33.4 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Gerak(an) Komunitas Beriman: Upaya untuk Mengisi Kekosongan Ruang Kajian Sosiologis Gereja Katolik Indonesia

BERITA LAIN

More
    Francisia Saveria Sika Ery Seda (kiri) dan Rektor Universitas Katolik Atma Jaya (2015-2023), A. Prasentyantoko saat peresmian Frans Seda Collection tahun 2021. Mirifica News

    JAKARTA, Pena Katolik – Ada kekosongan pada ruang kajian sosiologis dalam peran, keterlibatan dan dinamika Gereja Katolik Indonesia. Selama ini, Gereja (ajaran dan tindakannya) terkesan hanya dilihat dari aspek teologis, eklesiologis, dan historis saja. Francisia Saveria Sika Ery Seda berusaha menjawab kekosongan ini dalam sebuah buku Gerak(an) Komunitas Beriman.

    “Buku ini hadir sebagai upaya menjawab kekosongan pada ruang kajian sosiologis atas peran, keterlibatan, dan dinamika Gereja Katolik Indonesia yang selama ini lebih sering disoroti dalam perspektif teologis, eklesiologis, dan historis semata. Diharapkan kajian di dalam buku ini dapat memicu berbagai diskursus untuk semakin mewujudkan hadirnya “Katolik Nusantara”, Gereja Katolik yang Meng-Indonesia, yang menjadi bagian integral bangsa Indonesia tanpa kehilangan identitas Kekatolikannya, yang semakin beriman sekaligus semakin bermasyarakat, yang semakin relevan, kontekstual, dan signifikan dalam zamannya,” demikian tutur Ery Seda dalam bedah buku buah karyanya ini di Frans Seda Collection, Perpustakaan Unika Atma Jaya lantai 3, Kampus Semanggi, Jakarta Selatan, 29 Februari 2024.

    Dalam konteks lebih luas, buku ini juga memperkaya khazanah kajian sosiologi agama di Indonesia. Buku ini juga menghadirkan beberapa kajian empiris, bagaimana agama, dalam hal ini Gereja Katolik, dapat menjadi agen perubahan penting, mendalam, dan bermakna di masyarakat. Gereja juga dapat sekaligus memiliki kekuatan dalam melakukan transformasi bagi umat beriman, dalam konteks sosial kemasyarakatan demi hadirnya masa depan yang lebih baik.

    Kehadiran buku ini semakin relevan dan signifikan pula karena sepuluh tahun mendatang, tepatnya pada tahun 2034, Gereja Katolik Indonesia akan merayakan 500 tahun kehadiran dan tumbuh-kembangnya di Indonesia. Kajian-kajian yang dihasilkan Ery Seda ini semakin relevan dan signifikan bagi Gereja Katolik untuk menghadapi berbagai dinamika bersama masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk semakin mewarnai masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia, dan untuk semakin bertransformasi dari “Gereja Katolik di Indonesia” menjadi “Gereja Katolik Indonesia”.

    Acara bedah buku ini juga diadakan dalam rangka syukur atas pengukuhan Ery Seda sebagai Guru Besar Studi Pembangunan pada Departemen Sosiologi Universitas Indonesia. Acara ini diselenggarakan atas kerja sama Frans Seda Foundation, Penerbit Buku Kompas, dan Universitas Atma Jaya. Diskusi bedah buku ini diadakan di Frans Seda Collection yang berisi buku-buku koleksi Frans Seda yang dihibahkan bagi Unika Atma Jaya dan diresmikan oleh Kardinal Ignatius Suharyo pada 1 Desember 2021 lalu.

    “Penyelenggaraan bedah buku ini adalah salah satu bentuk implementasi cita-cita untuk menjadikan Frans Seda Collection untuk menjadi ‘A Living Collection’,” ujar Stefanus Ginting, Managing Director Frans Seda Foundation.

    Selain Ery Seda, bedah buku ini juga menghadirkan dua pembicara lain yakni Romo Benedictus Hari Juliawan, SJ (Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia), dan Savic Ali (Cendekiawan Muda Islam). Acara ini dimoderatori oleh Lisa Esti Puji Hartanti, Dosen Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya. Baik Lisa Esti Puji Hartanti, Rm. Benedictus Hari Juliawan, SJ, Provinsial Serikat Jesus Provinsi Indonesia dan Savic Ali, ketiganya adalah para Frans Seda Foundation Fellows, artinya mereka yang pernah mengikuti serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Frans Seda Foundation.

    Frans Seda Foundation

    Frans Seda Foundation didirikan dengan inspirasi dan keteladanan Frans Seda (1926-2009), salah seorang negarawan Indonesia, yang seumur hidupnya mendedikasikan hidup dan karyanya untuk membangun berbagai jembatan dalam hubungan-hubungan kemanusiaan. Seumur hidupnya Frans Seda telah membangun berbagai jembatan, baik antar pulau, agama, dan bangsa, serta dalam konteks berbagai hubungan nasional dan internasional yang seimbang, non-diskriminatif, dan saling menghormati. Terinspirasi oleh Sang Tokoh Pembangun Jembatan itulah Frans Seda Foundation didirikan pada 17 Februari 2011, lebih dari satu dekade lalu.

    Sejak didirikan, Frans Seda Foundation telah mengembangkan berbagai program pengembangan orang muda, seperti beasiswa, kajian, diskusi, seminar, dan innovation lab, untuk terus membangun jembatan dan menciptakan peluang bagi sesama sesuai visinya, yakni “Membangun jembatan bagi kesetaraan, dengan menciptakan peluang bagi sesama dan mempromosikan keadilan sosial”, yang diwujudkan dalam ketiga misinya, yaitu: pertama, merawat, mengembangkan dan menyebarkan berbagai pemikiran alm. Frans Seda; kedua, mengembangkan kemitraan dalam bidang pendidikan; dan ketiga, mengembangkan program untuk pengembangan orang muda; dalam semangat nilai-nilai Bela Rasa, Kemitraan, Kemanusiaan, dan Pemberdayaan.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI