26.1 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Summa Theologiae Warisan Terbesar St. Thomas

BERITA LAIN

More
    Perawan Maria dan Kanak-Kanak Yesus bersama St. Dominikus dan St. Thomas Aquinas. IST

    ROMA, Pena Katolik – Setiap tanggal 7 Maret, Gereja Katolik mengenang wafatnya St. Thomas Aquinas. Ia adalah imam Dominikan yang warisan pemikirannya masih menjadi landasan pemahaman iman Katolik sampai kini. Dalam sejarah hidupnya, St. Thomas mewariskan Summa Theologiae, sebuah buku babon teologi yang belum selesai. Namun, dari buku yang belum rampung ini, Gereja masih menimba kekayaan iman dalam refleksi St. Thomas hingga kini.

    Pada tanggal 6 Desember 1273, St. Thomas Aquinas OP mengalami satu pengalaman mistik, saat ia merayakan Ekaristi. Pada Perjamuan Kudus itu, ia mengalami ekstase untuk waktu yang cukup lama. Peristiwa ini sepertinya begitu berpengaruh bagi kehidupan Thomas. Itu terbukti, tak lama setelah peristiwa itu, ia didatangi Pastor Reginaldo da Piperno OP, asisten dan sekaligus bapa pengakuannya.

    Ketika Pastor Reginaldo menanyakan apakah Thomas akan melanjutkan kembali pengerjaan Summa Theologiae, ia menolak. Seketika, semangat dan kemampuan untuk menulis hilang dari kehidupan Thomas.

    “Reginaldo, aku tidak dapat menulis lagi, karena semua yang telah kutuliskan tampaknya hanya seperti jerami bagiku. ‘Mihi videtur ut palea’(bagiku itu seperti jerami), ” jawab Thomas.

    Sejak saat itu, Thomas tidak lagi melanjutkan penulisan Summa Theologiae. Meski tidak terselesaikan, karya Thomas ini menjadi “karya raksasa” dan dikenang sebagai salah satu buku teologi terbesar sepanjang sejarah Gereja. Apa yang sebenarnya memicu perubahan sikap Thomas ini diyakini sebagai semacam pengalaman adikodrati akan Allah.

    Pengalaman mistik yang dialami Thomas membawa kesadaran dalam hidupnya, bahwa karya besar intelektualnya, nyatanya hanya ia sadari sebagai setara dengan “jerami”. Thomas menyadari, bahwa jerih lelahnya mendedah kekayaan iman Kristiani, hanya seumpama “rumput keding” di hadapan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. 

    Sampul depan Summa Theologiae

    Upah Atas Karya

    Sebelum peristiwa ekstase itu, Thomas juga pernah mengalami pengalaman serupa. Di Kapel Santo Nikolas di Biara Dominikan di Napoli, Thomas tetap tinggal di dalam kapel setelah Ibadat Bacaan. Saat itu, Domenico Caserta melihat peristiwa ekstase lain yang dialami Thomas. Koster itu melihat Thomas sedang terangkat ketika berdoa, sambil menangis di hadapan ikon Kristus Tersalib.

    Ternyata, pada kesempatan itu Thomas berjumpa dengan Yesus dalam sebuah pengalaman rohani. Pada kesempatan itu, Yesus berkata kepada Thomas.

    “Engkau telah menulis dengan baik tentang Aku, Thomas. Upah apa yang akan engkau dapatkan atas pekerjaanmu itu?”

    Thomas tentu terkejut dengan perjumpaannya dengan Yesus. Dalam percakapan itu, Thomas pun menjawab, “Tidak ada selain Engkau, Tuhan.”

    Kepindahan Thomas ke Napoli sebenarnya adalah masa cuti yang diambil Thomas sejak tahun 1272. Sebelumnya, Thomas mengajar di Universitas Paris. Kepindahan Thomas ini juga atas permintaan para Dominikan dari provinsi asalnya, agar Thomas mendirikan satu pusat studi di mana saja, dan memintanya sekaligus menjadi pengelolanya. Alhasil, Thomas memilih mendirikannya di Napoli.

    Sambil mulai merintis berdirinya pusat studi ini, Thomas melewatkan waktunya di Napoli untuk mengerjakan bagian ketiga dari Summa Theologiae. Pada masa-masa itu, ia juga memberikan pengajaran tentang beragam tema keagamaan. Ia juga berkhotbah kepada umat di Napoli, setiap hari selama masa Prapaskah tahun 1273. Thomas membahas tema mengenai “Sepuluh Perintah Allah”, “Syahadat” (Pengakuan Iman), “Doa Bapa Kami”, dan “Salam Maria”. Uraian Thomas mengenai tema-tema ini pada masa itu begitu popular yang seketika membuat Namanya dikenal di seluruh Napoli.

    Makam Santo Thomas Aquinas di Toulouse, Prancis. IST

    Tema Summa Theologiae

    Summa Theologiae dibagi menjadi tiga bagian dan dirancang untuk menjadi penjelasan tentang segala hal terkait Kebenaran Iman Kristiani. Buku ini membahas topik-topik penting dalam moralitas, etika, hukum, dan kehidupan Kristus. Summa Theologiae memberikan solusi filosofis dan teologis terhadap argumen dan pertanyaan umum seputar iman Kristiani.

    Summa Theologiae berfokus pada masalah-masalah keagamaan yang berkaitan dengan organisasi dan doktrin iman Katolik, diskusi tentang kebajikan dan Sakramen, dan hakikat Allah Tritunggal Kristen dan ciptaan-Nya.

    Thomas Aquinas merasa terpanggil untuk melayani Gereja melalui keilmuan. Thomas menulis, berkhotbah, dan mengerjakan Summa Theologiae hingga sesaat sebelum kematiannya.

    Pemikiran Abad Pertengahan

    Di garis depan pemikiran abad pertengahan adalah perjuangan untuk mendamaikan hubungan antara teologi (iman) dan filsafat (akal). Orang-orang berselisih tentang bagaimana menyatukan pengetahuan yang mereka peroleh melalui wahyu, dengan informasi yang mereka amati secara alami, menggunakan pikiran dan indera mereka. Berdasarkan “teori kebenaran ganda” Averroes, kedua jenis pengetahuan itu saling bertentangan secara langsung.

    Thomas percaya bahwa keberadaan Tuhan dapat dibuktikan dalam lima cara, pertama, mengamati pergerakan di dunia sebagai bukti Tuhan, “Penggerak yang Tak Tergoyahkan”. Kedua, mengamati sebab dan akibat dan mengidentifikasi Tuhan sebagai penyebab segala sesuatu. Ketiga, menyimpulkan bahwa sifat tidak kekal makhluk membuktikan keberadaan makhluk yang diperlukan, Tuhan, yang hanya berasal dari dalam dirinya sendiri. Keempat, memperhatikan berbagai tingkat kesempurnaan manusia dan menentukan bahwa makhluk tertinggi dan sempurna karena itu harus ada. Kelima, mengetahui bahwa makhluk-makhluk alam tidak dapat memiliki kecerdasan tanpa diberikan kepada mereka oleh Tuhan.

    Pemikiran ini menjadi pembelajaan Thomas terhadap kemampuan orang untuk secara alami memahami bukti adanya Tuhan. Thomas juga secara unik membahas perilaku sosial yang pantas terhadap Tuhan. Dengan melakukan itu, dia memberikan ide-idenya dalam konteks kehidupan sehari-hari—beberapa orang akan mengatakan abadi.

    Terkait kehidupan sosial, Thomas percaya bahwa hukum negara, pada kenyataannya, merupakan produk alami dari sifat manusia, dan sangat penting untuk kesejahteraan sosial. Dengan mematuhi hukum sosial negara, orang bisa mendapatkan keselamatan abadi jiwa mereka di akhirat, katanya. Thomas mengidentifikasi tiga jenis hukum: alam, positif dan abadi.

    Selain unggul dalam bidang filsafat dan teologi, Thomas juga merupakan sastrawan dan seniman yang jenius. Beberapa himne yang ditulis Thomas untuk pesta Corpus Christi masih dinyanyikan hingga saat ini.

    Thomas lah yang menciptakan “Pange lingua”, di mana dua bait terakhir himne ini adalah “Tantum ergo” yang terkenal, yang masih dipakai sebagai nyanyian penyembahan untuk Adorasi Ekaristi. Apabila kita sering mendengar “Panis angelicus”,  karya ini juga diyakini ditulis oleh Thomas.

    Sebagai Pujangga Gereja, Thomas Aquinas dianggap sebagai salah satu teolog dan filsuf terbesar Gereja Katolik. Ia juga dikenal sebagai Doctor Angelicus ‘Dokter Malaikat’ dan Doctor Communis ‘Dokter Universal’. Pada tahun 1999, St. Yohanes Paulus II menambahkan gelar baru untuk Thomas: Doctor Humanitatis ‘Dokter Kemanusiaan’.

    Akhir Pemikiran

    Tahun 1054 menjadi catatan penting bagi Gereja Katolik. Dalam Gereja terjadi Skisma Besar, yang menyebabkan perpisahan antara Gereja Latin di Barat dan Patriarkat Konstantinopel di Timur. Dalam upayanya untuk menyatukan kembali Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik, Paus Gregorius X bermaksud menghimpun Konsili Lyon KeII pada tanggal 1 Mei 1274.  Paus Gregorius X kemudian memanggil Thomas untuk turut menghadirinya.

    Pada saat itu, dalam konsili itu, Thomas diminta untuk mempresentasikan “Contra Errores Graecorum”, satu karya tulisnya mengenai umat Yunani yang dibuat sekitar satu dasawarsa sebelumnya. Thomas menyiapkan tulisan ini atas penugasan dari Paus Urbanus IV.

    Dalam perjalanannya menuju konsili, Thomas menunggangi seekor keledai menyusuri jalan dari Napoli ke Roma melalui Via Appia. Di jalan yang cukup terjal, Thomas jatuh dan kepalanya terantuk batang pohon yang tumbang. Pada saat itulah, ia menderita sakit parah.

    Ia kemudian segera dibawa ke Biara Monte Cassino untuk menjalani pemulihan. Setelah beristirahat sejenak, ia kembali melanjutkan perjalanan, namun ia jatuh sakit lagi dan singgah di Biara Cistercian Fossanova. Para rahib di sana merawatnya selama beberapa hari. Di tempat ini, Thomas menerima pemberkatan untuk orang sakit menjelang akhir hidupnya.

    “Aku telah menulis dan mengajarkan banyak tentang Tubuh yang teramat kudus ini, dan tentang sakramen-sakramen lain dalam iman Kristiani, serta tentang Gereja Roma yang Kudus, yang kepada penilaiannya kuserahkan segala sesuatu yang telah kutuliskan,” demikian kata-kata terakhir Thomas menjelang saat-saat terakhirnya.

    Thomas meninggal dunia pada tanggal 7 Maret 1274. Ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes XXII pada tahun 1323. Teladan kesucian St. Thomas Aquinas diperingati setiap tanggal 28 Januari.

    Tak lama setelah kematiannya, tulisan-tulisan teologis dan filosofis Thomas mendapat pujian publik yang besar dan memperkuat pengikut yang kuat di antara para Dominikan. Kalangan universitas, seminari dan perguruan menggantikan Empat Buku karya Lombardi dengan Summa Theologica sebagai buku teks teologi terkemuka. Pengaruh tulisan Thomas begitu besar, bahkan hingga saat ini diperkirakan ada 6.000 komentar atas karyanya. (AES)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI