengunduran diri yang akan segera berlaku jika Adolf Hitler menangkapnya, menurut laporan 28 Januari 1988. Paus Pius XII berencana mengundurkan diri untuk menghindari krisis kepemimpinan Gereja jika Adolf Hitler membuat rencana untuk menangkap Paus dan mengeluarkannya dari Vatikan.
“Jika dia ditangkap dan dibawa ke luar tembok Roma, dia akan segera dianggap telah menyerahkan takhta St Petrus,” kata Kardinal Pietro Palazzini.
Kardinal Palazzini mengatakan, Paus Pius XII meninggalkan pengunduran diri tertulis dengan seorang pejabat awam Vatikan. Kardinal Palazzini mengatakan paus mengetahui rencana Hitler untuk menangkapnya. Dia mengatakan Paus takut menempatkan Gereja dalam krisis yang serupa dengan yang terjadi pada akhir abad ke-18, ketika Paus Pius VI ditangkap oleh pasukan Prancis dan Gereja harus menunggu kematiannya di pengasingan sebelum memulihkan pemerintahan Gereja.
Kardinal Palazzini mengomentari rencana kepausan dalam sebuah wawancara di majalah Italia edisi Februari, Trenta Giorni (30 Hari). Kardinal Palazzini adalah mantan adalah Prefek Kongregasi untuk Penggelaran Kudus. Selama Perang Dunia II, Puis XII membantu para pengungsi politik dan menyamarkan mereka sebagai pejabat di seminari utama Roma.
Sepak terjang Paus Pius XII selama Perang Dunia II telah lama menjadi subyek kontroversi. Beberapa komentator mengatakan Paus bisa saja berbicara menentang penganiayaan Nazi terhadap orang Yahudi, tetapi memilih untuk tetap diam. Namun, ia membantu banyak orang Yahudi untuk menyelamatkan diri dari kejaran Nazi.
Paus secara diam-diam melakukan apa yang dia bisa untuk membantu orang Yahudi. Di awal perang, Paus menyampaikan pesan ke Inggris dari sekelompok jenderal Jerman yang berusaha untuk menggulingkan Hitler.
Kunci dari kebungkaman publik Paus Pius tentang kekejaman Nazi adalah kampanye Hitler untuk menghancurkan Gereja Katolik Jerman. Paus khawatir kritik publik akan mempercepat upaya itu.
Yohanes Paulus II
Selain kedua Paus itu, St Yohanes Paulus II juga telah lama dikabarkan telah menulis surat yang mirip dengan surat Beato Paulus VI. Pada tahun 2010, Mgr. Slawomir Oder, Koordinator Penyelidikan Kesucian Paus Polandia itu, merilis sebuah buku untuk pertama kalinya yang memuat surat-surat yang disiapkan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989 hingga tahun 1994. Dalam surat itu, Paus Yohanes Paulus II menawarkan kepada Kolese Kardinal pengunduran dirinya dalam kasus penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau kondisi lain yang akan mencegahnya dari memenuhi pelayanannya.
Mengomentari surat Paus Paulus VI, Paus Fransiskus berkata, “Kita harus berterima kasih kepada Tuhan. Ia satu-satunya yang membimbing dan menyelamatkan Gereja, karena telah mengizinkan Paulus VI untuk melanjutkan sampai hari terakhir hidupnya untuk menjadi Bapa, Pendeta, Tuhan, Saudara, dan Teman.”
Teks surat Beato Paulus VI dan komentar singkat Paus Fransiskus dimasukkan dalam sebuah buku berjudul The Barque of Paul karya Leonardo Sapienza. Paus Fransiskus mengatakan, surat itu membuatnya “kagum” atas “kesaksian rendah hati dan kenabian Paulus VI.
“Menghadapi misi luar biasa yang dipercayakan kepadanya, dalam menghadapi protes dan masyarakat yang mengalami perubahan yang sangat berat, Paulus VI tidak menarik diri dari tanggung jawabnya. Yang penting baginya adalah kebutuhan gereja dan dunia. Seorang paus yang terhalang oleh penyakit serius tidak dapat menjalankan pelayanan kerasulan dengan cukup efektif,” tulis Paus Fransiskus.