VATIKAN, Pena Katolik – Menteri Luar Negeri Vatikan, Kardinal Pietro Parolin mengomentari reaksi terpecah terhadap dokumen Fiducia Supplicans.
“Dokumen ini menimbulkan reaksi yang sangat keras; ini berarti bahwa titik yang sangat sensitif telah disentuh; perlu penyelidikan lebih lanjut,” kata Parolin pada Jumat, 12 Januari 2024 di Accademia dei Lincei di Roma, Italia.
Kardinal Parolin melanjutkan dengan mengatakan bahwa “jika gejolak ini berfungsi untuk berjalan sesuai dengan Injil untuk memberikan jawaban terhadap masa kini, gejolak ini juga diterima,” ujar Kardinal Parolin dalam berita di CNA.
Dokumen Dikasteri Ajaran iman yang diterbitkan pada tanggal 18 Desember telah memperbolehkan para imam untuk pemberkatan non-liturgi bagi pasangan yang berada dalam situasi yang “tidak biasa”, termasuk pasangan gay. Hal ini memberikan kontribusi yang spesifik dan inovatif terhadap makna pastoral dari sebuah pemberkatan. Dokumen ini memungkinkan perluasan dan pengayaan pemahaman klasik tentang berkat.
“Apa yang telah dikatakan dalam deklarasi ini mengenai pemberkatan bagi pasangan sesama jenis sudah cukup untuk memandu kebijaksanaan dan kebapakan para imam yang ditahbiskan dalam hal ini. Jadi, di luar panduan yang diberikan di atas, tidak ada tanggapan lebih lanjut yang diharapkan mengenai cara-cara yang mungkin untuk mengatur rincian atau praktik mengenai pemberkatan jenis ini,” kaka Kardinal Víctor Manuel Fernández, Prefek Dikasteri Ajaran Iman.
Namun, menyusul reaksi keras yang meluas dari konferensi para uskup di Afrika dan Eropa Timur, dan kecaman keras dari beberapa uskup senior Gereja, Kardinal Fernández mengeluarkan siaran pers lima halaman pada tanggal 4 Januari 2024 untuk memberikan klarifikasi mengenai dokumen tersebut. Ia menulis bahwa penerapannya akan bergantung pada dokumen tersebut, terkait pada konteks lokal dan kearifan masing-masing uskup diosesan dengan keuskupannya.
“Di beberapa tempat, tidak ada kesulitan yang muncul untuk penerapan langsungnya, sementara di tempat lain perlu untuk tidak memperkenalkannya, sambil meluangkan waktu untuk membaca dan menafsirkannya,” lanjut Kardinal Fernández.
Salah satu pernyataan terkuat hingga saat ini datang dari Kardinal Fridolin Ambongo Besungu, Uskup Agung Kinshasa dan presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar (SECAM).
Dalam suratnya yang tertanggal 11 Januari, Ambongo menekankan bahwa para uskup di Afrika “telah menegaskan kembali persekutuan mereka dengan Paus Fransiskus. SCAM mencatat bahwa Fiducia Supplicans menyebabkan “gelombang kejutan” dan telah “menebarkan kesalahpahaman dan keresahan dalam pikiran banyak orang awam.
Dalam pidatonya kepada para pendeta di Roma pada tanggal 13 Januari, Paus Fransiskus memberikan pernyataan klarifikasi mengenai dokumen tersebut. Ia menyatakan bahwa “ketentuan mengenai pemberkatan pasangan gay menyangkut individu. Paus menegaskan, yang diberkati bukan “Persekutuan” keduanya, atau hubungan homoseksualnya. Berkat ini diberikan kepada individua tau pribadi dan bukan “dosa”. (AES)