MADRID, Pena Katolik – Fernando Pedro Nieto Giménez adalah Pimpinan Ordo Ksatria St. Yohanes Paulus II Spanyol. Ketika putra kesayangannya terserang kanker ganas, ia ketakutan. Ia lalu pergi ke kapel rumah sakit dan berdoa melalui perantaraan Paus asal Polandia itu. Dan keajaiban terjadi…
Hubungannya dengan St. Yohanes Paulus II dimulai pada tahun 1980 ketika ia masih muda. Ia aktif dalam komunitas di Paroki Hati Kudus di Albacete, Spanyol. Bertemu dengan Bapa Suci menjadi pengalaman yang memperdalam kehidupan spiritual dan hubungannya dengan Tuhan.
“Kesaksian hidupnya sangat membuat saya terpesona sehingga ketika paroki merencanakan perjalanan ke Madrid untuk Hari Pemuda Sedunia, pada hari pertama bulan November 1982, saya tanpa ragu setuju untuk ikut mengatur ziarah tersebut,” ujar Giménez.
Bertahun-tahun kemudian, Giménez memulai sebuah keluarga dan menantikan kelahiran putranya. Pada tahun 2010, dunianya runtuh seperti rumah kartu. Putranya yang berusia 20 tahun, yang diberi nama Fernando sesuai nama ayahnya, segera dibawa ke rumah sakit. Dokter mendiagnosis pemuda tersebut menderita limfoma tahap ketiga dan memberinya sedikit peluang untuk bertahan hidup.
Berjuang untuk Putranya
Setelah mendengar diagnosis tersebut, Giménez sangat ketakutan. Ia pergi ke kapel rumah sakit untuk meminta Tuhan menyelamatkan putranya.
“Hanya ada satu lembaran doa tergeletak di kapel, gambarSt. Yohanes Paulus II. Saya sudah berulang kali mengucapkan terima kasih kepadanya atas perantaraannya dalam berbagai hal, jadi saya berpikir. ‘Mengapa saya tidak meminta keajaiban penyembuhan putra kami kepada Bapa Suci?’” kata Giménez.
Saat Giménez meninggalkan kapel, ia membawa lembar doa itu. Ia dan istrinya berdoa hari demi hari untuk kesehatan anak mereka. Namun, keajaiban yang mereka doakan sepertinya tidak terjadi. Kondisi remaja berusia 20 tahun itu terus memburuk.
“Dokter yang merawat putra kami menjadwalkan 16 sesi kemoterapi. Ia menceritakan kepada kami bahwa di tengah proses pengobatan, ia akan melakukan beberapa tes lanjutan untuk memeriksa efektivitas terapi,” kenang Giménez.
Doa di Kapel Rumah Sakit
Sebelum putra mereka memulai kemoterapi, Giménez dan istrinya, bersama keluarga lain dari paroki, pergi berziarah ke Lourdes. Mereka memohon kepada Santa Perawan Maria rahmat kesehatan bagi anak mereka. Delapan bulan kemudian, Giménez menerima panggilan telepon yang memberitahukan bahwa sebuah klinik swasta di Madrid akan memberikan pengobatan eksperimental, yang mungkin menyembuhkan Fernando.
“Jika kamu mau, datanglah,” kata Giménez.
Para dokter melakukan tes terperinci, mereka harus menunggu beberapa jam untuk mendapatkan hasilnya. Di Madrid, Giménez pergi ke kapel rumah sakit lagi.
“Saya tidak lagi berdoa untuk kesembuhannya, tapi agar dia bisa menerima kepergiannya,” kata Giménez.
Ia sudah kehabisan harapan bahwa situasi tragis itu bisa berubah dan harapan putranya bisa mengatasi penyakit mematikan ini akan sirna.
Mukjizat Terjadi
Giménez menghabiskan sepanjang malam dalam doa. Pagi harinya dia pergi menemui dokter. Dia mendengar dari mereka bahwa putranya sehat. Tidak ada jejak kankernya.
“Tubuhnya bersih. Seolah-olah kanker itu tidak pernah ada. Kami tidak tahu apa yang terjadi, tapi semuanya hilang,” jelas staf rumah sakit.
Fernando tidak percaya apa yang terjadi.
“Apa maksudmu? Apakah kankernya sudah sembuh?” Dia bertanya.
Dari sudut pandang medis, tidak ada penjelasan. Giménez yakin bahwa kesembuhan pemuda berusia 20 tahun itu adalah hasil doa melalui perantaraan Yohanes Paulus II.
Dokter memberi kami laporan tertulis dan kami mulai dalam perjalanan pulang. Kami melakukan seluruh perjalanan dengan mobil dalam keheningan, menangis dan bersyukur kepada Tuhan. Itu adalah hari Selasa yang luar biasa di tahun 2009. Sesampainya di kota kami, kami langsung menuju paroki, dan di hadapan Sakramen Mahakudus sekali lagi mengucap syukur.
Beberapa hari kemudian Giménez dan anaknya berkonsultasi di departemen hematologi Rumah Sakit Universitas Albacete dengan dokter yang menangani kasus anaknya. Semua tidak percaya pada apa yang sudah terjadi.
““Seolah-olah kanker ini tidak pernah ada. Namun, Kami diminta untuk tidak menghentikan pengobatan dan menyelesaikannya sampai akhir. Setiap hari saya berdoa di depan foto Yohanes Paulus II yang saya ambil dari kapel rumah sakit,” ujar Giménez.
Giménez memberi tahu uskup Albacete tentang apa yang terjadi. Yang terakhir, pada gilirannya, mengirimkan semua informasi tentang kasus tersebut kepada Uskup Agung Madrid. Atas permintaan uskup agung, dua komite khusus dibentuk: satu komite medis, dan satu komite teologis. Mereka menganalisis dokumen medis. Materi tersebut diteruskan ke Kongregasi Penggelaran Orang Suci di Vatikan.
“Kami sangat berterima kasih atas mukjizat yang terdokumentasi dengan baik melalui perantaraan Yohanes Paulus II. Kami senang, tetapi kami menerima ribuan dokumentasi seperti itu,” demikian tanggapan Takhta Suci.
“Meskipun ada intervensi medis, kami yakin akan perantaraan Bapa Suci Yohanes Paulus II untuk kesembuhan putra kami,” tegas Giménez.
Saat ini, putranya berusia 34 tahun. Fernando adalah seorang insinyur listrik, dan meskipun dia menjalani pemeriksaan tahunan di klinik hematologi, dia sangat sehat.
Giménez adalah Pemimpin Ordo Ksatria Yohanes Paulus II di Provinsi Spanyol. Organisasi ini didirikan pada tahun 2011 sebagai persembahan syukur yang hidup atas karunia beatifikasi dan kepausan Bapa Suci Yohanes Paulus II yang terkasih.
Komunitas ini berkembang pesat di banyak negara di dunia, termasuk Polandia, Ukraina, Kanada, Prancis, Spanyol, dan Florida. Giménez menjelaskan bahwa pengabdiannya yang menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga merupakan wujud rasa syukurnya kepada Tuhan atas mukjizat kesembuhan putranya.
“Berdoa berarti memberikan sebagian waktu Anda kepada Kristus, mempercayakan diri Anda kepada-Nya, mendengarkan firman-Nya dalam hati, membiarkan Dia bergema di dalam hati Anda.”