33.4 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Bacaan dan Renungan Kamis, 7 Maret 2024, Hari Biasa Pekan Prapaskah III (ungu)

BERITA LAIN

More

    Bacaan I – Yer. 7:23-28

    Hanya yang berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!

    Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memberi perhatian, selainkan mereka mengikuti rancangan-rancangan dan kedegilan hatinya yang jahat, dan mereka memperlihatkan belakangnya dan bukan mukanya.

    Dari sejak waktu nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir sampai waktu ini, Aku mengutus kepada mereka hamba-hamba-Ku, para nabi, hari demi hari, terus-menerus, tetapi mereka tidak mau mendengarkan kepada-Ku dan tidak mau memberi perhatian, bahkan mereka menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari pada nenek moyang mereka.

    Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau.

    Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka.”

    Demikianlah Sabda Tuhan

    Syukur Kepada Allah

    Mzm. 95:1-2,6-7,8-9

    • Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
    • Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!
    • Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.

    Bacaan Injil – Luk. 11:14-23.

    Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.”

    Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.

    Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.

    Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.

    Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.

    Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”

    Demikianlah Injil Tuhan

    Terpujilah Kristus

    Santa Perpetua dan Filisitas, Martir

    Kedua orang kudus ini hidup di Kartago, Afrika Utara. Perpetua adalah seorang ibu muda yang berusia 22 tahun. Ketika ia ditangkap karena imannya, ia sedang mengandung anaknya yang pertama. Felisitas adalah pelayan Perpetua. Ia juga ditangkap bersama dengan Perpetua.

    Di dalam penjara, Perpetua diolok-olok oleh para serdadu kafir. Tetapi dengan tenang Perpetua berkata: “Sekarang adalah giliranku untuk menderita. Tetapi akan tiba saatnya aku akan berbagia, dan kamu yang akan menanggung penderitaan lebih besar daripada yang kualami sekarang ini.”

    Ayah Perpetua yang belum menjadi Kristen turut merasakan penderitaan yang dialami oleh anaknya. Ia datang ke penjara untuk membujuknya mutrad dari imannya. Ia dengan setia mengikuti Perpetua hingga ke pengadilan. Di sana ia dipukul oleh para serdadu dengan pukulan bertubi-tubi. Seperti ayahnya, Perpetua sungguh merasa sakit hati melihat perlakuan para serdadu terhadap ayahnya. Meskipun begitu, baginya mati karena Kristus lebih mulia daripada mutrad karena sayang kepada ayahnya.

    Bersama dengan Perpetua dan Felisitas, banyak juga orang Kristen yang lain yang ditangkap dan dipenjarakan. Mereka senasib sepenanggungan di dalam penderitaan yang ditimpakan pada mereka. Mereka saling meneguhkan agar tidak seorang pun lemah imannya dan menjadi mutrad. Sementara itu di dalam penjara Perpetua mengalami suatu penglihatan ajaib. Seberkas cahaya surgawi bersinar terang benderang di ruang penjaranya. Di dalam cahaya itu, ia melihat dirinya bersama semua orang Kristen lainnya berarak memasuki kemuliaan surgawi.

    Perpetua dan orang-orang Kristen lainnya dimasukkan ke dalam gelanggang binatang buas yang kelaparan. Di sana mereka di terkam dan di koyak-koyak pleh binatang-binatang buas itu hingga mati.

    DEGIL DAN KERAS HATI

    Hati adalah pusat kepribadian manusia. Dan dari dalam hati muncul segala yang baik dan yang jahat. Oleh karena itu, kita perlu menjaga kemurnian dan kesucian hati serta mendidik hati nurani. Demikian pula kita harus memelihara sikap rendah hati, lemah-lembut, jujur dan tulus. Ketegaran, kedegilan dan kekerasan hati hanya akan membuat kita gagal menangkap dan merasakan kebaikan TUHAN dan sesama. Akibatnya, kita pun akan gagal menangkap dan memahami kebaikan hati orang serta kita sendiri tidak mampu menghadirkan kebaikan dalam hidup kita. Hal ini semua karena kita lebih banyak dikuasai kesombongan dan kesempitan pandangan hingga kita menutup “mata dan telinga batin” dan sesudah itu bisanya hanya menuding dan menyalahkan pihak lain. Bagaimana kita mengelola hati kita sendiri?

    Dalam Injil hari ini dikisahkan bahwa TUHAN YESUS mengusir setan yang membuat bisu seseorang. Banyak orang yang takjub akan mukjizat itu. Namun tidak sedikit juga orang yang sudah menutup hatinya dan dengan lagaknya yang “nyinyir” dan “sok tahu” malah menuduh TUHAN YESUS: “IA mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” (Luk.11: 15)
    Memang kepentingan dan kesenangan diri sudah menutup “mata dan telinga hati” mereka. Sehingga, mereka tidak mau lagi menerima suatu kebenaran. Bahkan perbuatan baik YESUS yang nyata berupa penyembuhan orang bisu itu pun tidak mereka akui, malah menuduh-NYA telah menggunakan kekuatan Beelzebul. Mereka itu bukan hanya gagal menangkap kebaikan TUHAN tetapi juga telah memunculkan kejahatan baru dengan menuduh TUHAN YESUS telah bersekutu dengan pimpinan iblis. Di samping itu masih ada juga sekelompok orang yang coba-coba minta kepada-NYA “suatu tanda dari Sorga”. YESUS bisa membaca dan paham akan isi hati dan pikiran jahat mereka itu. Apa pun yang dikatakan YESUS untuk coba meyakinkan mereka itu, sudah tidak mempan lagi. Hati mereka yang mengeras dan batin mereka dikuasai oleh kedegilan yang sudah lama bercokol di dalam diri orang-orang itu. Begitulah kondisi hati yang sudah dikuasai dan dijajah oleh keangkuhan, kesombongan dan arogansi yang melahirkan suatu sikap yang sangat keras dan degil hatinya.
    Relakah hati kita dijajah dan dikuasai oleh rasa angkuh, sombong dan arogan seperti itu?

    Dalam Bacaan Pertama kita bisa simak baik-baik dan merenungkan peringatan keras dari ALLAH kepada bangsa Israel melalui Nabi Yeremia. Bangsa Israel sangat keras kepala dan tegar tengkuk. Mereka tidak mau mendengarkan suara ALLAH sama sekali, apalagi memberikan perhatian kepada-NYA. Mereka lebih mengikuti kehendak dan rancangan- rancangan mereka sendiri daripada rancangan dan kehendak ALLAH. Karena itu “saking” kesal dan murka-NYA, ALLAH sampai bersabda: “Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, ALLAH mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka” (Yer. 7: 28). Akibatnya, mereka gagal menangkap dan merasakan kebaikan dan kemurahan hati ALLAH.

    Pada masa Prapaskah ini, marilah kita meneliti batin kita: Apakah hati kita lebih dikuasai oleh kesombongan diri yang membuat hati kita mengeras dan jadi degil serta tidak mau menerima saran atau omongan orang lain? Apakah kita juga menutup pintu hati kita kepada ajakan atau sentuhan TUHAN?
    Bila benar bahwa kita telah mau membuka pintu hati pada TUHAN maka datanglah kepada-NYA dan bertobatlah lewat Sakramen Tobat.

    Doa Penutup

    Ya Bapa, kuatkan niat dan kehendakku untuk mampu  meninggalkan pola hidupku yang tidak terpuji. Ajari kami untuk bertekun dalam hidup menurut Injil-MU. Amin.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI