MANILA, Pena Katolik – Setelah tidak diadakan selama tiga tahun karena pandemi Covid-19, Black Nazarene kembali diadakan di Manila, Filipina, 9 Januari 2024. Setidaknya 6,5 juta manusia mengikuti prosesi Black Nazarene dari Quirino Grandstand di Manila menuju Basilika Minor Black Nazarene di Quiapo. Salah satu yang ikut serta hari itu adalah Conrad Peregrina.
Peregrina berangkat pagi-pagi sekali pukul 4 pagi ditemani putranya Joshua yang berusia 29 tahun. Mereka mengendarai sepeda langsung ke Gereja Quiapo, Manila, untuk bergabung dengan rombongan umat di pesta Black Nazarene. Di tempat inilah, Black Nazarene yang merupakan Patung Yesus Kristus berwarna gelap, yang membawa salib, disimpan di Basilika Minor Black Nazarene di Quiapo, Manila.
Penjual ikan berusia 64 tahun, yang akrab dipanggil Mang Canor memenuhi janjinya untuk menghadiri Traslacion tahun ini, merayakan kembalinya Black Nazarene setelah selama tiga tahun “tidak menyapa” rakyat Filipina. Pihak berwenang Filipina melaporkan bahwa lebih dari 6,5 juta umat mengikuti Traslacion, Prosesi Black Nazarene, dari Quirino hingga Quiapo.
Untuk pertama kalinya sejak merebaknya pandemi Covid-19 pada tahun 2020, pemerintah dan pejabat kesehatan memberi izin diadakan lagi prosesi Black Nazarene. Butuh waktu 15 jam agar Patung Black Nazarene tersebut menyelesaikan perjalanannya. Ia meninggalkan tribun pada pukul 04:45 dan tiba di Basilika Minor Quiapo pada pukul 19:44.
Sepanjang hari, Misa dirayakan di tribun hampir setiap jam dimulai dengan Misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Manila. Peregrina dan putranya menunggu di dekat kedai kopi selama sembilan jam sebelum mereka dapat melihat Black Nazarene tersebut dari jarak yang cukup jauh. Karena sedang dalam pengobatan akibat sakit arthritisnya, Peregrina tidak dapat mengikuti prosesi tahun ini. ia berharap untuk kembali bugar karena keyakinannya yang kuat pada Black Nazarene tersebut.
“Saya sudah memenuhi janji saya hanya dengan melihat Patung Black Nazarene nya,” katanya.
Seperti banyak orang Filipina, Peregrina percaya ikona tersebut memiliki kekuatan penyembuhan Ajaib, yang dapat menyembuhkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan membawa keberuntungan bagi orang-orang. Devosan yang lebih muda seperti Miguel Valdez, 34, dapat berjalan dalam prosesi yang ramai. Ia bergulat dengan orang banyak agar lebih dekat untuk menyentuh apa yang disebut Patung Black Nazarene, atau setidaknya tali yang diikatkan pada kereta.
Valdez tiba bersama teman-temannya di taman tepi laut di Manila pada malam sebelumnya dengan persiapan yang matang. Istrinya telah mengisi sebuah kotak dengan nasi dan sarden untuk makan malam. Ia dan rombongan temannya membawa kotak karton rokok untuk tidur pada malam sebelum prosesi.
“Kami tahu saya akan menghabiskan waktu berjam-jam menunggu prosesi dimulai,” katanya.
Valdez tidak puas hanya dengan melambai ke arah Black Nazarene dari kejauhan.
“Itu sudah menjadi tradisi di keluarga saya. Setiap tahun seorang anggota bergabung dengan Hijos de Nazareno [anak-anak Nazarene], sebuah kelompok yang bertugas melindungi ikon tersebut di tengah meningkatnya kerumunan orang,” katanya.
Valdez telah melamar untuk menjadi bagian dari grup tersebut tetapi tetap menunggu karena pandemi.
“Akhirnya janji saya kepada orang Nazaret telah terpenuhi,” katanya. Ia bertekad menjaga tradisi anggota laki-laki dari keluarganya setidaknya menyentuh jubah atau salib Nazarene Hitam selama prosesi.
Kebanyakan umat Katolik mengikuti prosesi tersebut dengan harapan bahwa hal itu akan membawa kehidupan yang lebih baik. Glenda Soriano, 39, ibu dari dua anak, termasuk di antara sedikit perempuan Filipina yang cukup berani untuk ikut dalam aksi tersebut. Dia berjalan tanpa alas kaki dari rumahnya di Sampaloc, Manila ke Quiapo sebagai tanda penyesalan.
“Ini adalah cara saya membersihkan jiwa saya dari dosa,” katanya.
Ada hal lain juga, ia berharap berkat akan ia terima. Saat ini, ia sedang berusaha untuk diterima bekerja di sebuah perusahaan di Arab Saudi.
“Saya telah melamar pekerjaan di sebuah perusahaan yang berbasis di Arab Saudi. Saya berharap mereka mempekerjakan saya karena keluarga saya membutuhkan uang itu. Saya tahu Black Nazarene akan mengabulkan keinginan kita,” kata Soriano sambil meminum air dingin dari botol.
Saat Black Nazarene sampai di tujuan akhir di Basilika Minor Quiapo, udara dipenuhi suara tepuk tangan. Umat mengangkat tangan sambil menyanyikan “Bapa Kami” dalam bahasa Tagalog. Banyak yang menangis. Emosi memuncak ketika mereka menyaksikan kereta ditarik melalui pintu masuk kuil. Black Nazarene akhirnya “kembali ke rumah.” Butuh waktu sedikit lebih lama dari biasanya karena tali abaka setebal pergelangan tangan untuk menarik kereta putus.
Saat massa mulai bubar, seorang wanita tua berdiri menatap ke arah gereja sambil berdoa rosario. Gina Estadillo adalah orang tua tunggal, dia telah menjadi devosan Black Nazarene selama lebih dari 40 tahun.
Dia tidak pernah melewatkan Traslacion kecuali selama pandemi. Ia mensyukuri kesehatannya yang baik karena berkat dari Black Nazarene. Ia juga bersyukur atas ketiga anaknya yang telah menyelesaikan kuliah.
“Saya sudah di sini sejak tadi malam berdoa Novena. Tidak bergabung dengan orang banyak karena saya tidak akan selamat dari himpitan itu,” dia tertawa. (AES, Diolah dari UCANews)