33.3 C
Jakarta
Saturday, May 4, 2024

Keterbatasan untuk Semakin Bertumbuh

BERITA LAIN

More
    Kebersamaan Keluarga Dominikan dari Indonesia dan VIetnam. Dok. PDAI

    “Refleksi hari kedua kunjungan Dominikan Awam Indonesia ke Vietnam”

    Di hari kedua, jam menunjukkan pukul tujuh pagi, ketika kami sudah sarapan di restoran hotel Ramana. Bunga, pemimpin tur kami juga sudah ada di hotel, dan mengisyaratkan agar pukul 8, kami harus sudah bersiap. Kami menuju the Three Bells Church, Gereja Dominikan di Ho Chi Minh City yang jaraknya amat dekat dari hotel Ramana.

    Sesuai permintaan Father Nguyen Vinh, OP, beberapa pengurus Dewan Persaudaraan Dominikan Awam Vietnam sudah siap menyambut kami. Mereka juga sudah menyiapkan bis besar yang dapat mengangkut kami semua bersama. Kami diajak ke suatu tempat yang lumayan jauh yaitu: panti wreda yang dimiliki para Dominikan Awam Vietnam, sebagai salah satu bentuk kegiatan kerasulan nyata mereka.

    Satu Semangat

    Dari suasana semula yang canggung, berangsur mencair ketika Father Nguyen Vinh, OP, yang fasih berbahasa Inggris, mulai menceritakan bagaimana perjalanan Dominikan di Vietnam, juga perkembangan agama Katolik di Vietnam yang komunis. Sungguh suatu kisah nyata yang menyentuh hati kami.

    Dalam hati saya bertanya, bagaimana mereka bertahan, bahkan berkembang amat sangat pesat, walaupun nyawalah taruhannya. Ternyata, semakin sulit rintangan yang kita hadapi, semakin nyata pula Karya Tuhan menyertai kita.

    Perkenalan setiap anggota Dominikan yang ikut ini dilanjutkan dengan sambutan-sambutan perkenalan yang disampaikan bergantian. Rangkaian keakraban in diawali oleh Presiden Persaudaraan Dominikan Awam Vietnam, Joseph Gioakim Nguyen Hong, OP dan Romo Joseph Mai Van Diep, OP (Promotor Dominikan Awam Vietnam). Sedangkan dari Dominikan Awam Indonesia, diwakili Theo Atmadi, OP (Koordinator Asia Pasifik), Sr Lusia Kusrini, OP (Assisten Religius PDAI), Romo Andreas Kurniawan, OP (Promotor PDAI), dan Gwenny Surya, OP (Presiden PDAI).

    Suasana semakin akrab, setiap orang merasakan Sukacita luar biasa atas sambutan serta keramahan para saudara-saudari Awam Dominikan di Vietnam. Mungkin inilah yang disebut persaudaraan dalam Ordo Pewarta yang tidak mengenal negara. Kami disatukan oleh iman kepada Allah Tritunggal, dan juga satu semangat Santo Dominikus.

    Tibalah kami di panti wreda, ternyata tempatnya cukup besar dan dihuni para oma yang sudah berusia lanjut. Beberapa dari mereka sudah menggunakan kursi roda. Kami disambut oleh pengelola, yaitu awam dan suster OP. Acara minum teh bersama. Kemudian acara berlanjut ke aula di tempat tersebut, di mana para oma-oma sudah menanti kami.

    Father Vinh mulai menghibur dengan bernyanyi dan menari bersama, sehingga kami juga ikut bergoyang. Ada oma yang ditanya usianya, ternyata beliau sudah berumur 97 tahun. Kami juga menyanyikan lagu gembira disertai gerakan, menyemangati mereka dalam suasana penuh kasih dan sukacita dalam kebersamaan.

    Tiada Menjadi Ada

    Dalam mengelola panti ini, para awam dibantu para Suster Dominikan, yang merawat para lansia. Di sana juga ada kapel terbuka untuk menyelenggarakan Misa, karena penduduk disana yang awalnya tiada yang beragama katolik, dengan berjalannya waktu, tergerak menjadi Katolik. Hal ini karena mereka melihat karya pelayanan para Awam Vietnam itu.

    Father Vinh menceritakan saat ia merayakan Misa Perdana tahbisannya tahun 2004 di tempat ini sebagai wujud syukur. Sekarang ini, Misa Minggu di tempat ini dilaksanakan dua kali, dan dihadiri sekitar 2000 umat setiap misa. Dari tiada umat Katolik ditempat ini, sekarang sudah ada lebih dari 5000 umat.

    Sebelum mengucapkan salam perpisahan, ibu Lisa, OP menyempatkan ngobrol dengan salah seorang oma sambil mencium pipinya dengan tulus.

    “Aku seperti melihat sosok omaku di dalam diri setiap oma yang hadir di sini,” kata Lisa dengan sedikit brebes mili.

    Di akhir kunjungan itu, semua saling berjabat tangan penuh kehangatan dan Kasih. Suasana itu seperti kata St. Theresa Kolkata, “Pertama, jika kamu berusaha merubah dunia, pulanglah dan cintailah sanak saudaramu. Kedua, lakukanlah hal yang sederhana dengan Cinta Kasih yang besar.”

    Karena dibatasi pemerintah, Panti Wreda ini hanya diperbolehkan menampung 20 orang. Walaupun tempat serta fasilitas masih memungkinkan, mereka tidak dapat merawat lebih banyak lansia lagi di sana.

    Dari panti wreda ini, kami ke Three Bells Church, untuk makan siang, sebelum ke Bien Hoa, tempat diselenggarakannya Kapitel Jendral Ordo Pewarta, di mana terpilih Master Jendral baru, Romo Gerald Fransisco Timoner Jr. OP sebagai Master Jendral pertama dari Asia, pada juli 2019. Di tempat ini, kami akan disambut oleh banyak Anggota Dominikan Awam, jumlahnya ratusan.

    Kagum Akan Karya

    Di Bien Hoa, acara dimulai dengan Ibadat. Meskipun kami tidak mengerti bahasa mereka tapi kami tetap khusyuk mengikuti irama mereka. Karena bahasa bukan kendala buat kami Dominikan untuk persaudaraan.

    Sambutan dari awam Vietnam menyatakan sangat bersyukur karena dapat kunjungan dari Dominikan Indonesia, sementara dari Indonesia yang diwakili oleh Romo Andrei, Sr. Lucia, Ibu Gwenny dan Pak Theo. Dominikan Awam Indonesia menyatakan kekaguman dengan jumlah umat dan karya-karya Dominikan awam di Vietnam. Romo Andrei mengatakan bahwa Dominikan awam Vietnam akan dijadikan contoh untuk PDAI selanjutnya.

    Setelah dari Gereja, kami menuju ke makam para Imam Dominikan di sebelah Gereja. Salah satu makam yang kami kunjungi adalah seorang Imam Dominikan asal Vietnam yang dua tahun lalu meninggal karena sebuah serangan oleh seseorang di gereja tempat ia bertugas.

    Ada suatu pemandangan menarik yang saya perhatikan di area sebelah kanan Gereja dikarenakan banyaknya antrian orang seperti sedang menunggu gilirannya, saya pun beranikan diri untuk bertanya kepada Romo Vinh dan alangkah takjubnya saya dikarenakan pemandangan itu adalah pelayanan Pengakuan dosa yang dilaksanakan setiap hari.

    Menurut pengakuan Father Vinh, jumlah imam yang berjumlah sekitar 40-an pun masih sangatlah kurang untuk melayani umat 24/7 setiap harinya. Masa cuti para imam di sana pun kebanyakan untuk saling membantu pelayanan di lain tempat. Kursi-kursi untuk Misa pun sampai ke halaman luar (areanya sangatlah luas). Father Vinh menyarankan agar kami belanja di toko rohani di situ. Keuntungan dari toko rohani itu untuk memenuhi kebutuhan operasional pelayanan di sana.

    Bunda Maria di Setiap Rumah

    Belum juga takjub kami hilang di dalam perjalanan pulang kami melihat banyak rumah yang kami lewati terdapat Patung Bunda Maria. Father Vinh menjelaskan, bahwa di daerah yang kami lewati di setiap dua blok terdapat satu paroki yang ukurannya cukup besar.

    Romo Andrei bersama Bunga ikut menjelaskan bahwa dahulu disaat komunis membabi buta terhadap umat Katolik di Vietnam. Banyak orang mengungsi ke daerah itu sehingga menjadi daerah Katolik di Vietnam.

    Sungguh suatu pemandangan yang sangat menggugah Iman kami. Father Vinh juga memberikan waktu  kepada kami untuk berbagi  pesan dan kesan dari hal apa saja yang telah kami dapatkan, atau pertanyaan tentang Dominikan di Vietnam. Ada suatu quote dari Father Vinh atas suatu pertanyaan dari kami, “Bagaimana mereka dapat bertahan atau bahkan malahan Katolik di Vietnam menjadi bertumbuh berkembang sangat pesat”. Ia mengatakan, justru karena banyaknya keterbatasan, umat Katolik di Vietnam menjadi lebih kreatif dan solid dalam menghadapi tekanan-tekanan tersebut. “Kuasa Allah akan bertambah bersama kami.” (Dicky)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI