DILI, Pena Katolik – Kardinal asal Timor Leste, Kardinal Virgilio do Carmo mengatakan, kunjungan Paus Fransiskus ke negaranya, merupakan kesempatan untuk mengirimkan pesan perdamaian dan rekonsiliasi setelah kemerdekaan mereka. Uskup Agung Dili itu mengatakan, dengan penuh kegembiraan, umat Katolik di Timor Leste menyambut baik kunjungan kepausan ke negara itu pada akhir tahun ini.
“Masyarakat sudah lama menunggu dan terakhir berkunjung 35 tahun lalu,” ujarnya.
Awal bulan ini, Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan melakukan lawatan ke Asia dan Oseania pada akhir tahun ini.. Paus akan mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor-Leste, dan Singapura pada tanggal 2-13 September, menjadikannya perjalanan luar negeri terlama dalam masa kepausannya, demikian seperti dilaporkan Crux.
Paus Fransiskus dijadwalkan akan ada di Jakarta September. 3-6 sebelum melakukan perjalanan ke Port Moresby dan Vanimo mulai September. 6-9, Dili dari September. 9-11, dan Singapura mulai September. 11-13.
Kardinal da Silva mencatat bahwa kunjungan kepausan terakhir ke Timor Timur, ketika Paus Yohanes Paulus II datang pada tahun 1989, terjadi ketika Timor Timur masih berada di bawah pendudukan Indonesia.
“Situasi politik sangat sulit, namun Yang Mulia Paus Yohanes Paulus II bisa berkunjung,” katanya.
Kardinal da Silva menyebut Yohanes Paulus II sebagai suara seorang nabi. Paus Yohanes Pulus II mengatakan bahwa perjalanan tersebut menghimbau umat beriman untuk menjadi garam dunia dan terang dunia.
“Pesan ini tersimpan dalam hati dan pikiran banyak orang Timor dan hingga saat ini masih bergema di telinga Rakyat Timor,” katanya.
Kunjungan Paus Fransiskus tahun ini akan berbeda, katanya, pertama-tama karena Timor Timur, negara mayoritas beragama Katolik, kini menjadi negara merdeka, setelah secara resmi merdeka dari Indonesia pada tahun 2002.
“Sebagai salah satu negara baru di milenium baru, dan juga fakta bahwa mayoritas penduduknya beragama Katolik, kami sudah lama mendambakan Paus karena kehadiran pemimpin Gereja Katolik di Timor Timur ini merupakan suatu berkah, momen yang membahagiakan. persatuan, momen cinta dan harapan,” kata Kardinal da Silva.
Ia menyuarakan harapannya bahwa kehadiran Paus akan membantu mengkonsolidasikan upaya rekonsiliasi dan mendorong masyarakat untuk hidup dalam harmoni satu sama lain serta dengan alam.
“Timor Timur dan Indonesia, lebih dari dua dekade setelah kemerdekaan, telah berupaya untuk mengangkat tema rekonsiliasi, topik rekonsiliasi perlu ditingkatkan dan harus dipromosikan di negara-negara lain yang menghadapi situasi serupa,” kata Kardinal da Silva.
Sebelumnya, meski tidak pernah diumumkan secara resmi, Paus Fransiskus diperkirakan akan mengunjungi Timor Timur, Indonesia, dan Papua Nugini pada tahun 2020, namun perjalanan tersebut ditunda karena merebaknya pandemi COVID-19 dan belum dijadwalkan ulang.
Fakta bahwa Paus Fransiskus berkunjung sekarang, ditambah kunjungannya ke Singapura, menunjukkan betapa prioritas Asia dan Oseania bagi Paus Fransiskus, yang telah mengunjungi Asia berkali-kali dalam 11 tahun masa kepausannya. Paus sering berbicara mengenai isu-isu yang relevan dengan Oseania, seperti terkait tema perubahan iklim.
Kardinal da Silva, yang diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus pada tahun 2022. Ia berbicara status hubungan antaragama antara Indonesia dan Timor Leste. Ia menyatakan, bahwa meskipun satu negara mayoritas beragama Katolik dan satu lagi mayoritas Muslim, ada toleransi beragama yang sangat baik.
“Saya pikir toleransi adalah salah satu topik yang juga perlu dipromosikan selama kunjungan Paus,” katanya. (AES)