Home BERITA TERKINI Jalan Penderitaa Menuju Keselamatan

Jalan Penderitaa Menuju Keselamatan

0
Beberapa orang memanggul salib melalui Via Dolorosa di Yerusalem. Dok. Omnes

YERUSALEM, Pena Katolik – arena masih berkecamuk perang di Gaza, pengunjung di situs-situs suci di Palestina dan Israel terlihat berkurang. Namun, pada hari Jumat Agung, para peziarah Kristen terlihat memenuhi gang-gang kuno kota itu, berdoa dan bernyanyi sambil berjalan di Via Dolorosa, ‘Jalan Penderitaan’. Rute yang ditempuh ini percaya sebagai jalur yang dilalui Yesus ketika Dia memikul salib ke bukit tempat dia disalib.

Kurt Blackwelder, seorang peziarah dari North Carolina, Amerika Serikat adalah salah satu yang ikut dalam prosesi Jalan Salib di Via Dolorosa. Ia melakukan perjalanan ke Yerusalem meskipun perang masih berkecamuk. Ia mengatakan dia “sama sekali” tidak takut.

Tiga Agama

Yerusalem adalah kota yang diperebutkan, dianggap sebagai tempat suci oleh orang Yahudi, Muslim, dan Kristen. Baik Israel maupun Palestina telah mengklaimnya sebagai ibu kota. Banyak umat Kristen di Yerusalem adalah warga Palestina. Komunitas tersebut telah mengalami peningkatan serangan yang dilakukan oleh kaum Yahudi ultra-Ortodoks, dan umat Kristen Palestina melaporkan bahwa mereka telah diludahi.

“Ketakutan terburuk kami adalah orang-orang dihalangi haknya untuk berdoa. Ketakutan terburuk kami adalah orang-orang akan disingkirkan, mereka yang ingin datang ke kota suci ini ditolak dan mereka tidak diberi izin untuk datang. Situasi saat ini ada banyak pembatasan,” kata Pastor Bernard Poggi, imam Gereja Ortodoks Yerusalem yang berasal dari Amerika Serikat.

Di Gaza, umat Kristen Palestina berjuang untuk tetap hidup. Ratusan orang berlindung di dalam gereja-gereja di Jalur Gaza, berharap mendapat perlindungan. Di Gereja Keluarga Kudus Gaza, mereka yang berlindung di dalam merayakan Minggu Palma, sambil mengucapkan pengakuan iman Katolik.

Pada tahun 1852, Sultan Ottoman Abdul Majid II mengeluarkan dekrit yang memerintahkan Gubernur Yerusalem dan dewannya, serta semua gereja, untuk tidak melakukan perubahan di tempat-tempat suci kota tersebut. Dekrit tersebut kemudian dikenal sebagai Status Quo. Sejak keputusan itu, anggota komunitas Kristen yang mempunyai hak atas Basilika Makam Suci.  

Sudah dari abad ke-13, para imam Fransiskan menjadi penjaga situs-situs suci yang menjadi lokasi peristiwa-peristiwa iman. Mereka dikenal sebagai Kustodi Tanah Suci (Latin: Custodia Terræ Sanctæ). Pada 1342, Paus Klemens VI menerbitkan dua bulla kepausan: Gratiam agimus dan Nuper charissimae. Dengan bulla ini, Paus mendeklarasikan para Fransiskan sebagai penjaga resmi Tempat Suci atas nama Gereja Katolik.

Bagian luar Kapel Simon dari Kirene di Via Dolorosa Yerusalem. Dok. Wikipedia

Jalan Penderitaan

Di antara situs-situs iman di Tanah Suci, Via Dolorosa menjadi salah satu yang paling ramai. Di sepanjang jalan ini, Yesus dipercaya menempuh jalan sengsara menuju ke Bukit Golgota, tempat ia disalibkan.

Jalur tradisional dimulai dari Gerbang Singa (Gerbang St. Stephen) di Kawasan Muslim, di Sekolah Dasar Umariya, dekat lokasi bekas Benteng Antonia. Dari sini, rutenya mengarah ke barat melalui kota tua menuju Basilika Makam Suci.

Rute ini sudah dimulai sejak abad ke-14 di mana para Fransiskan lah yang berperan dalam penetapan jalur ini. Meskipun banyak nama jalan di Yerusalem diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Ibrani, dan Arab untuk rambu-rambunya, nama yang digunakan dalam bahasa Ibrani adalah Via Dolorosa.

Beberapa perhentian menarik dalam Via Dolorosa adalah empat perjumpaan Yesus dengan Maria, Simon dari Kirene, Veronika, dan para wanita yang menangis. Di perhentian keempat, Maria mendekati Putranya selama perjalanan salib-Nya. Lokasi ini terletak di Gereja Bunda Maria Berduka Cita. Di lokasi ini, disimpan peninggalan arkeologi dari bekas bangunan Bizantium.

Pada perhentian kelima, mengacu pada kisah alkitabiah, Simon dari Kirene diminta untuk membantu memikul salib Yesus. Narasi ini termasuk dalam tiga Injil Sinoptik. Situs atau lokasi tradisional perhentian ini terletak di ujung timur bagian barat Via Dolorosa, berdekatan dengan Kapel Simon dari Kirene. Kapel ini dibangun para Fransiskan yang dibangun pada tahun 1895.

Sebelum abad ke-15, lokasi ini dianggap sebagai Rumah Orang Miskin, dan dihormati sebagai perhentian kelima. Nama itu mengacu pada kisah Lukas tentang Lazarus yang menjadi pengemis.

Kemudian perhentian keenam, dikisahkan Veronika mengusap wajah Yesus dan sebagai gantinya ia mendapat gambar wajah-Nya. Lokasi perjumpaan ini ditandai adanya Gereja Wajah Suci. Ada legenda yang mengatakan, bahwa Veronika bertemu Yesus di luar rumahnya sendiri. Gereja ini mencakup beberapa sisa bangunan abad ke-12, termasuk lengkungan dari Biara Saint Cosmas yang dibangun Tentara Perang Salib.

Perhentian kedelapan mengenang sebuah episode yang dijelaskan dalam Injil Lukas, satu-satunya di antara Injil kanonik, di mana Yesus bertemu dengan wanita-wanita saleh. Stasiun kedelapan saat ini berbatasan dengan Biara Ortodoks Yunani Saint Charalampus. Di lokasi ini ditandai dengan ukiran huruf IC XC/Nika di dinding.\

Gereja Wajah Suci tempat perhentian keenam di mana Veronika mengusap wajah Yesus. Dok. Wikipedia

Menelusuri dan Merenungkan Keselamatan

Pada hari Jumat Agung, peziarah berangkat dari Bukit Zaitun menuju Makam Suci di tengah Kota Tua. Banyak peziarah yang membawa salib kayu, untuk mengenang penyaliban. Banyak prosesi Jumat Agung diakhiri dengan nyala lilin di Gereja Makam Suci, tempat para peziarah dan jamaah beribadah bersama sambil merenungkan kematian Yesus.

Jalan penderitaan dilalui Yesus dengan membawa salib-Nya dari Praetorium sampai ke tempat penyaliban-Nya di bukit Kalvari. Ia disalibkan dengan menanggung dosa kita dan dihukum mati demi melunasi hutang hukumannya.

Ketika kita merenungkan perjalanan Kristus menuju penyaliban, kita mengingat betapa berharganya keselamatan kita dan betapa mahal harga yang harus dibayar Tuhan Yesus. Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita. Ketika kita merenungkan penderitaan dan penghinaan yang Ia terima karena kita, dengan melunasi harga yang tak mungkin kita bayar, kita hanya bisa bersyukur pada-Nya dan mengambil berjanji untuk hidup taat pada-Nya. (AES)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version