29.4 C
Jakarta
Tuesday, April 30, 2024

Biarawati Argentina Dikenang Karena Senyumnya, Dipertimbangkan untuk Menjadi Orang Kudus

BERITA LAIN

More
    Suster Cecilia María Sánchez Sorondo OCD. CNA

    SANTA FE, Pena Katolik – Uskup Agung Santa Fe de la Vera Cruz, Argentina, Mgr. Sergio Fenoy, menandatangani dekrit yang memulai proses, sebelum pembukaan proses kanonisasi Suster Cecilia María Sánchez Sorondo OCD, seorang biarawati Karmelit dari Provinsi Neuquén. Sr. Cecilia meninggal karena kanker pada tahun 2016 di usia 43 tahun.

    Dekrit tersebut ditandatangani oleh Uskup Agung Santa Fe pada 14 Februari 2024. Selama hidupnya, Sr. Cecilia tinggal di biara Karmelit yang terletak di keuskupan agung tersebut, dari tahun 1997 hingga 2016, tahun kematiannya.

    dalam pemberitaan di CNA, dikabarkan bahwa dokumen tersebut menyerukan kepada umat beriman, untuk mengkomunikasikan semua informasi tentang kesucian Sr. Cecilia. Umat dapat mebgirimkan informasi ini ke email ke cancilleria@arquisantafe.org.ar atau melalui surat pos ke Keuskupan Agung Santa Fe de la Vera Cruz (Av. Gral. López 2720, Santa Fe, Argentina). Sebagai bagian dari proses tersebut, Keuskupan Agung Santa Fe meminta siapa pun yang memiliki tulisan Suster Cecilia untuk mengirimkan ke pihak keuskupan sesegera mungkin.

    Siapakah Suster Cecilia dari Wajah Suci?

    Sr. Cecilia María Sánchez Sorondo lahir pada tanggal 5 Desember 1973, di San Martín de los Andes di provinsi Neuquén, Argentina. Pada usia 24 tahun, ia memasuki biara Karmelit Tak Berkasut (OCD) di Kota Santa Fe. Ia kemudian menerima nama kebiaraan Sr. Cecilia María dari Wajah Suci.

    Selama hidup, Sr. Cecilia dikenal sebagai pribari ramah, spontan, bahagia, yang mewujudkan persahabatannya dengan Kristus dan cinta satu sama lain dalam hidupnya. Ia mendedikasikan dirinya pada doa dan kehidupan kontemplatif, bermain biola, dan dikenal karena manisnya dan senyumannya yang permanen.

    Sr. Cecilia didiagnosis menderita kanker lidah, dan penyakitnya memburuk karena metastasis paru-paru, sehingga dia harus dirawat di rumah sakit. Namun dia tidak berhenti berdoa dan mempersembahkan penderitaan yang dialaminya, yakin bahwa perjumpaannya dengan Tuhan akan segera terjadi.

    Permintaan terakhirnya, yang dia tulis di selembar kertas, adalah: “Saya sedang memikirkan tentang pemakaman saya yang saya inginkan. Pertama, doa kecil yang intens, dan kemudian pesta besar untuk semua orang. Jangan lupa berdoa tapi jangan lupa merayakannya juga!”

    Kesaksian dan foto-foto hari-hari terakhirnya tersebar ke seluruh dunia, terutama karena ia tetap menjaga senyum khasnya hingga saat kematiannya yang terjadi di Buenos Aires pada 23 Juni 2016. (AES)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI